Freya yang menyetujui permintaan Norman untuk melibatkan pria asing dan aneh itu dalam misi mencari ayahnya mendadak kebingungan karena sekarang dia tidak tahu lagi harus melakukan apa dan bagaimana caranya melibatkan pria aneh itu. Sungguh dia tidak mau, tapi dia tidak memiliki pilihan.
Mereka berdua diam, tanpa berkata apa-apa. Norman tak melepaskan tatapan matanya dari Freya. Selain kebingungan Freya pun menjadi tidak nyaman mendapat tatapan dari Norman yang tidak berpaling sama sekali. Freya bahkan bergerak gelisah, dia sangat tidak suka ditatap seperti itu apalagi oleh seorang lelaki.
"Berhenti menatap aku dengan wajah jelekmu itu!" ucap Freya kesal.
"Jika tidak mau ditatap olehku jadi menyingkir dari hadapanku!" ucap Norman pula.
"Cih, sia-sia aku datang!" Freya beranjak, sebaiknya dia pergi saja dari pada terlalu lama berada di dekat pria aneh itu.
"Mau pergi ke mana kau?" Norman juga beranjak, tidak akan dia biarkan wanita itu lari sebelum dia tahu siapa dirinya dan di mana dia tinggal.
"Aku mau pergi ke mana itu tidak ada urusannya denganmu dan aku pun tidak wajib memberikan laporan padamu!" Freya melangkah menuju pintu namun langkahnya terhenti dan dia harus terkejut karena Norman menahan daun pintu yang hendak dia buka dengan satu tangannya.
"Apa lagi maumu?" tanya Freya.
"Jangan harap kau bisa pergi begitu saja!"
"Jadi apa yang kau inginkan? Apa kau ingin aku tinggal di sini denganmu?" tanya Freya dengan perasaan kesal luar biasa.
"Walau artefak itu ada padaku tapi bagaimana jika kau lari dan tetap menuduh aku sebagai pencurinya? Aku tidak bodoh dan jangan harap kau bisa membodohi aku!"
"Wah... Wah, jadi apa yang kau inginkan, Tuan? Jangan katakan kau benar-benar akan menahan aku di sini sampai aku menemukan keberadaan ayahku. Percayalah, aku tidak sudi berduaan dengan pria super menyebalkan seperti dirimu!" Freya hampir berteriak saat mengatakan jika dia tidak sudi bersama dengan Norman akibat perasaan kesal yang meluap di hati.
"Kau yang telah melibatkan aku jadi kau harus tanggung sendiri akibatnya karena sudah menarik aku ke dalam masalahmu!"
"Apa? Kenapa tidak sekalian saja kau mengatakan jika kau sedang hamil gara-gara terlibat denganku!"
"Anggap saja seperti itu dan tiba-tiba saja aku memiliki ide bagus," ucap Norman.
"Ide apa? Jangan katakan kau ingin tinggal denganku setelah ini agar kau bisa selalu mengawasi aku!" sungguh ingin dia pukul pria menyebalkan seperti itu.
"Benar sekali, itulah yang aku inginkan. Aku yakin kau tinggal di kota ini jadi aku akan tinggal denganmu agar kau tidak bisa lari dariku. Hitung-Hitung menghemat uangku untuk menyewa hotel selama aku menunggu kau membersihkan namaku."
"Apa kau bilang?" Freya berpaling, menatap dengan ekspresi tidak percaya.
"Apa kau tidak mendengar? Mulai sekarang aku akan tinggal denganmu agar kau tidak bisa lari dan menipu aku!"
"Jangan asal bicara!" teriak Freya kesal, kedua tangan sudah mengepal erat di samping, "Aku tidak sudi ada yang tinggal di rumahku apalagi seorang pria tidak jelas dan menyebalkan seperti dirimu jadi jangan harap aku akan membiarkan kau tinggal di rumahku dengan alasan apa pun!" teriaknya lagi.
"Mau tidak mau, kau harus mau karena aku sudah terlibat."
"Tidak sudi!" Freya melayangkan tinjunya ke arah wajah Norman secara tiba-tiba. Cukup sudah, dia sudah tiak tahan lagi.
Secara refleks, Norman segera menghindari pukulan Freya. Sungguh wanita yang suka menyerang secara tiba-tiba. Freya yang sudah kepalang kesal kembali menyerangnya, sudah dia duga pria itu tidak bisa dia remehkan karena setiap serangan yang dia berikan selalu di tangkis oleh Norman bahkan pria itu menahan tangannya yang hendak mengambil senjata api. Sial, dia benar-benar kesal. Sepertinya dia kurang berlatih sehingga bisa dikalahkan dengan mudahnya.
"Aku akan memukulmu!" teriak Freya dengan perasaan kesal tapi selalu gagal.
"Kau harus banyak berlatih jika ingin memukul aku!" Norman sudah mengunci satu tangan Freya ke belakang.
"Siapa kau sebenarnya?" napas Freya memburu, dia tampak kelelahan hanya untuk memukul pria menyebalkan itu namun sayangnya tidak kena sedari tadi.
"Aku hanya orang yang sedang sial gara-gara bertemu denganmu!"
"Lepas!" pinta Freya.
"Jika kau masih saja menyerang aku, maka aku tidak akan melepaskan dirimu!"
"Aku tidak akan menyerang lagi, aku lelah," ucap Freya.
"Awas jika kau berani," Norman melangkah mundur sambil melepaskan tangan Freya, "Tunggu baik-baik di sana, jika berani lari maka akan aku patahkan kedua kakimu!" ancam Norman.
"Cih, hanya berani dengan seorang wanita saja!" ucap Freya sambil merenggangkan otot-otot tangannya.
Norman melangkah menuju meja, mengambil laptop dan beberapa alat perangkat elektronik miliknya yang ada di sana dan setelah itu Norman mengambil barang-barang miliknya yang ada di dalam lemari. Freya berdiri membelakanginya sambil bersedekap dada, dia malas melihat apa yang dilakukan oleh pria itu tapi tidak lama Norman sudah selesai.
"Sekarang waktunya pergi!" ucap Norman.
"Menyebalkan, semoga aku tidak terlalu lama terlibat denganmu!" Freya melangkah menuju pintu, kali ini Norman tidak mencegahnya karena dia pun akan pergi. Setidaknya dia tidak bodoh dan tidak perlu menghabiskan banyak uang hanya untuk menyewa hotel apalagi dia sedang menyamar menjadi rakyat biasa.
Dia pun tidak tahu berapa lama wanita itu menyelesaikan misinya tapi hal itu tidak perlu dipikirkan yang penting dia bersenang-senang dengan masa liburannya apalagi dia mencium adanya tantangan yang sudah menanti.
Freya yang kesal mau tidak mau membawa Norman pulang ke rumahnya, tentunya itu rumah sementara yang dia tinggali karena rumah utama miliknya sudah tidak dia tinggali lagi setelah kejadian buruk yang menimpa ayahnya. Norman yang sedang menyamar pun terlihat santai saja saat memasuki rumah Freya yang sederhana.
"Jadi kau tinggal di sini?" Norman melihat rumah itu di mana di tengah-tengah ruangan terdapat kain-kain yang tergantung dan entah untuk apa.
"Jangan sentuh apa pun!" ucap Freya seraya melangkah pergi.
"Cristina!" Freya berteriak memanggil pelayannya.
"Nona, akhirnya kau sudah kembali. Apa kau?" sang pelayan bernama Cristina terdiam ketika melihat Norman, seorang pria asing sedang melihat rumah itu dan beberapa foto artefak yang ditempelkan pada dinding.
"Siapa dia, Nona?" tanyanya.
"Hanya tamu tidak diundang, tidak perlu dipikirkan!"
"Tapi, Nona?" Cristina melihat ke arah Freya, dia tampak tidak mengerti kenapa Freya membawa seorang pria asing. Apa pria itu sahabatnya? Atau salah satu ilmuwan yang selalu mencarinya?
"Antarkan dia ke kamarnya, Cristina. Tidak perlu di service terlalu berlebihan karena dia bukan tamu istimewa!" Freya berlalu pergi, dia malas berurusan dengan pria asing itu.
"Mari, Tuan. Saya antar," ucap Cristina.
"Apa sikapnya selalu seperti itu?" tanya Norman.
"Maaf, Tuan. Semenjak ayahnya hilang, Nona memang jadi seperti itu."
"Jadi benar ayahnya menghilang?"
"Begitulah, ini kamar anda," Cristina membukakan pintu untuk Norman, "Tolong jangan menyentuh barang-barang milik Nona, dia tidak suka!" pinta Cristina.
"Tidak perlu khawatir, aku tinggal di sini untuk menghemat biaya hotel!" Norman masuk ke dalam, tidak buruk. Setidaknya dia mendapatkan tempat tinggal yang layak selama liburannya.
Cristina sudah pergi meninggalkan pria itu sendirian, Norman meletakkan tas ke atas ranjang. Baiklah, petualangan dimulai, semoga liburannya meninggalkan kesan yang menyenangkan dan semoga dia mendapatkan tantangan yang dia inginkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Mbak Rin
wah norman otw y pawangmu
2023-07-21
0
Hanifah Ifah
sambil menyelam minum air...dapet tantangan sekaligus calon istri😊
2023-06-28
1
🍍⭐
ya Norman selamat berpetualang...kalian pasti serasi 😂
2023-06-04
0