Anak Buah

“Arjuna!!” teriak Daisha sambil terus berjalan ke arah pria itu.

“Lepasin!!” Arjuna berusaha memberontak untuk melepaskan pegangan kedua orang itu. Sangat sulit karena dua banding satu.

Arjuna menatap ke arah Daisha, dia melihat gadis itu sangat khawatir. Apalagi dengan luka yang baru saja didapatkan oleh gadis itu.

“Lepasin dia!!” Daisha telah tiba di sana. Dia mencoba untuk melepaskan pegangan orang-orang itu pada Arjuna. Walau dia tahu akan sangat sia-sia karena tenaganya yang tak seberapa, tapi dia akan mencoba.

Ketika Daisha memegang tangan pria berbaju hitam itu, pria itu membanting tubuh Daisha hingga gadis itu tersungkur. 

“Asshh.” Daisha meringis, bukan hanya karena dia terjatuh saja, tapi kakinya juga kesakitan karena itu masih baru.

Mata Arjuna terbelalak ketika melihat itu. Rahangnya mengeras dengan wajah yang memerah. Dia sangat marah saat ini.

“Lepasin gue!!” Dengan sekuat tenaga dia berusaha melepaskan diri. Arjuna juga menginjak kaki salah satu orang itu berharap pegangannya bisa mengendur.

Berhasil, salah satu tangan Arjuna sekarang bebas. Pria itu meninju yang lainnya dengan brutal. Satu pria yang bebas tadi pada akhirnya menodongkan pistol pada Arjuna tepat di kepala pria itu.

“Maaf, Tuan. Ikut kami pulang atau gadis ini akan terluka,” ucap pria itu sambil menodongkan pistol bergantian ke arah Arjuna dan Daisha.

Arjuna mematung, dia mengangkat kedua tangannya. Dia tak bisa melakukan apapun lagi jika Daisha taruhannya.

“Turunin pistolnya, gue ikut pulang,” ucap Arjuna pasrah.

Orang itu menurunkan pistolnya seperti yang dikatakan oleh Arjuna. “Kasih gue lima menit, tunggu di mobil gue nyusul,” sambungnya. Ketiga orang itu mengangguk dan pergi dari sana setelah menyetujui persyaratan yang diucapkan oleh Arjuna.

Arjuna menurunkan tangannya begitu orang-orang itu pergi dari sana. Dia menghela nafas berat sebelum kemudian menghampiri Daisha yang terjatuh di sana.

“Kamu gak apa-apa?” tanya Arjuna khawatir. Dia menggendong Daisha untuk dibawa ke dalam setelah Daisha menggeleng dan mengatakan bahwa dia baik-baik saja.

Arjuna menurunkan Daisha di sofa. “Maaf ya, kamu pasti kaget,” ujar Arjuna.

“Mereka siapa?” Akhirnya Daisha berani menanyakan hal itu. Tentu saja dia sangat terkejut, tapi dia juga bersyukur tak terjadi apapun pada mereka.

“Aku ceritain nanti ya, sekarang aku harus beresin ini dulu,” jawab Arjuna menyesal. Walau Daisha sangat ingin tahu siapa orang-orang itu, tapi sepertinya untuk sekarang dia harus mendengarkan Arjuna dan meminta penjelasan pada pria itu nanti.

“Kamu gak akan kenapa-kenapa, kan?” tanya Daisha. Dia takut jika Arjuna ikut dengan orang-orang itu, Arjuna akan terkena masalah.

“Gak apa-apa, aku bakal baik-baik aja,” jawab Arjuna meyakinkan Daisha.

Daisha mengangguk paham. “Kalau gitu aku pergi dulu,” pamitnya yang kembali dibalas dengan anggukan oleh Daisha.

Daisha masih sangat terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Sepanjang hidupnya ini adalah kali pertama dia melihat pistol secara nyata.

“Semoga dia gak apa-apa,” ucapnya.

Sementara itu Arjuna melangkah dengan santai. Tapi meski begitu sekarang dia sangat marah karena dia tahu siapa orang yang telah mengutus orang-orang itu untuk mencarinya.

“Bisakah setidaknya aku memiliki hari tenang satu hari dalam seminggu?” ucapnya.

Orang-orang itu patuh dan menunggu Arjuna di mobilnya. “Silahka Tuan.” Arjuna diminta masuk ke dalam mobil yang dibawa orang-orang itu sementara mobilnya dibawa oleh yang lainnya.

Arjuna patuh masuk ke sana dan duduk dengan tenang. “Jangan berani-berani kalian sentuh gadis tadi. Dia gak ada hubungannya sama semua ini,” ucap Arjuna meminta orang-orang itu agar tak menyentuh Daisha.

Mereka yang mendengar itu hanya diam. Arjuna memang pewaris dari bisnis itu, tapi saat ini ayah Arjuna lah yang menjadi majikan mereka. Jadi mereka tak bisa mengiyakan ucapan Arjuna begitu saja.

Arjuna juga paham dengan hal tersebut, itu berarti mulai sekarang dia harus lebih hati-hati dan lebih melindungi Daisha dari orang-orang yang diutus oleh ayahnya.

Mereka tiba di perusahaan, tempat di mana Arjuna merasa sangat sesak dengan segala aturan yang ada di sana.

“Dari mana aja kamu?” Ayah-nya berada di sana dan itulah pertanyaan pertama yang didapatkan oleh Arjuna begitu dia tiba di sana.

“Main,” jawab Arjuna singkat.

“Siapa ja*ang yang sudah berani bikin kamu kaya gini?” Pertanyaan ayahnya yang satu itu berhasil membuat emosi Arjuna memuncak.

“Jaga ucapan Ayah!” sentaknya. Dia tak terima ayah-nya memanggil Daisha seperti itu, tapi Arjuna juga harus berhati-hati karena jika dia gegabah, dia takut Daisha akan terkena imbasnya.

“Cih, lalu julukan apa lagi yang pantas buat dia? Kamu bahkan lebih pilih habiskan waktu sama dia dibandingkan dengan ngurus bisnis yang kasih kamu banyak uang ini,” ujar ayah-nya.

“Cukup, aku gak mau dengar apapun lagi.” Arjuna hendak pergi dari sana sebelum kemudian kedua tangannya kembali dicekal dan dipegang oleh orang-orang ayah-nya.

“Jangan macam-macam atau gadis itu akan dalam masalah.” Sebuah ancaman yang sangat Arjuna hindari dan tentu saja dia sangat benci mendengarnya.

Arjuna berbalik dengan rahang yang mengeras. Tangannya terkepal kuat hingga buku-buku tangan itu ikut memucat.

“Jangan sentuh dia.” Peringatan Arjuna pada ayah-nya.

“Aku tak akan menyentuhnya kalau kamu patuh!” Ayah-nya marah karena Arjuna sangat sulit untuk dikendalikan.

“Apa maumu?” tanya Arjuna.

“Lanjutkan bisnis ini dan  buktikan kalau bisnis ini bisa berkembang, aku tak akan menyentuhnya. Jika suatu saat bisnis ini hancur karena kamu, maka kamu bisa bayangkan sendiri apa yang akan terjadi padaanya,” jelas ayah-nya panjang lebar.

Sebuah pilihan yang sangat sulit bagi Arjuna. Dia tak ingin mengambil alih bisnis ini karena dia tahu ini salah, tapi jika dia tak mengambilnya maka Daisha akan berada dalam bahaya.

“Besok pengesahan untuk kamu ambil alih bisnis ini, kalau kamu gak datang, orang pertama yang akan aku cari adalah gadis itu,” ucap ayah-ya.

Arjuna semakin tak memiliki pilihan jika seperti ini caranya. Tanpa menjawab, Arjuna berlalu dari sana. Dia harus memikirkan cara bagaimana agar Daisha baik-baik saja.

“Ahh karena gue, Daisha dalam masalah,” ucapnya sambil terus berjalan ke arah mobilnya.

Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Besok adalah hari di mana dia resmi mengambil alih bisnis ayah-nya dan dia harus datang. Tapi sebelum itu, dia harus memastikan jika Daisha aman.

“Halo,” panggilnya ketika telpon tersambung.

“Hmm, kenapa?”

“Dikta, lo sibuk gak?” tanya Arjuna. Hanya pria itu yang ada di pikirannya sekarang.

“Enggak, kenapa?” tanya orang di seberang sana.

“Lo di mana? Gue mau ketemu. Gue perlu bantuan lo,” ucap Arjuna.

Dikta menyetujuinya dan mengatakan di mana dia berada saat ini agar Arjuna bisa ke sana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!