"Diam! Bisakah kau sedikit bersabar? Dengar, aku tahu kau menyukai uang. Bagaimana kalau kau ikut aku?" Laki-laki itu justru membuat Leora semakin kebingungan.
Leora berusaha untuk melepaskan tangan laki-laki asing yang membungkam mulutnya. Laki-laki bermata abu-abu itu tidak merespon leura. Akan tetapi pandangan mata laki-laki itu terus tertuju pada ke depan. Merasa tidak digubris, Leora menginjak kaki laki-laki asing yang sudah berbuat buruk kepadanya.
"Aduh!" Laki-laki itu mengaduh kesakitan. Kini Leora sudah bebas. Karena Leora tidak terima wanita itu segera memberikan pukulan tepat di perut laki-laki asing tersebut.
"Kau sudah membuatku kesal! Kenapa tiba-tiba kau membungkam mulut orang? Padahal aku tidak mengenalmu. Bisa-bisanya Kau bertindak kurang ajar kepadaku?" Leora meluapkan kekesalannya.
Wanita itu bergegas untuk segera pergi dari tempat itu. Walaupun ia masih kesal lantaran orang tersebut bersikap kurang ajar padanya. Akan tetapi Leora tidak ingin jika Al mengetahui sikapnya yang kasar.
"Tunggu!" Laki-laki itu menggenggam tangan Leora.
"Lepas! Mengapa kau sangat kurang ajar?" Leora berusaha untuk melepaskan tangannya dari laki-laki aneh tersebut.
"Tolong bantu aku! Aku akan memberimu uang yang banyak! Sungguh aku tidak memiliki niat yang buruk padamu. Hanya saja saat ini sangat gawat darurat!" Laki-laki itu mulai berbicara sedikit panjang sambil kedua matanya terus mengawasi ke arah depan. Kemudian matanya kembali beralih pada Leora yang berdiri di depannya.
"Aku akan memberimu uang. Hanya saja tolong bantu aku," pinta laki-laki itu.
"Kau meminta bantuanku yang bahkan aku tidak tahu siapa namamu. Katakan siapa namamu!" Leora menegaskan agar laki-laki di depannya itu mengatakan siapa nama aslinya.
"Namaku Johan Alexander. Aku akan memberi uang asalkan kau bersedia membantuku. Kalau kau tidak mempercayaiku, aku akan memberikan kartu Namaku." Johan merogoh kantong celananya.
Laki-laki itu kemudian memberikan secarik kertas kepada leura. dengan cepat Leora mengambil kartu nama tersebut. Kedua mata Leora membulat ketika ia mengenali nama dan perusahaan yang tertera di sana.
"Hebat! Dia merupakan laki-laki terkaya di negara ini. Bagaimana bisa aku bertemu dengannya? Apakah aku bisa memanfaatkannya suatu hari nanti?" Leora membatin dalam hati. Wanita itu melirik Johan.
"Hmm. Memangnya kau ingin meminta bantuan apa? Sebenarnya aku harus segera beristirahat karena besok akan ada meeting di pagi buta pukul 7. Jadi kalau kau meminta bantuanku untuk melakukan hal berat aku tidak bisa. Sebab bisa saja aku kehilangan pekerjaanku besok ketika terlambat bangun," jelas Leora.
"Tenang saja! Ini merupakan pekerjaan yang mudah untukmu! Hanya saja kau harus bisa mengambil hati seseorang. Jika kau berhasil melakukannya, Aku akan memberikanmu uang 10 juta." Johan merayu Lepra.
Tampak sekali di wajahnya laki-laki itu mulai tenang. Johan juga tidak lagi terlihat panik. Ingin sekali Leora tersenyum ketika mendengar uang sebesar 10 juta ia dapatkan secara cuma-cuma.
Uang sebesar itu setidaknya cukup untuk menutup pengeluarannya bulan ini. Terlebih lagi Leora juga tidak perlu melakukan pekerjaannya sebagai Rose.
"Kalau begitu katakan apa yang bisa kubantu?" tanya Leora.
"Jadi kau bersedia membantuku? Syukurlah! Lihat di sana!" Johan menunjuk seseorang yang sedang duduk di restoran seorang diri. Tampak di sana seorang wanita yang mungkin sudah berumur. Sebab rambutnya sudah memutih.
"Aku melihatnya. Lalu kenapa kau meminta bantuanku?" Leora semakin bingung lantaran Johan malah memperlihatkan seorang wanita tua.
"Itu nenekku. Aku akan memperkenalkanmu kepadanya sebagai kekasihku. Tolong jadilah kekasihku untuk sementara waktu! Hanya malam ini saja. Karena nenekku baru saja keluar dari rumah sakit. Aku tidak ingin membuatnya kecewa." Kedua mata Johan mulai berubah sendu.
Leora yang sebenarnya sangat merindukan kehangatan keluarga itu tidak tega pada Johan. Leora terus saja melihat ke depan. Bagaimana saat wanita tua itu tersenyum ramah ketika sudah mendapatkan makanan yang mungkin saja sudah ia pesan dari pelayan.
"Entah kenapa aku jadi rindu kedua orangtuaku. Aku pindah ke negara Inggris karena Al ada di sini. Terlebih aku juga menyembunyikan kehamilanku yang mana sangat tabu untuk masyarakat indonesia. Apalagi aku mengikuti Mama Maria ke kota Seattle yang mana sudah memiliki rumah. Bagaimana keadaan mereka sekarang? Adik-adikku mungkin saja sudah lulus sekolah. Aku … merindukan mereka. Mungkin, aku juga tidak akan kembali ke negara Indonesia. Bahkan mungkin sampai aku mati." Leora membatin sedih. Buru-buru ia menghapus air matanya yang hampir saja terjatuh.
"Tapi maaf. Apakah kau sudah memiliki suami? Aku tidak mungkin berbuat jauh apabila kau sudah memiliki seorang suami. Hanya malam ini saja kau membantuku. Setelah itu aku akan mencari cara supaya kita berdua tidak lagi bertemu dengan situasi yang mana menempatkan kita sebagai kekasih. Akan tetapi jika kau tidak memiliki suami, aku bisa membayarmu untuk beberapa waktu ke depan. Setidaknya sampai aku benar-benar menemukan wanita yang akan menjadi kekasihku kelak." Johan menjelaskan bagaimana Leora harus membantunya.
"Aku tidak memiliki suami. Tapi aku sudah memiliki dua orang anak. Kalau begitu aku ambil pekerjaan ini. Setidaknya setiap kali kau memanggilku harus membayarku 10 juta. Sayangnya aku hanya bisa mengambil pekerjaan ini selama aku berada di kota ini. Mungkin setelah pekerjaanku selesai aku akan kembali ke Seattle," ungkap Leora.
"Tidak masalah. Rumah nenek juga kebetulan di Seattle. Beberapa waktu ke depan aku akan tinggal di sana menemani nenek. Kupikir itu tidak masalah. Kalau begitu, ayo kita bertemu nenek!" Johan menarik tangan Leora. Namun, wanita itu tak bergerak. Hal itu membuat Johan berbalik.
"Kenapa?" tanya Johan.
"Kalau nenekmu bertanya, sudah berapa lama kita menjalin hubungan?" balas Leora.
"Oh, benar juga. Katakan saja kita menjalani LDR selama 2 tahun. Kebetulan aku berada di kota ini untuk menjemputmu kembali ke kota Seattle. Sudahlah! Ikuti saja alur yang aku buat nanti! Jika kau bisa memuaskan aku, maka aku akan memberikanmu bonus." Johan kembali menarik tangan Leora.
Kali ini Leora menurut. Sebab, kepalang tanggung Johan sudah membawanya mendekat ke meja restoran sang wanita tua itu. Semakin mendekati meja nenek Johan, Leora berusaha menahan diri. Bukankah ia harus bersikap lembut? Leora menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan.
"Kenapa kau lama sekali, Johan? Cepat duduk dan makan. Daripada makananmu menjadi dingin. Duduk dan makanlah. Nenek tidak akan lagi membahas tentang pernikahanmu." Nenek tua itu menikmati makan malamnya tanpa melihat keadaan sekitarnya.
"Nenek, maaf lama." Leora berinisiatif menyapa sang nenek itu.
Tentu saja wanita tua itu akhirnya mengangkat kepalanya. Matanya membulat kaget. Namun, itu hanya sebentar ketika Leora tersenyum ramah. Pada akhirnya sang nenek itu tersenyum membalas Leora.
"Maaf, Nek. Dia bilang tadi ada meeting dengan atasannya. Jadi sedikit terlambat. Aku juga menunggunya lama di depan. Sayang, ayo duduk." Johan mendudukkan bokongnya di kursi. Lalu mengajak Leora agar duduk di samping sang nenek.
"Johan, dia siapa? Apakah dia kekasihmu yang kau katakan itu?" tanya sang nenek.
"Iya, Nek. Saya Leora." Leora menjawab lebih dulu. Sebab Leora sadar kalau Johan belum mengetahui namanya.
"Cantiknya. Nama nenek Samantha Alexander. Salam kenal, Nak. Ya Tuhan. Nah, sekarang kalian berdua sudah bersama lagi. Mengapa kalian berdua tidak menikah segera?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments