Bukan wanita lemah.

"Apa?" tanya Leora heran.

Wanita itu menatap Husein dan Al secara bergantian. Sedangkan Yoora, tunangan Al sudah pulang terlebih dahulu.

"Persiapkan dirimu, besok kita akan berangkat ke luar kota. Kita akan menuju ke kota S. Perjalanan bisnis, kurasa kau tidak buruk dalam memahami perjalanan bisnis 'kan?" terang Al.

Leora menggeram. "Saya baru sehari bekerja di sini, dan saya harus pergi keluar kota esok hari?"

"Apa kau keberatan?" tanya Al. Suara maskulin itu terdengar memabukkan di telinga Leora.

Dengan cepat Leora menggeleng pelan. "Tidak. Baik, nanti malam saya akan bersiap," ucap Leora pada akhirnya.

"Baiklah, Nona Leora. Anda boleh pulang. Mari, Tuan," kata Husein. Ia segera melenggang bersama Al.

Leora mengamati dua punggung pria yang menjauh itu. Wanita itu mendesah. Setelah itu, Leora merapikan berkas-berkas yang ada di meja kerjanya. Kemudian Leora bangkit, dan berniat untuk pulang. Ia harus segera bersiap, sekaligus berunding dengan Maria.

***

"Perjalanan bisnis?" Terlihat dahi Maria berkerut.

Menandakan Maria bingung dengan sepotong kalimat yang diucapkan oleh Leora. Maria menatap lekat pada sosok yang tengah melepas silhouette berwarna merah maroon.

Leora menghembuskan napas. Menyandarkan punggungnya pada sebuah sofa. "Iya," jawab Leora.

"Berapa lama?" tanya Maria.

"Satu minggu. Menurutmu … bagaimana, Bu?" tanya Leora.

Maria terdiam sejenak. "Ibu tidak masalah. Tapi, bagaimana dengan Ben dan Bella? Bukankah dia tak pernah berjauhan denganmu?" Terlihat sekali jika Maria gelisah.

Leora tersenyum. "Ben dan Bella nyaman dengan kehadiran nenek barunya," timpal Leora.

Mendengar itu, Maria segera menghambur ke pelukan Leora. "Terima kasih. Sudah mau menerimaku, Nak. Ayo, ibu bantu bersiap untuk besok. Kau mandilah," kata Maria.

Kemudian Leora bangkit. Berlalu menuju kamar mandi, untuk membersihkan diri. Sedangkan Maria, segera mengepak pakaian kerja milik Leora. Begitulah kehidupan dua orang yang telah dibuang. Saling menguatkan satu sama lain, pada akhirnya mereka tetap mampu menjalani kehidupan yang keras ini.

Setelah selesai membersihkan diri, Leora duduk di depan monitor komputernya. Sejenak, Leora terdiam. Pikirannya menerawang pada organisasi ilegal yang menjadi tempatnya bernaung. Lalu Leora mulai mencari sesuatu. Kini di layar monitor, terdapat sederet misi baru dengan bayaran yang menggiurkan.

Tawaran bayaran yang diberikan kepada Leora cukup tinggi. Mengingat Leora adalah pekerja di dunia hitam kelas menengah. Bagaimana tidak? Leora termasuk dalam jajaran pembunuh yang baru saja bergabung, tetapi bisa menyelesaikan misi dengan mudah. Tak hanya itu, para customer begitu puas dengan pekerjaan Leora.

"Ck! Bayaran sangat tinggi. Tapi, aku malah terjebak di situasi yang rumit. Sayang sekali, aku harus menahan tanganku untuk tidak membelah perut seseorang selama satu minggu lamanya," gumam Leora.

Tangannya terus bergerak mencari misi yang tepat untuknya. Berusaha menahan, pada akhirnya ia tak mampu berdiam diri. Kedua iris coklat itu melebar dengan senyum yang terkembang di bibirnya. Wanita itu seperti menemukan sebuah berlian.

"Kota S bukan? Berarti aku bisa mengambil satu misi, di dekat kota S. Apa aku bisa pergi ketika malam hari? Sepertinya tidak mudah. Aku tidak mungkin membawa mobil juga." Leora berfikir sejenak.

Apa yang harus Leora lakukan sekarang? Uang, Leora gila akan uang. Tapi pekerjaannya esok hari, sudah bisa dipastikan akan memakan waktu. Leora mengepalkan kedua tangan. Membalas dendam, adalah tujuan utamanya. Pada akhirnya, Leora mengurungkan niat mengambil satu misi. Ia memilih segera tidur.

Keesokan harinya, pagi sekali Leora telah bersiap. Setelah berpamitan pada Ben dan Maria, Leora segera masuk ke dalam taksi dengan sebuah koper yang besar. Sesampainya di bandara, Leora melihat Husein, Al dan juga tunangannya sedang menunggunya.

"Bukankah ini perjalan bisnis? Mengapa bajingan itu membawa tunangannya? Oh, Leora. Jangan lupakan perangai pria brengsek itu." Leora menggumam dari kejauhan. Kemudian ia melanjutkan langkah kakinya.

"Oh, Nona Leora!" pekik Husein.

Sontak saja membuat Al dan juga Yoora menoleh. Al cukup terpesona dengan cara berjalan Leora. Begitu elegan, anggun dan juga angkuh dengan kacamata hitam branded.

Kemudian sebuah heels merah menyala setinggi 7 cm, membuat wanita itu terkesan sexy. Pakaian kerja yang formal, dipadukan dengan rambut hitam panjang membuat aura Leora sebagai wanita karir sangat nyata.

"Maaf, Pak Al saya terlambat." Leora membungkukkan tubuhnya.

"Dasar bawahan tidak tahu diri! Sudah tahu terlambat, tapi kau malah masih sempat tebar pesona!" gerutu Yoora.

"Husein, disiplinkan dia. Aku paling tidak suka, seseorang yang tidak penting membuang waktuku," ucap Al seraya berjalan berlalu. Disusul Yoora berjalan terburu menyusul sang kekasih.

"Nona Leora, lain kali Anda jangan terlambat. Anda adalah sekretaris kami. Jadi saya mohon, Anda jangan sampai membuat pekerjaan kami tertunda karena Anda." Husein menasehati Leora dengan ekspresi dingin. Setelahnya pria itu berjalan mendahuluinya.

"Sialan!" kesal Leora.

Belum sempat Leora melangkahkan kaki, Yoora berteriak. Terlihat gadis itu terjengkang di lantai dengan pria yang membawa lari tas milik Yoora. Pria penjambret yang nekat itu, berlari ke arah Leora yang mematung.

Husein dan Al berlari mengejar sang jambret. Keduanya terlihat khawatir, karena jambret itu berlari mengarah ke Leora. Sepertinya jambret menyadari, jika Leora adalah wanita dan mungkin saja lemah.

Saat sang jambret itu dekat dengan Leora, segera Leora memutar tubuh membelakangi keberadaan sang jambret dan menendang kepala jambret tersebut. Kaki kanan Leora, bahkan setara dengan kepalanya.

Mendapat tendangan tiba-tiba, jambret itu limbung. Menggeleng kepala perlahan, untuk mencoba sadar. Ketika jambret itu belum sadar, Leora menarik tangan pria itu dan membanting tubuh pria yang notabenenya dua kali lebih besar dari tubuhnya. Sang jambret menggelepar di lantai.

Perbuatan Leora membuat semua orang melongo tak percaya. Husein dan Al yang tadi berlari, kini membeku di tempatnya. Leora nampak membuka kacamata hitamnya. Menatap angkuh dengan seringai licik di bibirnya.

"Wanita itu, dia bukan Leora yang dulu. Jantungku? Kenapa sekarang berdebar? Leora, rahasia apa yang kau sembunyikan? Aku tak bisa menebakmu, lantaran kau telah jauh berubah. Tapi, aku perlu mencari tahu tentang hidupmu. Ya. Aku harus tahu," ucap Al dalam hati. Ia cukup penasaran dengan wanita yang pernah ada dalam hidupnya di masa lalu.

"Awas, Nona Leora!" jerit Husein.

Husein mendapati satu pria lain yang Husein pikir adalah teman dari si jambret. Hal itu terbukti dengan pria asing itu berlari ke arah Leora. Husein semakin histeris, tatkala teman si jambret membawa sebilah pisau.

Leora menggeser tubuhnya ke samping, hingga pisau itu mengenai udara. Leora pun menendang perut pria itu, tak ayal membuatnya terjungkal. Menyadari Leora memiliki kesempatan, Leora berulang kali memukul penjambret tanpa ampun.

"Leora Anjani, mengapa sekarang kau begitu menarik?" Al membatin seraya menyeringai. Entah apa yang akan terjadi, akan tetapi Al mulai tertarik dengan Leora yang terkesan luar biasa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!