Berita akan kekacauan yang Freya lakukan semalam menjadi berita hangat pagi itu. Sebuah artefak yang sedang dicari oleh polisi berada di atas meja di sisi sebuah laptop yang menyala.
Suara laptop berbunyi yang menandakan jika apa yang Freya cari sudah ditemukan. Freya yang saat itu sedang berlatih dan bergelantungan di atas ruangan melihat ke arah laptop. Sepertinya dia kembali menemukan keberadaan salah satu artefak ayahnya. Bagus, dia tidak menyangka begitu cepat.
Freya menggoyang kain panjang yang dia gunakan untuk bergelantungan, lalu dia melompat untuk meraih kain lainnya yang memang sengaja dia ikat di langit-langit ruangan. Freya kembali melompat ke kain yang lain namun tangannya terasa licin sehingga membuatnya tergelincir.
"Oh, tidak!" Freya berteriak karena tubuhnya terjun bebas ke bawah.
Freya berusaha meraih kain yang tinggal sedikit, hal seperti itu memang sering terjadi. Biasanya akan ada matras di bawah sana tapi kali ini sudah tidak ada lagi karena dia tidak bisa mengandalkan matras itu terus menerus. Sang pelayan yang baru saja masuk ke dalam ruangan bahkan terkejut melihat Freya sudah akan terjatuh..
"Nona!" sang pelayan berteriak dan tampak panik.
"Kursi!" teriak Freya. Sang pelayan begitu sigap, mendorong sebuah kursi tepat ke bawah Freya akan jatuh. Kini Freya sudah yakin, dia pun tidak lagi berusaha meraih kain dan membiarkan tubuhnya terjun bebas. Teriakan pelayannya terdengar, Freya berputar sesekali di udara dan setelah itu dia mendarat di atas kursi empuk namun dia kembali melompat sehingga dia mendarat sempurna ke atas lantai.
Sang pelayan bernapas lega, hampir saja. Freya pun tampak lega, sepertinya dia masih harus lebih banyak berlatih agar tidak melakukan kesalahan saat sedang mencuri.
"Nona Freya, ada sebuah surat untukmu," ucap sang pelayan yang memberikan sebuah surat untuknya.
"Surat?" Freya mengambilnya dan melihat nama pengirim yang adalah dari rekan sesama Arkeolog, Gabriel. Dia menebak Gabriel pasti memintanya untuk kembali melakukan penelitian tapi sebelum dia menemukan keberadaan ayahnya dan mengumpulkan semua barang ayahnya yang hilang maka dia tidak akan kembali menjadi ilmuwan.
"Kenapa tidak kau baca, Nona?"
"Isinya selalu sama, aku malas!" Freya sudah melangkah menuju laptopnya.
Lokasi salah satu artefak milik ayahnya sudah dia temukan dan artefak itu berada si sebuah museum yang ada di pulau Hawaii. Pulau itu tdak jauh dan dia bisa mencuri benda itu malam ini juga. Tidak akan dia biarkan milik ayahnya menjadi milik orang meskipun berada di museum karena dia tahu benda itu pasti dijual dengan harga tinggi oleh pelaku.
"Siapkan barang-barangku, aku akan berangkat ke pulau Hawaii sebentar lagi!"
"Kau baru saja mencuri, apa kau ingin pergi mencuri lagi, Nona?" tanya sang pelayan.
"Tidak!" Freya melepaskan ikatan rambutnya dan melangkah pergi, "Aku hanya ingin mengambil benda milik ayahku kembali!" ucapnya sebelum Freya masuk ke dalam kamar.
Sang pelayan menggeleng, dia sudah bekerja dengan Freya begitu lama dan ketika kejadian itu terjadi, dia tidak ada di tempat. Saat kembali, dia justru mendapati Freya sedang bersedih dengan rumah yang berantakan. Dia benar-benar tidak tahu tapi Freya mengajaknya langsung pergi dari tempat itu. Itu dilakukan karena Freya khawatir pelaku yang telah menculik ayahnya akan kembali karena apa yang dicari belum didapatkan.
Freya bergegas, menuju Hawaii. Sebuah motel pun sudah dia dapatkan karena dia akan menginap di pulau itu. Bukan untuk menikmati indahnya Waikiki Beach, tapi dia datang untuk mengambil barang ayahnya kembali. Freya datang tepat waktu, dia beristirahat sebentar dan setelah itu Freya bersiap-siap untuk mencuri.
Sebuah museum menjadi target, dia tidak peduli benda itu disumbangkan atau dijual yang dia tahu benda itu harus dia dapatkan kembali. Jika hendak disumbangkan pun, harus ayahnya yang melakukan agar ayahnya dikenang bukan orang yang tanpa melakukan apa pun tapi mau tenar.
Semua sudah siap, Freya mengambil perlengkapan dan segera bergegas. Tidak mungkin ada yang bisa memergoki dirinya, seperti yang sudah-sudah dia pasti akan mendapatkannya tapi malam itu akan terjadi kejadian yang tidak terduga. Entah itu keberuntungan atau kesialan, dia tidak tahu.
Bishop museum menjadi tujuan, penjagaan di sana sangatlah ketat. Dia tidak bisa menerobos dengan mudah. Freya melakukannya dengan hati-hati, sebuah artefak yang ayahnya temukan di Mesir menjadi incaran. Freya mengendap, melewati inframerah yang berbahaya. Tiga orang security berjaga di mana dia berada, dia benar-benar harus waspada.
Freya kembali bergerak, bersembunyi ke sebuah patung yang terbuat dari tanah liat. Pergerakan yang dia lakukan membuat para security itu curiga, mereka semakin berjaga dengan ketat. Freya hanya bisa mengumpat, museum besar memang sangat berbahaya. Setelah security itu pergi ke tempat lain, Freya kembali bergerak ke tengah ruangan untuk mengambil artefak milik ayahnya. Bagus, dia sudah mendapatkannya tapi sialnya, saat artefak itu diangkat, suara sirine berbunyi.
"Siapa di sana?" terdengar teriakan seorang security yang berada tidak jauh darinya.
"Sial!" Freya membungkus artefak itu menggunakan kain lalu berlari melewati inframerah yang menyala.
"Ada pencuri, kejar!"
Para security itu mengejar, sirine yang berbunyi mengundang para polisi untuk datang ke lokasi. Freya terus mencari jalan keluar, dia tidak boleh tertangkap.
Freya kembali mengumpat, beberapa security sudah mengepung. Tidak ada yang berani menembak karena bisa merusak barang yang ada di museum.
"Kembalian itu pada kami!" pinta salah seorang security yang sedang mengepungnya.
Freya melihat sekitar, cara satu-satunya yang dia miliki hanya melarikan diri dari atas. Para security semakin banyak mengepung, mereka pun siap menangkap Freya.
"Sorry!" ucap Freya pelan seraya menembakkan pistol pelontar talinya ke sebuah tiang yang ada di atas.
"Tembak!" perintah kepala security itu namun tubuh Freya sudah tertarik ke atas. Freya langsung menerjang keluar dari area terbuka yang ada di atas. Dia kira sudah selesai tapi dia disambut dengan timah panas oleh para polisi yang ada di luar sana.
Freya terus berlari menghindari timah panas yang menghujaninya dan melompat ke bawah. Di bawah para polisi sudah siaga dan mengejar juga menembakinya. Freya berlari menuju dermaga karena dia akan melarikan diri dari dermaga.
Seorang pria asing sedang menikmati waktunya di dermaga saat Freya berlari ke arahnya. Freya yang panik dan berusaha menghindari tembakan para polisi pun tanpa sengaja menabrak pria itu sehingga mereka berdua terjatuh.
"Apa kau tidak punya mata?!" pria itu berteriak marah.
"Aku minta maaf," pinta Freya. Mereka berdua saling pandang namun tembakan para polisi menyadarkan Freya sehingga dia beranjak dengan cepat dan mengambil artefak yang baru saja dia curi.
"Itu dia, kejar!" terdengar teriakan para polisi itu.
"Tolong bawakan benda ini!" Freya melemparkan artefak ke arah pria yang baru saja dia tabrak.
"Apa maksudnya?" pria itu justru bertanya.
"Lari jika tidak ingin tertangkap!" teriak Freya yang sudah mengambil langkah seribu.
Pria itu melihat benda yang ada di tangan, firasat buruk. Para polisi bahkan menembak ke arahnya karena mereka mengira pria itu adalah komplotan Freya sehingga mau tidak mau, pria itu pun berlari untuk menyelamatkan diri dari kejaran para polisi yang sedang mengejar Freya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Ikbal Samija
serasa baca manga kid si pencuri
2024-01-24
0
Pepe Black Street
seru kak
2023-12-22
0
StAr 1086
Norman ikutan jadi buronan...
2023-10-01
1