Semalam suntuk Leora tidak bisa tidur. Wanita itu baru saja tertidur ketika Jam menunjukkan pukul 02.00 pagi. Sehingga wanita itu Kini harus bergegas untuk bersiap.
Leora melirik jam yang ada di dinding. Ia menggelengkan kepala pelan lantaran sadar jika hampir terlambat. Dengan secepat kilat Leora pun mempersiapkan diri untuk bekerja. Entah berapa lama Leora bersiap. Akhirnya wanita itu selesai dan kini berjalan keluar dari kamarnya.
"Sebenarnya apa yang kau lakukan? Mengapa kau hampir terlambat seperti ini?" Al membentak Leora.
Ketika laki-laki itu mengetahui bahwa Leora Baru saja datang. Medua mata Al menyorot tajam sosok Leora yang tampak terengah-engah.
"Syukurlah saya belum terlambat Tuan Al." Leora berusaha untuk mengatur deru napasnya.
"Sebenarnya apa yang kau lakukan semalam setelah kembali dari kamar? Kita bahkan hampir terlambat dan gagal karenamu. Kau tidak akan pernah memiliki uang untuk mengganti semua kerugianku. Jangan bertingkah seenaknya. Jika kau tidak memiliki niat untuk bekerja, segera saja membuat surat pengunduran diri. Supaya kau tidak membuatku ketar-ketir karena tender yang hampir lolos dari genggaman tanganku." Setelah mengatakan hal itu Al segera pergi dari tempat itu. Menyisakan Husein dan juga Leora.
"Padahal sebelum ini saya sudah memberikan peringatan kepada anda Nona Leora. Mengapa anda tidak mendengarkan kata-kata saya?" Husain pun menyusul kepergian Al.
Sekarang hanya tersisa Leora di sana seorang diri. Wanita itu mencebikkan bibirnya. Leora sadar Jika dia sudah membuat kesalahan. Hanya saja Ini semua karena Johan yang sudah membuatnya memikirkan banyak hal.
Terlebih tentang Nenek Samantha yang selalu mengingatkan Leora kepada keluarganya. Wanita itu pun melangkah pergi menuju ke tempat Al dan Husein tuju.
Sesampainya di ruang meeting, Leora segera mendudukkan tubuhnya di kursi. wanita itu duduk tepat di samping Al. Sebab posisinya sebagai seorang sekretaris Direktur. Begitu juga dengan Husain. Laki-laki itu juga merupakan sekretaris yang menangani beberapa Proyek besar.
"Dimohon untuk menunggu sebentar. Presdir Utama sedang menuju ke ruang meeting." Salah seorang laki-laki memberikan penjelasan atas kedatangan orang yang sangat penting itu.
"Jika dia bukan orang penting, aku mungkin akan memastikan bahwa dia membayar kesalahannya. Karena sudah membuatku lama menunggu." Al menggerutu kesal.
Mendengar hal itu Leora memilih untuk mengabaikannya. Semakin lama ia berada di sisi Al, Leora menjadi sangat paham dengan karakter all. Seorang laki-laki yang hanya sertifikat pada kekuasaan. Itu saja karakter seperti itu sangat membuat kesal Leora.
Hingga tak lama kemudian tampak seorang laki-laki bertubuh proporsional itu memasuki ruang meeting. Leora pun ikut berdiri ketika semua orang yang ada di ruangan tersebut berdiri. Juga Leora ikut membungkukkan setengah tubuhnya mengikuti rekan yang lain di dalam ruang meeting itu.
"Maafkan saya karena terlambat. Tadi saya memiliki sedikit hambatan." Sebuah suara bariton yang cukup dikenali oleh Leora.
Kedua mata Leora melebar tatkla ia menyadari siapa pemilik suara itu. Buru-buru Leora mengalihkan pandangan dengan cepat ke arah depan. Lagi-lagi Leora dikejutkan dengan pemandangan yang tak biasa.
Seseorang yang baru saja membuat Al kesal adalah Johan. Leora pun menundukkan kepalanya. Ia terkejut bukan main lantaran ternyata Johan memiliki kekuasaan yang lebih besar dibandingkan dengan Al.
"Ya ampun! Jadi aku sudah berurusan dengan orang penting seperti dia? Aku memang mengenalinya dan dia sudah memberiku kartu namanya. Tapi aku baru sadar kalau ternyata Al saja takut padanya? Apakah mungkin kalau Johan memiliki kekuasaan yang lebih besar dibandingkan dengan Al?" Leora membatin bingung dan gelisah.
Tanpa sengaja Johan dan Laura saling berpandangan. Hal itu membuat Johan menyadari jika Leora ternyata berada di antara orang yang sedang mengajukan kerjasama dengan perusahaannya.
Seulas senyuman tipis tersemat di bibir Johan. Ia tidak sabar ingin berbicara dengan Leora. Akan tetapi senyuman dari Johan itu lenyap saat ia melihat bahwa Leora memberikan isyarat kepada dirinya supaya Johan melihat ponselnya.
"Kevin, berikan handphone-ku," pinta Johan. l
Laki-laki yang berdiri tepat di belakangnya itu mengeluarkan sebuah handphone. Leora bisa menebak jika laki-laki tersebut merupakan asisten ataupun sekretaris Johan.
Mata coklat Leora mulai mengawasi penampilan Johan. laki-laki yang tampan dan menawan itu ternyata semakin menggetarkan hatinya. Buru-buru Leora memutuskan pandangan matanya kepada Johan.
"Leora mengirimkan aku pesan. Aish! Kenapa aku menjadi senang begini?" Johan membatin senang dalam hati.
Sebelumnya ia sudah mengirimkan pesan kepada Johan bahwa Leora berharap supaya Johan tidak menegurnya. Atau lebih tepatnya Leora ingin Johan juga berlagak seperti tidak mengenali dirinya.
Setelah melihat ponselnya, Johan tampak menghela napas. Mungkin ia kecewa karena tiba-tiba Leora mengirimkan pesan supaya keduanya tidak saling mengenal.
Pada akhirnya rapat pun dimulai. Semua orang yang ada di sana telah menjadi rival untuk memenangkan tender. Penanaman modal yang diberikan oleh Johan tidak main-main. Terlebih laki-laki itu memiliki banyak perusahaan yang sudah berhasil dan besar.
Saat Leora diminta untuk presentasi ke depan, jantung Leora berdegup lebih kencang dari biasanya. Jujur ini merupakan pengalaman pertamanya untuk berpresentasi Setelah sekian lama. Saat Leora hendak berdiri, Al membisikkan sesuatu di telinganya.
"Jika kau tidak berhasil aku akan menjadikanmu seorang office girl di perusahaanku," bisik Al di telinga Leora.
"sial! Dia masih berani untuk mengancamku?" Tanya Leora dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Siti Nurjanah
apa itu Johan?
2023-05-18
0
Ariestha Malelak
lanjut thor...penasaran...
2023-04-15
0