menarik.

Satu minggu berlalu setelah berbagai persiapan akhirnya semua orang pun sampai di sebuah Resort yang ada di pinggir pantai.

“Ah Sayang, kamu tahu saja ini tempat pertama kali kita liburan bersama,” ucap Yora sembari memeluk tubuh Aliando di hadapan Leora dan beberapa orang lainnya.

Leora yang melihat hal itu pun langsung berekspresi aneh. Tentu saja dia bukan iri, apalagi cemburu melihat hal itu. Dia merasa ingin sekali muntah melihat kemesraan tidak terkontrol itu.

“Kenapa sepertinya dari tadi kamu terus menatap atasanmu?“ bisik Johan yang entah sejak kapan ada di belakang Leora.

Tentu saja hal ini mengejutkan Leora dan membuat Leora langsung menoleh ke arah Johan. “Jangan sembarangan bicara, aku ini profesional,” tukasnya.

Kemudian Johan pun terkekeh mendengar ucapan wanita yang baru seminggu yang lalu menjadi kekasih sewaannya itu.

“Diam,” desis Leora sambil menginjak kaki Johan dengan keras.

Langsung saja penerus keluarga terkaya di negara itu meringis merasakan sakit di kakinya. “Ah, kamu benar-benar tega. Bukankah kemarin aku sudah membantu kamu memenangkan tender ini, seharusnya kamu memujiku atau paling tidak berterima kasih kepadaku,” ujarnya.

“Jangan sembarangan bicara, aku tidak pernah meminta kamu untuk meloloskan semua ini kamu sendiri yang melakukannya. Jadi jangan pernah mengharap terima kasih dari apa yang tidak diminta orang lain,” sahut Leora dengan berani.

Johan lalu mengangkat sebelah alisnya.

“Kenapa, tidak suka?“ tanya Leora.

“Tidak, aku hanya penasaran saja bagaimana saat kamu bekerja,” sahut Johan.

“Tentu saja aku bekerja dengan profesional. Apa yang menjadi pekerjaanku, akan aku kerjakan,” jawab Leora sembari ikut mengangkat sebelah alisnya.

“Apa kamu tidak pernah mendengar kalau karyawan sebuah perusahaan harus ikut andil dalam setiap kemajuan perusahaannya, termasuk menghormati orang yang menjadi rekan bisnis perusahaannya?” debat Johan.

Leora pun memutar bola matanya. “Dengar ya Tuan Johan, itu berlaku saat aku bekerja. Tapi saat ini kita sedang liburan, jadi jangan menekanku atas nama pekerjaan, perusahaan ataupun sekretaris kalau kamu tidak mau dianggap sebagai orang yang picik,” balasnya.

“Benar-benar wanita yang menarik,” batin Johan sembari mengusap-ngusap janggutnya menatap ke arah Leora yang saat ini masih dengan santai menatap dirinya.

“Apa yang sedang ada di pikirannya? Kenapa makin lama jika dilihat dia ini semakin mirip orang mesum,” batin Leora menilai Johan dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Sementara itu dari arah lain terlihat Husein yang sedang memperhatikan percakapan antara Leora dan Johan. Tentu saja hal ini membuatnya semakin penasaran dengan identitas asli sekretaris bosnya itu. Semenjak dia mencari data tentang Leora dan mendapat serangan virus Trojan, ia menjadi terobsesi dengan Leora.

Sering kali ia mengecek pekerjaan Leora dan juga membuntuti Leora diam-diam. Namun apa yang ia lakukan selalu nihil hasilnya karena Leora berlaku seperti seorang sekretaris normal.

“Leora, siapa sebenarnya kamu,” gumam Husein.

Sesaat kemudian tiba-tiba sebuah tepukan menyasar pundaknya. Ia pun langsung menoleh dan menatap wajah laki-laki yang sedang mengurutkan dahi menatapnya.

“Apa yang sedang kamu pikirkan?“ tanya Aliando yang kemudian ikut mengarahkan pandangannya ke arah Leora dan Johan.

Kini bergantilah dia yang mengerutkan dahi melihat interaksi antara Leora dan Johan yang terlihat begitu akrab dan tiba-tiba saja ada perasaan tak mengenakan menyusupi hatinya. “Apa hubungan mereka berdua?” batinnya.

“Tuan, biar saya yang mengawasi dia. Anda tidak boleh terlalu dekat dengan Nona Leora, ini bisa berbahaya untuk hubungan Anda dan Nona Yora,” ucap Husein sembari melirik ke arah Yora yang saat ini sedang menatap ke arah mereka berdua.

“Apa dia sedang melihatku?“ bisik Aliando.

“Iya, Nona Yora sedang mengawasi kita berdua,” jawab Husein.

“Baiklah kalau begitu kamu pasti tahu apa yang harus kamu lakukan saat ini,” ucap Aliando sembari menepuk beberapa kali pundak Husein.

Satu jam berlalu. Setelah selesai melepas lelah, kemudian Leora dan teman sekamarnya —Adira— pun berencana untuk berjalan-jalan di pantai.

“Kamu tahu Le, ini pertama kalinya aku ke Bali. Jadi aku sudah menyiapkan pakaian ini, nanti kamu foto aku ya,” pinta Adira sembari menalikan rok pantai di pinggangnya.

“Gampang,” jawab Leora sembari merapikan kemeja lengan pendeknya.

“Kamu akan berjalan-jalan ke pantai dengan pakaian seperti itu?“ tanya Adira sembari mengernyitkan dahinya mengamati Leora dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Leora pun menunduk dan menatap pakaiannya sendiri. “Kenapa, apa ada yang salah?“ tanyanya.

“Please, Le, ini tuh pantai. Kenapa kamu pakai baju seperti mau pergi ke taman seperti itu? Sudah, aku pinjamkan pakaian pantai kamu harus menggunakannya, pokoknya,” titah Adira sembari berbalik dan mengambil sebuah pakaian dari dalam kopernya.

“Nggak usah Dir, aku pakai ini saja,” tolak Liora sembari mengepang rambutnya.

“No! Kamu sebagai temanku apalagi orang baru di perusahaan ini, kamu harus tahu jika kamu berpenampilan tidak seperti yang seharusnya, kamu akan kesulitan bergaul dengan yang lainnya. Sudah dengarkan aku, kamu pakai baju ini jadi kita bisa segera pergi ke pantai,” kekeh Adira sembari memberikan bajunya dengan paksa.

“Baiklah … baiklah, aku akan menggunakannya. Kalau begitu tunggu sebentar ya,” ucap Leora lalu membawa pakaian tersebut ke dalam kamar mandi.

Beberapa menit berlalu hingga akhirnya Leora pun keluar dari kamar mandi.

“Kenapa jadi crop top ya?” gumam Leora sembari menarik kaos yang memperlihatkan perutnya tersebut.

“Atasan sabrina itu memang crop top,” sahut Adira sembari berkaca di depan cermin.

“Apa ini tidak terlalu terbuka?“ tanya Leora sembari membetulkan rok pantai yang berbelahan sangat tinggi yang digunakannya.

“Ini fashion Le, fashion,” tekan Adira. “Lagi pula kamu sangat cantik Le, bahkan lebih cantik dari tunangannya pak Direktur itu. Ah, sudah ayo kita pergi,” ajak Adira sembari menarik tangan Leora meninggalkan kamar tersebut.

Namun baru beberapa saat mereka melangkah, tiba-tiba dua orang laki-laki menghampiri mereka.

“Wah, aku tidak menyangka bisa melihat dua bidadari ketika baru beberapa langkah keluar dari kamar ini,” ujar Johan yang saat ini melangkahkan arah mereka. “Di, kamu catat tempat ini. Jangan lupa, jika ada pertemuan selanjutnya, kita akan memesan tempat ini.

“Baik Tuan,” jawab Aldi, laki-laki yang berjalan di samping Johan.

Adira pun langsung tersenyum mendengar ucapan Johan tersebut. Ia tahu kalau ucapan itu ditujukan untuk mereka berdua. “Ah, Pak Johan bisa saja,” sahut Adira malu-malu.

Sementara itu, saat ini Leora sedang memutar matanya. Ia benar-benar malas mendengar celotehan Johan yang seperti seorang playboy kampungan yang sedang unjuk gigi itu.

“Kenapa Nona Leora, apa kamu tidak senang dengan ucapanku?“ tanya Johan.

Langsung saja Leora mengukir sebuah senyum di wajahnya. “Ah, mana mungkin Pak. Ini adalah sebuah keberuntungan untukku … ah, maksudku untuk kami berdua. Kami sangat beruntung bisa mendengar ucapan manis seperti ini.

"Mungkin ini salah satu keberuntungan besar dalam hidup kami berdua. Benar kan, Dir?“ Ucap Leora yang melemparkan pertanyaan pada Adira di akhir kalimatnya.

“Tentu saja benar,” jawab Adira dengan cepat sembari melirik ke arah Johan yang saat ini terus menatap pada Leora.

“Ah sepertinya ada gosip baru nih,” batin Adira sembari tersenyum kecil.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!