Rutinitas Malam

Malam ini, tepat setelah Arjuna mengunjungi tempat bisnis ayah-nya, dia telah memiliki janji dengan teman-temannya. Mereka pergi ke sebuah kelab malam untuk menyegarkan pikiran mereka.

Suara riuh orang-orang yang berbicara terdengar begitu memekakan telinga. Tak hanya suara manusia saja yang ada di sana, dentuman musik juga terdengar menggelegar. Belum lagi beberapa orang yang meliukan badannya mengikuti irama musik.

“Mau turun?” ajak El pada seorang gadis dengan mini dress berwarna navi. El mengulurkan tangannya menunggu gadis itu menyambutnya hingga akhirnya gadis itu tersenyum dan menerima uluran tangan El.

Mereka menari bersama di sana dengan gadis yang diajak El itu mengalungkan tangannya di leher El sementara El memegang pinggang ramping gadis itu.

Tak ada jarak sama sekali di antara mereka. Badan mereka saling menyentuh dan menikmati setiap momen mereka.

Sementara itu, Arjuna dan Dikta masih setia melihat kelakuan temannya itu dari jauh. Mereka hanya berbincang ringan ditemani dengan minuman memabukan yang telah mereka pesan sebelumnya.

“Gila dia,” kekeh Arjuna saat melihat pemandangan El di hadapannya.

Meski ini bukan kali pertama, tetap saja hal itu berhasil membuat Arjuna menggelengkan kepala melihat El.

“Pantas saja dia punya banyak kenalan cewek,” timpal Dikta. Tak terasa dia mulai memikirkan seorang gadis yang saat itu tidur dengannya.

Dikta juga tahu jika hal itu adalah ulah El. Senakal-nakalnya Dikta, dia belum pernah tidur dengan wanita, selain malam itu. Karena El, Dikta sudah tidak polos lagi.

“Hati-hati deh kalau minum sama dia, nanti dia jebak lo lagi,” kekeh Arjuna yang sudah tahu cerita mengenai hal itu dari El.

“Emang kurang ajar,” jawab Dikta. 

Dia bersumpah tak akan terlalu mabuk jika dia minum dengan El atau kejadian yang sama akan terulang kembali.

“Kalau mau mabuk parah, mending sekarang mumpung ada gue,” canda Arjuna. Dikta menggedikan bahunya. Dia tahu Arjuna tak akan melindunginya apalagi jika sudah termakan oleh bujukan El.

Tak lama, El datang dengan senyum simpul di wajahnya. Matanya sudah cukup sayu, bahkan kancing kemeja bagian atasnya sudah terbuka hingga menampilkan dadanya yang terdapat sebuah tato di sana.

“Kok udahan?” tanya Arjuna begitu El kembali ke sana. El membanting tubuhnya di sebuah sofa di mana teman-temannya menunggu.

“Yah...”

“Oh iya Jun, ngomong-ngomong dari mana lo kenal sama cewek tadi?” Dikta tiba-tiba mengingat pertemuan mereka dengan Daisha dan juga Grace tadi.

“Ahh mereka, Daisha gue tahu dia udah cukup lama,” jawab Arjuna. Seperti yang kalian tahu jika Arjuna tak pernah mengatakan bahwa dia menyukai Daisha kepada teman-temannya. Selama ini dia hanya menyimpan perasaannya itu untuk dirinya sendiri.

“Lama? Kok kita gak pernah lihat lo sama dia,” ucap El. Meski dia setengah mabuk, tapi dia masih bisa mencerna apa yang dikatakan oleh Arjuna.

“Ah udahlah.” Karena bingung harus menjelaskannya dari mana, akhirny Arjuna memilih untuk tak membahasnya lagi.

“Jangan-jangan lo suka dia?” Kali ini Dikta yang mengeluarkan suaranya. Dia berkata demikian karena merasa curiga.

Alih-alih menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Dikta, Arjuna malah kembali meneguk minumannya dan salah tingkah.

Melihat tingkah Arjuna yang seperti itu, El dan Dikta sepertinya sudah mendapatkan jawabannya. Kedua teman Arjuna itu tersenyum menggoda Arjuna.

Arjuna menatap keduanya dengan penuh tanya. “Apa sih?” tanyanya seolah tak tahu apa yang ada di pikiran kedua temannya saat ini.

“Pantesan aja langsung bilang ‘mau’ pas mereka tadi ngajak makan bareng,” ujar El sambil terkekeh.

“Apa yang lo suka dari dia?” tanya Dikta penasaran.

“Gue bilang udah gak usah dibahas lagi. Lagian, siapa juga yang suka sama dia,” ucapnya berusaha menyangkal. Sebenarnya bukan menyangkal, tapi dia merasa malu jika terus digoda oleh temannya seperti itu.

“Ya udah sih. Lo suka sama dia juga normal, emang apa salahnya.” El berusaha mengatakan jika Arjuna tak perlu malu atau merasa canggung dengan perasaannya itu.

**** 

Di lain tempat, Daisha malam ini sedang bekerja paruh waktu. Karenaa tadi siang dia harus ke kampus, jadi sebagai gantinya malam ini dia melakukannya.

Tempat kerja Daisha dipenuhi dengan buku. Mulai dari novel hingga komik semua ada di sini. Berbagai macam genre dan bagi Daisha ini adalah surga dunia.

“Kak, mau bayar ya,” ucap salah satu orang yang baru saja selesai memilih buku yang dia inginkan.

Bukan sebuah toko buku apalagi perpustakaan, Daisha bekerja di sebuah rental buku. Ya, mereka menyewakan buku-buku menarik pada pembaca.

Hal ini membuat para pembaca yang belum memiliki kemampuan untuk membeli buku bisa menyewa buku di sini dengan biaya lebih murah dan waktu sewa yang sudah ditentukan.

“Oke.” Daisha melayani dan memberikan buku yang diinginkan pembaca setelah dia menginput data dari buku itu.

Bukan pekerjaan yang sulit, tapi kadang terdapat beberapa orang yang tidak bertanggung jawab dan membuat buku mereka rusak, bahkan beberapa dari mereka juga ada yang tidak mengembalikan buku.

Sebenarnya pemilik bisa menghubungi peminjam itu, tapi jika sang peminjam sudah mengatakan tak bisa mengembalikan buku itu karena hilang, tak ada lagi yang bisa dilakukan selain membuat peminjam itu membayar denda yang telah ditentukan.

“Ahh masih harus di sini sampai dua jam kedepan,” ucapnya setelah dia melihat jam yang terpasang di dinding.

Itu berarti jam pulang malam ini adalah jam sepuluh malam. Tapi Daisha sangat beruntung tempat kerjanya itu tidak jauh dari rumahnya.

“Malam ini cukup sepi,” sambungnya saat tak melihat ada orang lain lagi di dalam sana.

Untuk mengisi waktu luangnya, Daisha mengeluarkan laptop yang sengaja dia bawa. Dia kembali membuka pekerjaannya tentang tulisan.

Tulisan yang membuat otaknyaa melaju dengan cepat kemarin, dia akan melanjutkannya. “Haruskah aku menulisnya sesuai kehidupan nyata?” kekehnya.

Entah kenapa harus Arjuna yang menjadi inspirasi dalam tulisannya. “Bukannya harusnya Antonio yang berhasil membuatku terinspirasi?” kekehnya mengingat Antonio adalah penulis yang sangat dia sukai dan kagumi.

“Bahkan dengan Arjuna aku baru bertemu beberapa kali saja.”

“Entahlah, selama itu bisa membuat otakku dengan lancar berpikir, kenapa tidak melanjutkannya?” ucapnya sebelum kemudian dia melanjutkan cerita itu.

Dia terlalu fokus sampai masuk ke dalam cerita itu. Benar-benar luar biasa, bahkan dengan dua puluh lima menit dia bisa menyelesaikan seribu kata.

“Kak!” Daisha terlonjak saat dia dipanggil dengan sangat nyaring oleh seseorang.

“Ah iya, maaf,” ucapnya sambil mejauhkan laptop yang dia pegang. “Udah?” tanya Daisha pada pelanggan itu.

“Udah.”

“Batas peminjaman sampai satu minggu kedepan ya,” ucap Daisha setelah dia menginput data dan memberikan buku itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!