Canggung

Suasana terasa sangat canggung saat ini. Bagaimana tidak, jika seseorang yang semula belum saling mengenal, tapi sekarang harus berhadapan di satu tempat dan waktu yang sama. 

"Kalian ada di jurusan yang sama?" Bukan Daisha yang bertanya seperti itu melainkan Grace. 

Sedari tadi Daisha hanya diam memperhatikan Grace yang sibuk mengagumi tiga pria yang ada di hadapannya. 

"Iya." Dikta menjawabnya karena sepertinya tidak ada yang akan menjawab pertanyaan Grace. 

Grace mengangguk dengan antusias dengan senyum lebar di wajahnya. Matanya berbinar memandang tiga pria tampan itu. 

"Ah, gimana kalau kita pesan makanan sekarang?" Daisha akhirnya bersuara berusaha mencairkan suasana canggung. 

"Iya aku setuju," jawab Arjuna. 

Mendengar Arjuna memanggil dirinya dengan sebutan 'aku' membuat atensi dua temannya itu terarah pada Arjuna. 

Arjuna yang merasa dipandang dengan aneh akhirnya bertanya, "apa?"

"Ah enggak, kita pesan sekarang." Tak mungkin juga jika El membahasnya sekarang. 

Mereka akhirnya memesan makanan. 

Karena kejadian tabrakan antara Daisha dan juga Arjuna tadi, membuat mereka berada di sana untuk makan. 

Masing-masing dari mereka memesan makanan dan menyantap makanan mereka begitu makanan tiba. 

"Sering-sering main ke jurusan sastra Indonesia," ucap Grace dengan genit. Ah entah mengapa gadis itu sangat menyukai pria tampan. 

"Ahh iya," jawab El canggung. Untuk El dan Dikta sepertinya hal itu tidak akan mungkin. Tapi lain dengan Arjuna yang memang memiliki alasan jika dia ingin pergi ke jurusan sastra Indonesia. 

"Kalian sudah berteman lama?" Grace kembali bertanya. 

Daisha berdehem dan bangkit dari duduknya hingga pertanyaan yang dilontarkan oleh Grace belum sempat terjawab. 

"Aku ke toilet sebentar," ucap Daisha yang diangguki oleh semua orang. 

Daisha tak peduli apa yang akan mereka bicarakan tanpanya. Dia hanya tak kuat berasa dalam suasana canggung seperti itu. 

Gadis itu melihat pantulan dirinya di cermin. Sangat ketara jika dia merasa tak nyaman. 

"Demi Tuhan kenapa Grace harus mengajak mereka makan?" rengeknya. 

Jika tahu akan seperti ini, dia lebih memilih Grace yang mengajaknya belanja dan membelikan barang tak berguna itu daripada harus berasa dalam suasana yang sangat canggung seperti sekarang. 

"Aku akan sedikit lebih lama di sini agar mereka sudah menghabiskan makanannya," ucapnya. 

Selama di dalam toilet, Daisha hanya mencuci tangannya dan sedikit merapikan penampilannya. 

Setelah dia merasa bosan, Daisha memutuskan untuk kembali. Baru saja dia akan keluar dari lorong yang mengarahkan mereka kembali ke tempat tadi, tangannya ditarik oleh seseorang. 

"Akkh," pekiknya. Sebenarnya tak seberapa sakit, hanya saja dia merasa terkejut dengan perlakuan tiba-tiba itu. 

Perlahan dia membalilan badannya hendak memukul pria itu. 

Buk

Beberapa kali Daisha layangkan pukulan itu hingga pria yang baru saja menariknya itu sedikit meringis. 

"Ini aku," ucap orang itu sambil memperlihatkan wajahnya pada Daisha. 

Karena sedari tadi menunduk, sepertinya membuat dirinya tak mengenali pria itu. 

"A-ah m-maaf… " lirihnya. Daisha menyesal telah memukul pria yang ternyata Arjuna. 

"Gak apa-apa," jawab Arjuna. 

"Lagian kenapa main tarik-tarik aja sih?" protes Daisha tak ingin salah. 

Arjuna tersenyum dan mengusap tengkuknya. Apa yang dikatakan Daisha ada benarnya juga. Untuk apa dia menarik gadis itu padahal jarak dengan teman-teman mereka cukup jauh. 

"Maaf. Aku cuma mau ngomong berdua sama kamu," ucap Arjuna sedikit ragu. Dia merasa seperti akan mengungkapkan rasa sukanya saat ini. 

"Boleh, mau ngomong apa?" Daisha bertanya. 

"Maaf ya. Aku tahu kamu gak nyaman sama kehadiran aku dan temanku. Semuanya jadi terasa canggung," ujar Arjuna menyesal. 

"E-enggak kok!" Daisha dengan cepat menjawab. 

Mereka terdiam sesaat hingga Daisha kembali mengeluarkan suaranya. 

"Justru aku yang mau minta maaf sama kalian. Aku tahu kalau kalian gak nyaman sama pertanyaan yang dilontarkan Grace," ucap Daisha. 

Sebenarnya apa yang dikatakan oleh Arjuna tadi tak sepenuhnya salah. Tapi mana mungkin Daisha meng-iyakan hal tersebut. 

"Kayanya Grace senang banget deh ketemu sama mereka," sambung Daisha. 

Arjuna tersenyum dan mengangguk. "Ya udah, kita balik?" tawar Arjuna. 

Sudah cukup lama mereka pergi meninggalkan teman-teman mereka. Takut teman-teman mereka akan khawatir, akhirnya mereka kembali ke tempat di mana teman-teman mereka berkumpul tadi. 

"Kalian dari mana? Kok bareng?" tanya Grace yang pertama kali melihat Daisha dan Arjuna berjalan bersama. 

"E-mm… "

"Tadi ketemu di jalan waktu mau balik ke sini," jawab Arjuna karena dia peka jika Daisha tak bisa menjawab pertanyaan itu. 

"Iya tadi kita ketemu. Makanya bareng aja." Daisha mencoba mendukung apa yang dikatakan oleh Arjuna. 

Mereka kembali duduk di kursi mereka dan melanjutkan acara makannya. 

**** 

"Haahhh akhirnya… " Daisha merasa sangat lega begitu Arjuna dan kedua temannya pamit untuk pulang. 

Sekarang hanya tinggal Daisha dan juga Grace yang ada di sana. 

"Kenapa sih?" tanya Grace heran. 

"Lagian kamu kenapa pake ajak mereka sih? Jadi canggung tahu," jawab Daisha. Akhirnya dia bisa mengatakan apa yang dia rasakan sedari tadi. 

"Kenapa canggung. Santai aja dong kaya aku," timpal Grace dengan percaya diri. 

"Justru yang bikin canggung itu pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari mulut kamu," ucap Daisha sambil meninggalkan Grace. 

Grace sempat terdiam di tempatnya masih memproses apa yang dikatakan oleh Daisha sebelum kemudian dia menyusul temannya itu untuk bertanya. 

"Emang kenapa sama pertanyaan aku? Gak ada yang aneh kok," ucapnya sambil berusaha menyamakan langkahnya dengan Daisha. 

"Udah ah lupain  aja." Mereka terdiam cukup lama. 

"Kamu mau ke mana lagi?" Daisha bertanya siapa tahu ada barang lagi yang mau dibeli oleh Grace. 

"Udah kayanya. Kamu?" tanya Grace. 

"Aku juga udah. Mau pulang aja," jawab Daisha yang kemudian mendapatkan anggukan dari Grace. 

"Ya udah aku antar kamu pulang. Yuk!" ucap Grace. 

Mereka pulang bersama dengan Grace yang mengantar Daisha sampai ke rumahnya. 

Cukup lama perjalanan mereka hingga mereka tiba di rumah Daisha. 

"Makasih ya udah antar aku. Makasih juga buat ini." Daisha mengangkat tote bag berisi tas yang tadi dibelikan oleh Grace. 

Grace mengangguk dengan senyumannya.  

"Aku pulang ya," pamitnya. 

"Hati-hati di jalan." Setelah mengatakan itu, Daisha melambaikan tangannya mengiringi kepergian Grace. 

Daisha menunggu hingga mobil Grace tak lagi terlihat di persimpangan sebelum akhirnya dia masuk ke rumahnya. 

"Ahhh hari ini sangat melelahkan," ucapnya sambil menjatuhkan badannya di atas ranjangnya. 

Niat awalnya dia hanya ingin berbaring sebentar kemudian membasuh badannya. Namun siapa sangka justru dia malah terlelap dengan nyaman. 

Malam ini dia meninggalkan hal yang selalu membuatnya stres. Dia meninggalkan karya dan tulisannya. 

Biarlah dia menikmati hari ini tanpa harus memikirkan bagaimana alur cerita yang diminati oleh pembaca.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!