Bisnis Gelap

Dia masih harus mengulur waktu entah berapa lama lagi. Bukan karena tak ingin segera menyelesaikan semuanya, tapi dia harus mencari bukti dan cara agar bisa lepas dari semua ini.

Kalandra Arjuna, seorang pria malang yang harus mewarisi bisnis ayahnya. Jika orang lain mungkin akan senang dengan kabar demikian, tapi tidak dengan pria yang kerap dipanggil Arjuna itu.

“Arggh, selalu saja ada hal yang meleset dari perkiraan,” umpatnya. Sudah berulang kali dia menduga dan hampir seratus persen yakin dengan dugaaannya itu, tapi siapa sangka jika hal itu justru salah besar.

Pria yang diwarisi bisnis itu sangat kesal dengan keadaan sekarang. Dia akan sangat bersyukur jika bisnis yang diwariskan padanya itu adalah bisnis legal seperti yang dijalankan oleh orang-orang yang dia kenal, bukannya bisnis ilegal seperti ini.

“Kenapa ayah lakuin bisnis kaya gini sih?” tanya dia. Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang berulang kali terlintas dalam benaknya dan hingga sekarang dia tak kunjung mendapatkan jawabannya.

“Aku melakukannya karena cepat mendapatkan uang dan dalam jumlah yang sangat besar.” Seseorang tiba-tiba saja masuk dan menjawab pertanyaan yang baru saja keluar dari mulut Arjuna.

Arjuna menoleh ke arah pintu masuk. Dia memperhatikan ayahnya yang terus berjalan. Matanya menatap dengan binar pada setiap senjata yang tertempel di dinding ruangan itu.

“Kamu gak bisa melihatnya? Bukankah senjata-senjata ini sangat indah?” ucapnya sambil mengelus salah satu senapan yang ada di sana.

“Bisakah Ayah menghentikannya?” tanya Arjuna. Bukan tak ingin uang yang banyak, tapi dengan bisnis yang mereka lakukan ini membuat dia akan selalu ketakutan jik bertemu para polisi.

Fokus yang sedari tadi dia tuangkan pada senapan, kini beralih pada sang putra yang memandangnya dengan tatapan memohon.

“Berhenti? Setelah aku berjuang sejauh ini, aku harus berhenti?” tanyanya diakhiri dengan kekehan.

“Aku tidak akan berhenti dan aku ingin kamu melanjutkannya. Kamu tahu juga ada harga yang harus kamu bayar untuk ini jika kamu tidak mau melakukannya,” ujar ayahnya.

“Yah, berapa lama lagi? Aku lelah dengan semua ini,” hela Arjuna. Dia tak habis pikir dengan yang dilakukan ayahnya.

“Sampai aku akhirnya bisa bersantai di sebuah mansion dan menerima uang yang melimpah,” jawabnya. “Aku masih ada urusan lain, bekerja dengan baik.” Pria paruh baya itu menepuk pelan bahu putranya sebelum akhirnya dia benar-benar pergi dari sana.

Setelah kepergian sang ayah, tangan pria itu meninju pelan meja yang ada di hadapannya. Sebenarnya dia ingin melakukannya lebih dari itu. Tapi dia tak bisa bersikap seenaknya atau anak buah ayahnya akan menghabisinya.

Jika kalian berpikir hal itu tidak mungkin terjadi maka kalian salah karena Arjuna pernah mengalaminya sekali. Ayahnya memang lebih mempercayai anak buahnya dibanding dengan putranya sendiri.

“Oke, aku hanya harus mencari waktu yang tepat.” Akhirnya dia keluar dari ruangan itu. Sebuah markas yang sangat tersembunyi di bawah tanah. 

Arjuna mengenakan topi hitam dan juga maskernya. Dia berjalan di tengah keramaian kota dengan sedikit menunduk karena tak ingin menjadi pusat perhatian.

Bruk

Tepat sekali, dia menabrak seseorang. Sebuah buku yang sepertinya sedang dipegang oleh gadis itu terjatuh. Arjuna bisa melihatnya. Dia mengangkat pandangannya untuk melihat siapa orang yang dia tabrak. Matanya membulat, sebelum gadis yang dia tabrak itu sadar siapa dirinya, dia hanya membungkuk dan meminta maaf sebelum akhirnya dia segera pergi dari sana.

“Ahh, aku harus lebih hati-hati,” desisnya.

Dia melanjutkan perjalanannya. Dia akan pergi ke rumahnya. Rumah yang dia tinggali sendiri dengan segala hal privasi tentangnya.

Tiba dia di rumahny yang terlihat sangat sunyi. Rumah dengan tampilan mewah itu sama sekali tak mengeluarkan suasana mewah karena memang tak ada siapapun di sana, hanya kesunyian yang setiap hari dirasakan oleh Arjuna.

Arjuna menuju kamarnya, lebih tepatnya dia menuju sebuah meja di mana di atasnya ada sebuah komputer. Dia membukanya. Seperti biasa, akan banyak sekali notifikasi yang masuk dalam akun menulisnya.

“Bahkan dengan cerita seperti ini mereka masih sangat antusias? Bahkan mengeluarkan uang untuk membeli bab yang terkunci?” tanya Arjuna.

Demi Tuhan, dia menulisnya hanya karena dia merasa bosan dengan hal-hal tak penting yang dia lakukan setiap hari.

“Jika saja mereka percaya dengan apa yang aku tulis, mungkin sudah sejak lama polisi menghancurkan bisnis ayah,” ujarnya.

Dia membaca setiap komentar yang membanjiri ceritanya. Ada salah satu akun yang membuat dia menghentikan perhatiannya dan membaca setiap kata dari komentar itu.

“Menyenangkan?” ucap Arjuna ketika dia membaca komentar itu. Bukan komentarnya, hanya saja orang yang memiliki akun tersebut yang membuat dirinya tertarik.

“Dia bisa bilang jika cerita ini menyenangkan? Cih, tidak tau saja apa yang sebenarnya terjadi.” Tak terlalu ambil pusing dengan hal itu. Dia akan membiarkannya karena akun itu adalah milik seseorang yang selalu ada dalam ingatannya.

Pria itu menyandarkan tubuhnya di kursi dengan mata yang terpejam. “Akankah ini menjadi sebuah kasus lain? Atau mungkin balas dendam?” lirihnya. 

Arjuna membuka matanya, perhatiannya tertuju pada sebuah buku dengan judul Dendam Samudera. Cukup lama dia memandang buku itu sebelum akhirnya dia menggelengkan kepalanya dan beranjak dari sana.

“Jam berapa sekarang?” tanyanya sambil melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. 

“Ahh kenapa harus ada kelas pagi?” keluhnya. Dia sangat malas jika harus melakukan kelas sepagi ini. menurutnya kelas malam akan lebih baik.

Namun meski begitu, pria itu segera bersiap untuk menuju ke kampus. Dia pergi untuk melakukan ritual mandinya dan bersiap untuk pergi ke kampus.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!