Freya tampak gelisah, sekarang dia tidak tahu harus pergi ke mana. Padahal dia berencana pergi untuk mengambil artefak milik ayahnya yang sudah berada di tangan seorang kolektor tapi sebuah surat yang dikirimkan oleh Norman, membuatnya sakit kepala.
Surat itu baru saja dikirimkan, berisi ancaman. Norman mengancam akan memecahkan artefak yang ada padanya jika Freya tidak datang mencarinya saat jam delapan malam nanti dan Norman juga mengatakan tidak boleh diwakilkan karena jika sampai Freya melakukannya, maka dia akan memecahkan artefak itu tanpa ragu. Tentunya Norman mengancam demikian karena dia yakin si licik Freya akan memiliki ide seperti itu agar dia bisa menghindar dan agar mereka tidak bertemu.
Freya memikirkan hal ini dengan serius, memang dia bisa pergi menemui Norman terlebih dahulu sebelum pergi mencuri artefak milik ayahnya tapi yang dia khawatirkan adalah, pria licik itu tidak melepaskan dirinya begitu saja. Bimbang, dia sungguh bimbang. Jika dia tidak pergi maka Norman akan memecahkan artefak milik ayahnya tapi jika dia pergi, sudah pasti dia tidak bisa melakukan misi kedua karena ini malam paling tepat untuk mengambil barangnya kembali. Sekarang dia benar-benar harus berurusan dengan pria licik seperti Norman dan dia pun tahu, Norman tidak bercanda dengan ancamannya.
"Arrgghhh, menyebalkan!" teriak Freya sambil mengacak rambutnya.
"Ada apa denganmu, Nona?" tanya Cristina.
"Kau lihat surat itu?" Freya menunjuk ke arah surat, "Pria itu mengancam aku. Dia benar-benar mempersulit aku. Seharusnya aku tidak melemparkan artefak itu padanya, aku benar-benar menyesal!" ucap Freya.
"Jangan begitu, Nona. Bagaimana jika kalian berdua berjodoh?" goda Cristina.
"Tidak sudi, jangan asal bicara!" ucap Freay kesal.
"Biasanya jodoh yang ada di depan mata, Nona. Dari benci menjadi cinta jadi jangan terlalu benci karena perasaan itu bisa berubah secara mendadak," Cristina masih saja menggodanya.
"Sepertinya kau terlalu banyak mendengar dongeng oleh sebab itu otakmu sedikit rusak!"
Cristina terkekeh, dia bisa melihat jika Freya cukup stres gara-gara pria asing yang tiba-tiba datang mengacaukan harinya. Ini kali pertama dia melihat majikannya seperti itu dan pria bernama Norman itu, sukses membuat Freya sakit kepala.
"Aku ini arkeolog, tapi aku justru dipermainkan oleh pria asing yang hanya aku kenal namanya," ucap Freya sambil menghela napas.
"Sudahlah, Nona. ikuti saja alurnya, ikuti apa yang pria itu inginkan. Dia yang meminta Nona melibatkan dirinya jadi biarkan dia terlibat. Lagi pula pria itu yang mau. Percayalah padaku, semakin Nona lari semakin dia akan mengejar karena pria seperti itu akan semakin tertantang."
"Benarkah?" Freya memandangi Cristiana dengan ekspresi tidak percaya.
"Nona terlalu banyak melakukan penelitian jadi tidak peka dengan hal seperti ini!"
"Jadi, apa ada saran yang bagus?"
"Temui saja dia Nona lalu cari tahu apa yang pria itu inginkan lalu ikuti saja permainannya. Sudah aku katakan Nona butuh partner dan jika pria itu masih mau melibatkan diri maka jadikan dia partner untuk mencari keberadaan ayah Nona dan untuk mengumpulkan artefak milik ayah Nona yang hilang!"
Freya tampak berpikir, memikirkan perkataan Cristina yang ada benarnya juga. Entah apa sebenarnya yang pria itu inginkan, sebaiknya dia mencari tahu. Berbicara baik-baik adalah jalan satu-satunya agar mereka tidak berselisih seperti itu. Jika pria itu memang ingin terlibat dengan permasalahan yang sedang dia hadapi, bukankah dia harus senang? Freya beranjak setelah mengambil keputusan, sebaiknya dia pergi menemui Norman karena waktu yang ditentukan sudah hampir tiba.
"Aku pergi dulu," ucap Freya.
"Apa Nona sudah mengambil keputusan?"
"Tentu saja, aku akan pergi menemui pria itu terlebih dahulu."
"Semoga kau beruntung, Nona. Aku harap pria itu mau menjadi partermu."
"Doakan saja yang terbaik," Freya mengambil perlengakapan yang dia butuhkan. Kali ini dia akan bernegosiasi dengan Norman dan dia harap, pria itu bisa diajak bekerja sama.
Norman sudah menunggu, dia yakin Freya pasti akan datang. Dia berada di sebuah hotel saat itu. Norman berdiri di balkon untuk menikmati indahnya kota New York sambil menikmati segelas minuman. Sebentar lagi waktu sudah menunjukkan pukul delapan, dia yakin Freya pasti akan datang karena dia tidak mungkin membiarkan artefak berharga miliknya itu hancur.
Pria itu sungguh tidak sabar, dia tidak akan membiarkan Freya berbuat sesuka hatinya lagi. Kali ini tidak dan wanita itu harus tahu jika dia memiliki kekuasaan untuk menjebloskan Freya ke dalam penjara malam itu juga. Suara pintu yang diketuk membuat Norman tersenyum, akhirnya datang. Minuman yang ada di gelas di teguk sampai habis dan setelah itu, Norman masuk ke dalam kamar untuk membuka pintu.
Tatapan tidak senang Freya yang pertama kali dia dapatkan, Norman tersenyum meski Freya menatapnya dengan tatapan seperti itu. Tanpa berkata apa-apa, Freya menerobos masuk ke dalam dan langsung duduk tanpa permisi. Norman meliriknya sebelum menutup pintu, sungguh berani.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Freya tanpa basa basi.
"Seharusnya aku yang bertanya di sini, Freya. Beraninya kau meninggalkan aku di pasar gelap?" Norman melangkah mendekati Freya, kali ini dia benar-benar akan menarik Freya ke penjara dengan barang bukti jika Freya tidak mau bekerja sama dengannya.
"Kau sudah lolos dari pasar gelap itu jadi untuk apa di bahas. lagi pula kenapa kau tidak kembali ke tempat asalmu saja dari pada berada di kota ini dan terlibat denganku!"
"Jadi kau meninggalkan aku karena kau ingin aku pergi? Apa kau pikir kau bisa mengusir aku di saat aku sedang menjadi buronan gara-gara kau bahkan aku yakin, aku sudah menjadi buronan para penjahat itu!"
Freya menelan ludah, sial. Sepertinya pria itu sudah tahu tapi dia harus bisa membela dirinya.
"Bukankah semalam adalah kesempatan emas untukmu? Seharusnya kau kembali ke asalmu tanpa memikirkan hal ini karena kau tidak mungkin diburu!"
"Omong kosong, aku tidak sudi kembali ke negaraku dengan sebuah aib sehingga semua orang tahu aku adalah buronan yang telah mengambil barang tidak penting. Aku ingin kembali setelah namaku bersih!"
"Jadi, apa yang kau inginkan?"
"Membawamu ke kantor polisi, dengan tuduhan jika kau yang telah mencuri di museum Bishop atau membawamu kepada Dark Dragon dan mengatakan pada mereka jika kau'lah yang telah membunuh ketua mereka. Tinggal pilih yang mana yang kau inginkan!"
"Cih, tidak perlu membual. Apa kau kira kau berani melakukannya? Kau juga terlibat jadi aku yakin kau tidak akan berani melakukannya!"
"Percayalah padaku, Freya!" Norman melangkah mendekati Freya dan berdiri di hadapannya, "Aku memiliki kekuasaan dan aku bisa melakukan apa pun yang aku mau tapi aku tidak ingin memakai kekuasaan yang aku miliki di luar wewenangku meski pun aku bisa jika aku mau!"
"Siapa kau sebenarnya?" tanya Freya.
"Norman Elouis, ingat baik-baik namaku dan kau, jangan pernah mengulangi apa yang pernah kau lakukan dan mulai sekarang kau harus bersikap baik padaku jika tidak, kau tidak akan bisa menemukan keberadaan ayahmu bahkan dengan kekuasaan yang aku miliki, aku bisa menghapus nama ayahmu sehingga dia dilupakan oleh semua orang!" ancam Norman. Dia melakukan hal itu agar Freya tidak memperlakukan dirinya lagi sesuka hatinya.
Freya diam, tidak bergeming. Siapa pria itu sebenarnya? Jika didengar dari perkataannya sudah pasti, dia pria yang memiliki kekuasaan dan jangan sampai dia telah melibatkan orang yang tidak seharusnya. Norman menjatuhkan dirinya di kursi yang ada di hadapan Freya, mereka berdua saling menatap dalam diam.
"Sekarang, apa yang kau inginkan?" tanya Freya. Dia rasa sudah saatnya mengetahui apa yang pria itu inginkan.
"Sudah jelas, bukan. Libatkan aku dan buktikan padaku jika kau benar-benar mencari ayahmu dan buktikan padaku jika kau bukan pencuri melainkan kau sedang mengumpulkan artefak milik ayahmu yang hilang!"
"Kau sudah melihatnya, Apa kau tidak percaya?"
"Aku tidak akan percaya pada penipu licik seperti dirimu dan aku akan percaya pada perkataan ayahmu yang akan kita temukan nanti!"
"What?" Freya menganga, tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
"Kenapa? Tidak perlu terkejut seperti itu."
"Kenapa kau tidak mengatakan jika kau akan percaya dengan kakekku!" teriak Freya kesal.
"Boleh saja. Jadi, apa yang hendak kau lakukan?"
Freya menghela napas, mau tidak mau dia harus melibatkan Norman lagi. Tapi biarlah, yang penting negosiasi mereka berjalan dengan lancar karena misinya malam ini tidak boleh gagal.
"Ikut aku!" ucap Freya seraya beranjak. Sudah saatnya pergi untuk mengambil artefak milik ayahnya. Semoga saja, aksi mereka berjalan mulus tanpa membuat keributan seperti yang terjadi di pasar gelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Samsia Chia Bahir
Norman chaiya chaiya chaiya 😄😄😄😄😄
2023-09-05
0
🍍⭐
baiklah lanjut misi ke2 nihh...jgn iseng lagi ya Freya 🤭
2023-06-04
1
🌼 Pisces Boy's 🦋
saran Christina perlu kau pertimbangkan
2023-05-22
0