Wanita Bayaran Luka Masa Lalu
"Terima, terima, terima." Suara dari siswa yang berada di lapangan.
Wajah Leora merona merah jambu. Saat seorang pria tertampan dan terkeren satu sekolah itu menyatakan cinta di depan teman-teman sekolah. Aliando Smith Alrezi, pria yang saat ini tengah berjongkok di depannya dengan sekuntum bunga mawar merah.
Gadis yang memiliki hobi menulis itu, hanya mampu menunduk malu-malu saat cintanya terbalas. Ya. Al, adalah pria yang selama dua tahun ini Leora kagumi. Akan tetapi, Leora sadar diri. Dalam strata sosial, ia tidak akan mampu menggapai cintanya itu. Bagaimana tidak? Di antara keduanya, terdapat jurang yang begitu dalam memisahkan mereka dalam batas ketidakmungkinan.
Mungkin, hari ini dewi keberuntungan tengah berpihak padanya. Sang idola sekolah, kini tengah menunggu jawaban akan tembakan cinta. Leora sesekali hanya mampu melirik mencuri pandang sang pujaan hati. Dadanya terlalu bergemuruh hebat, hanya untuk sekedar mengangkat kepala.
"Ra? Gimana? aku capek lo, jongkok terus." Al meringis.
"Eh, oh. Em, apa, apa kamu yakin?" tanya Leora meragu.
Dahi Al mengerut dan bertanya. "Kenapa aku tidak yakin? aku rasa, aku sudah dengan posisi begini yang kepalang basah."
"Memalukan jika aku tidak diterima bukan?" Seringai tipis terbit di bibir Al.
"Em, i-iya," jawab Leora terbata.
Al mendongakkan kepala. Menatap dalam Leora, yang tengah dirundung rasa malu. "Benarkah?"
"Iya! To-tolong berdirilah. I-ini memalukan," ucap Leora sembari menoleh ke kiri dan kanan.
"Hore! Diterima!" sorak Al.
Tentu saja diikuti dengan sorak sorai para teman-teman sekolah yang lain. Pemandangan tersebut, membuat Leora semakin merona. Sungguh tak terbayangkan sebelumnya, akan menjadi perhatian satu pusat sekolah.
Seminggu berlalu. Semenjak kejadian hari itu, Al dan Leora semakin dekat. Setiap pagi, mereka bertemu di pertigaan dekat rumah Leora. Jika sang ayah tahu Leora memiliki pacar, bisa-bisa Leora akan diomeli habis-habisan. Hari-hari Leora semakin berwarna, karena gadis itu lolos dari pembulian Meilana. Seorang gadis dari keluarga konglomerat, yang entah dengan alasan apa begitu membenci Leora.
Tiba-tiba, sikap Al berubah. Hal yang cukup membuat Leora kepalang gelisah. Saat-saat Leora tengah dimabuk asmara, entah mengapa sikap Al menjadi berubah. Pria itu bahkan sedikit menjauh. Tak pelak, Leora mengajaknya kencan untuk membicarakan masalah hubungan keduanya.
"Kenapa?" tanya Leora saat mereka berdua telah bertemu.
"Sementara kita menjauh dulu," kata Al.
Pria itu bahkan tak menoleh sedikitpun. Semakin membuat Leora merasa sakit hati. Ditatapnya wajah Al yang sangat tampan dan berkelas. Leora menjadi kelimpungan. Cintanya, hatinya, kini telah tertambat sempurna bak anak muda tengah dimabuk asmara.
"Bisakah, kau mengatakannya kepadaku?" tanya Leora.
"Tidak. Aku masih bisa menanggungnya sendiri." Al menghindari tatapan kedua mata Leora.
"Al, katakan padaku. Jangan begini, aku mohon," lirih Leora.
Nampak Al menghela nafasnya dalam. Beralih menatap Leora lekat dan bertanya, "Aku merasa kau tidak mencintaiku, Ra. Apa mungkin kau terpaksa, menerimaku sebagai pacarmu?"
"Al, kenapa kau bertanya hal ini? Sudah pasti aku menyukaimu. Kenapa kau bertanya lagi?" Leora menatap sendu ke arah Al.
"Leora, ketika aku akan menciummu kau mengelak. Ketika aku berusaha lebih dekat denganmu, kau malah menjauh. Aku merasa ... hanya aku saja yang memiliki rasa, Sedangkan kau! kau lebih banyak menjaga jarak denganku, Kau tidak mencintaiku!" seru Al.
Mendengar penjelasan Al, Leora tersentak. Hatinya menghangat, bahkan kini hatinya terasa dipenuhi bunga-bunga indah yang bermekaran. Al, remaja yang paling populer di sekolahnya menyatakan cintanya secara terang-terangan kepada Leora yang naif.
"Sungguh, Al. Aku juga mencintaimu. Kau meragukan cintaku?" tanya Leora.
Al mengangguk dengan cepat dan menjawab. "Ya! Rasanya selama ini, hanya aku saja yang memiliki rasa. Aku selalu berusaha membuktikan, bagaimana hatiku begitu mencintaimu."
"Begini saja, apa kau ingin bukti jika aku benar-benar mencintaimu?" tanya Leora.
"Ayo, ke rumahku." Al dengan cepat menarik tangan Leora.
Meski bingung, Leora tak lagi protes. Bagaimana bisa Leora berfikir jernih, sedangkan ia sendiri terbelenggu gelora cinta yang tengah membara? Seringai tipis terbit di bibir Al. Merasa rencana tinggal selangkah lagi.
"Al, ini di mana?" tanya Leora saat mereka telah sampai di sebuah rumah mewah.
Al mengukir senyuman. "Rumahku. Ayo, aku akan mengajakmu melihat-lihat tempat aku dibesarkan," ajak Al.
"Rumahmu?" Leora meragu.
Entah mengapa ia merasa saat ini, ia dan Al seakan terhalang oleh jurang perbedaan kasta yang dalam. Bahkan bukti nyata kini terpampang nyata.
"Tenang saja. Mama dan papaku sedang ada di luar negeri. Setidaknya, aku harus membawa kekasihku ini mengenal di mana tempat aku dibesarkan." Lagi-lagi kata-kata yang dilontarkan oleh Al, membuat Leora semakin terperosok dalam.
Kini keduanya mulai memasuki rumah mewah tersebut. Dengan kikuk, Leora mengekor di belakang Al yang antusias memperlihatkan rumah mewahnya. Leora begitu takjub dengan setiap sudut rumah mewah Al.
"Rumahmu besar sekali," kata Leora.
"Bukan rumahku. Lebih tepatnya rumah kedua orang tuaku. Ayo, aku akan membawamu berkeliling lagi." Al menarik tangan Leora kembali.
Kali ini mereka berdua menuju ke kamar milik Al. Sebenarnya Leora ragu, akan tetapi tarikan tangan Al begitu kuat. Membuat Leora mau tak mau masuk ke dalam kamar sang pujaan hati.
"Ya Tuhan. Semakin aku tahu tentang Al, semakin membuatku tidak pantas untuk bersanding dengannya. Apakah, pilihanku ini benar?" Leora membatin. Jantung Leora berpacu lebih cepat ketika ia mendapati banyak sekali foto milik Al di masa kecilnya yang menggemaskan.
"Kau lucu sekali dan tampan saat kecil," celetuk Leora.
"Pria tampan ini kekasihmu, Nona! Terima kasih untuk pujiannya," tukas Al.
Leora terjingkat tatkala mendapati Al telah berdiri di belakang tubuhnya. Bahkan gadis itu bisa dengan mudah menghirup aroma maskulin dari parfum Al. Lagi, Leora dibuat terpaku. Lalu entah bagaimana, Al telah menenggelamkan kepalanya di ceruk leher jenjang Leora. Membuat Leora merasa risih, serta bulu kuduknya meremang.
"Leora, aku mencintaimu. Sangat mencintaimu," bisik Al di telinga Leora.
Setelah itu, Leora dan Al memadu kasih di atas ranjang. Menyatukan dua tubuh atas nama cinta. Sungguh naif. Satu bulan berlalu. Semenjak kejadian itu, Leora semakin kalut. Al menjadi lebih dingin dari sebelumnya. Bukan hanya itu saja, Al tak lagi mengirimkan pesan di aplikasi berwarna hijau.
"Al, kenapa kamu berubah? Aku sudah memberikan semuanya untukmu," gumam Leora.
"Ra, ayo! Waktunya kita berolahraga!" seru Naima sahabat Leora.
"Oh iya, Naima. Aku simpan dulu ponselku." Leora segera menyimpan ponselnya.
Kemudian berlari menuju ke arah Naima. Hari ini pelajaran olahraga. Sebagai pemanasan, mereka akan berlari keliling lapangan terlebih dahulu. Leora dan Naima pada akhirnya berlari keliling lapangan. Entah mengapa perasaan Leora menjadi gelisah dan ia menjadi sedikit tidak enak badan. Gadis itu meringis kesakitan. Rasanya perutnya benar-benar terasa menyakitkan. Membuat Leora terjatuh tak sadarkan diri.
Leora mulai membuka kedua matanya perlahan. Aroma obat yang khas ruang UKS tercium, begitu menyengat hidung. Perasaan Leora menjadi tak enak. Karena gadis itu menyadari kehadiran kepala sekolah, guru BK dan seorang petugas klinik kesehatan.
"Kamu sedang hamil?" sebuah pertanyaan dari kepala sekolah Pak Handoko, menyentak Leora dan menyadarkan kewarasan Leora.
"Ha-hamil?" ulang Leora dengan nada yang bergetar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Jasreena
jgn mau....
2023-10-16
0
Jasreena
jgni cuma buat taruhan...
2023-10-16
0
Siti Nurjanah
jangan jangan leora dikibuli dan untuk taruhan
2023-05-18
0