"Jadi, siapa dia? Apa kau tertarik dengannya, Al?" Yoora menatap sinis pada Al yang masih memandang ke arah Leora.
"Apa yang kau bicarakan? Aku hanya tidak menyangka jika aku memiliki sekretaris baru yang aneh. Husein! Kau sedang apa? Cepat kemari!" Al berteriak memanggil Husein yang justru sedang berbicara dengan security.
Husein segera berlari ketika ia mendengar Al berteriak memanggil namanya. "Ya, Tuan."
"Apa yang kau lakukan di sana? Kau membuang waktu. Panggil dia jika tidak ingin kita semua ketinggalan pesawat!" Al berjalan mendahului.
Yoora mulai melingkarkan tangannya di pinggang milik Al. Keduanya kini berjalan beriringan. Sedangkan Husein bergegas memanggil Leora.
"Iya, tolong ya. Saya harus segera berangkat bekerja." Leora meminta tolong pada para scurity itu.
Setelahnya Leora berjalan cepat sambil menyeret kopernya. Dalam hati Leora menggerutu lantaran Al sudah meninggalkannya. Terlebih di tangannya ada tas Yoora yang dengan susah payah Leora dapatkan dari pencuri.
"Kenapa kau lama sekali?" bentak Al.
"Apa Anda tidak melihat jika ada pencuri? Ngomong-ngomong, ini tas Anda, Nona. Lain kali berhati-hatilah." Leora memberikan tas Yoora pada pemiliknya.
"Oh, sorry. Aku hampir saja melupakannya. Honey, maafkan dia. Dia benar-benar membawa tasku. Maafkan aku ya. Kupikir, kau sedang mencari perhatian pada kekasihku." Yoora tersenyum pada Leora.
Sehingga membuat Leora tersenyum aneh. Wanita itu memilih untuk diam saja. Tidak ingin melihat pemandangan yang memuakkan, Leora memilih mencari tempat nyaman.
"Maafkan saya, Nona Leora. Anda harus duduk bersama saya." Husein menyapa Leora. Laki-laki yang memiliki lesung pipi itu tersenyum.
"Tidak masalah. Hmm, perjalanan mungkin akan sedikit membosankan. Jadi memiliki kenalan saat di perjalanan itu sepertinya akan menyenangkan," ucap Leora.
Hening melenggang. Kedua orang itu justru terdiam untuk waktu yang lama. Tidak ada pembicaraan apapun. Leora memilih untuk menggunakan headset di Telinganya. Wanita itu pun memejamkan kedua matanya. Husein sesekali melirik pada Leora yang memejamkan kedua matanya.
Perjalanan tanpa disadari berjalan dengan cepat. Mereka berempat turun dari pesawat. Tak lama kemudian, sebuah mobil jemputan pun datang menjemput mereka. Itu merupakan mobil dari salah satu hotel yang sudah dibooking oleh Al.
"Astaga lelah sekali! Aku tidak sabar untuk cepat istirahat," kata Yoora.
"Kau bisa istirahat di hotel sesuka hatimu, Sayang. Tapi nanti malam kami bertiga harus membahas pekerjaan. Mungkin aku akan meninggalkanmu dan datang ketika larut." Al tiba-tiba berbicara tanpa berpikir bahwa mereka sedang berada di tempat umum.
Leora memilih menulikan telinga. Wanita itu tidak ingin mendengar kalimat mesra apapun dari pasangan itu. Al melirik Leora yang duduk di samping kemudi. Wanita yang sejak tadi memilih untuk bungkam itu sama sekali tidak memberikan respon apapun.
Sesampainya di hotel, mereka bergegas menuju ke kamar masing-masing. Hanya saja Al berada satu kamar dengan Yoora. Hal itu membuat Leora mencebikkan bibirnya.
"Jadi mereka akan berada dalam satu kamar, Tuan Husein?" tanya Leora.
"Nona Leora, sebaiknya kita berdua saling menulikan telinga dan menjadi bisu. Hal itu bukanlah ranah kita. Kita dibayar mahal untuk pekerjaan kita. Alangkah lebih baik kalau kita tidak ikut campur masalah atasan kita. Nah, ini kamarku. Kamarmu ada di sebelah sana." Husein menghindari permasalahan. Laki-laki itu pun dengan cepat masuk ke dalam kamar hotelnya. Meninggalkan Leora seorang diri.
Leora memutar bola matanya. Ia lalu melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya. Wanita itu segera masuk ke sana. Kedua mata Leora mengamati keadaan di sekelilingnya. Wanita itu menyeringai.
"Baiklah. Terserah. Aku tidak peduli. Tapi, aku ingin menjadi bayang-bayangnya. Menjadikan hidupnya tidak tenang. Yah, walaupun aku harus melihat pemandangan yang menjijikkan. Setidaknya, aku akan membuatnya jatuh cinta lagi padaku. Perlahan, aku akan menghancurkannya. Mencampakkannya dan membuat perusahaannya hancur. Ha-ha-ha! Kau hebat Leora!"
Wanita itu tertawa. Ia tidak peduli lagi bagaimana Yoora akan memandangnya. Bagi Leora, sekali Lagi ini merupakan balas dendamnya. Terlebih, Leora memiliki cara untuk membuat Al merasa hancur.
Malam harinya, sesuai perintah Al semuanya berkumpul. Kecuali Yoora yang memang tidak bergabung dengan mereka bertiga. Entah berapa lama mereka bertiga membicarakan permasalahan mereka. Terlebih, meeting akan dilakukan saat pagi. Al ingin mendapatkan kemenangan dalam proyek itu.
"Ingat, ini merupakan proyek yang besar bagi kita. Jangan sampai kita malah gagal mendapatkannya. Apa kalian berdua mengerti?" Al memicingkan mata. Tatapan penuh intimidasi ia layangkan pada Leora yang baru saja bergabung dalam hitungan beberapa hari.
"Saya akan bekerja keras." Leora pun bangkit berdiri.
"Mau kemana kau?" Tanya Al.
"Bukankah kita sudah selesai dengan meeting malam ini? Setidaknya saya sudah sampai di hotel yang mewah. Tentu saja saya tidak boleh melewatkan kesempatan ini bukan?" Leora berbicara dengan nada yang santai.
"Cih! Jangan-jangan kau memiliki janji untuk bertemu dengan laki-laki? Ingat, jangan sampai besok kau terlambat atau aku akan memecatmu!" ancam Al.
"Anda bisa melihat kemampuan saya pada presentasi esok hari, Tuan Al. Lagipula, bukannya Anda seharusnya sudah membaca resume saya?" Leora tersenyum lebar. Ingin sekali ia menertawakan Al sekarang ini. Tak lama kemudian, Leora membungkukkan setengah tubuhnya dan berlalu pergi.
Kedua tangan Al terkepal. Ia merasa tidak terima karena Leora pergi sesuka hatinya. Baru kali ini Al tidak dihargai. Leora pergi sambil membawa laptop di tangannya. Wanita itu seolah tidak memiliki beban apapun. Padahal Al sudah memberikan ancaman pada Leora.
"Apa yang membuatnya memiliki keberanian sampai seperti itu? Mengapa dia tidak takut padaku? Padahal dulu dia sangat naif sekali." Al membatin kesal.
Husein mengusap tengkuk lehernya. Laki-laki itu merasa ada yang aneh dengan interaksi antara Al dan Leora. Bahkan suasana sekarang ini membuat Husein merinding.
"Husein, aku pergi dulu. Kau segera istirahat dan jangan sampai besok kau terlambat," kata Al.
"Baik, Tuan."
Al pun pergi meninggalkan tempat itu. Laki-laki itu sebenarnya ingin mencari Leora. Akan tetapi, Leora sudah tidak terlihat lagi. Akhirnya laki-laki itupun urung dan memilih kembali ke kamarnya.
Di sisi lain, Leora menatap tidak percaya pada laki-laki yang menarik tangannya dan membawanya masuk ke dalam lift. Saat Leora memberontak, tercium bau alkohol yang cukup menyengat.
"Hei! Jangan kurang ajar! Kenapa … mmm." Leora melebarkan kedua matanya. Ketika bibirnya disumpal oleh mulut laki-laki itu dengan bibirnya.
"Ayo, ikut aku. Aku akan memperlakukanmu dengan lembut. Tenang saja. Aku akan membayarmu. Bayarannya tinggi. Apapun yang kau inginkan, aku pasti akan memberikannya." Laki-laki mabuk itu terus meracau. Membuat Leora memukul wajahnya. Sayang sekali, bukannya Leora bisa meloloskan diri, wanita itu justru semakin tidak bisa bergerak.
"Dasar laki-laki kurang ajar! Hei!"
Apa yang akan terjadi pada Leora selanjutnya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments