Galen keluar dari ruang kepala sekolah dengan perasaan kesal, usahanya untuk meminta pada pihak sekolah agar mengurungkan niat menskors adiknya itu gagal, ya sebab sang kepala sekolah tidak mau merubah keputusannya karena menurut mereka itu sudah merupakan keputusan yang tepat untuk menghindari tindak pembullyan di sekolah yang dialami oleh Ciara dari para murid disana.
Pria itu pun tampak kecewa, ia terus mengusap wajah serta mengacak-acak rambutnya sendiri sambil berjalan menjauh dari ruangan tersebut. Galen menganggap dirinya telah gagal untuk membantu meringankan masalah adiknya, meski begitu ia tidak akan menyerah untuk terus berusaha membantu Ciara menyelesaikan semua yang dia alami saat ini.
"Aaarrrgghhh, dasar kepala sekolah sialan! Mereka benar-benar tidak menganggap saya sebagai donatur terbesar di tempat ini, sungguh kurang ajar!" geram Galen merutuki kekesalannya.
Tak lama kemudian, tanpa diduga seorang pria mencegatnya dan menahannya dari samping. Sontak Galen menghentikan langkahnya sejenak, ia menatap pria itu dengan memicingkan mata karena penasaran. Baru kali ini Galen melihat pria itu ada di sekolah tersebut, sebab sebelumnya ia tak pernah bertemu dengannya.
"Pak, tunggu pak! Boleh kita bicara sebentar?" ucap si pria pada Galen dengan penuh harap.
"Anda siapa ya? Apa kita saling kenal?" tanya Galen dengan dingin.
"Eee mungkin tidak pak, tapi kenalkan saya Terry. Saya guru baru di sekolah ini, jadi wajar bapak tidak mengenal saya," jawab si pria yang ternyata ialah Terry, si guru magang yang tampan.
"Ohh, terus kenapa? Anda ingin bicara apa dengan saya?" tanya Galen lagi.
"Ini mengenai adik bapak, Ciara. Saya hanya ingin memastikan tentang masalah yang sedang viral itu pak," jelas Terry.
"Saya rasa itu tidak perlu dibahas, saya malas sekali harus menjelaskannya," ujar Galen.
"Tapi pak, bukankah ini persoalan yang penting? Adik bapak itu kan sedang dalam masalah, kita harus membantunya pak!" ucap Terry.
Galen melotot ke arah guru magang itu, "Anda tidak perlu menasehati saya, saya juga tahu apa yang harus saya lakukan untuk adik saya!" ucapnya.
"Baguslah, lalu kenapa bapak tidak mau berbicara dengan saya sekarang?" heran Terry.
"Karena itu hanya buang-buang waktu, saya tidak mau berbicara saja. Saya ingin langsung bertindak dan mencari dalang dari semua ini, jadi mohon jangan halangi saya!" tegas Galen.
"Apa bapak sudah mempunyai rencana? Beritahu saya, mungkin saya bisa ikut membantu menolong Ciara dari masalahnya!" ucap Terry.
"Tidak usah, saya tidak perlu bantuan dari anda. Saya bisa melakukan semuanya sendiri, jangan ikut campur!" ucap Galen.
Terry manggut-manggut saja dan tak bisa berbuat apa-apa lagi, ia membiarkan Galen pergi walaupun ia sangat ingin membantunya untuk menyelesaikan masalah yang menimpa Ciara. Akhirnya Terry memilih mengikuti Galen dari belakang dengan perlahan, sebab ia tidak bisa jika hanya diam saja.
•
•
Ciara kini tengah duduk di pinggir kolam dengan menekuk dua kaki dan dagu yang bertumpu pada lututnya itu, Ciara tampak belum bisa melupakan semua kejadian yang menimpanya, pikirannya terus saja mengarah ke semua perlakuan buruk yang ia terima dari orang-orang di dekatnya.
Karena merasa kasihan pada iparnya, Tiara pun memutuskan mendekati gadis itu dan duduk di sebelahnya. Tiara menatap wajah Ciara dari samping disertai senyum lebarnya, ia menyentuh perlahan pundak Ciara hingga membuat sang empu terkejut dan menoleh ke arahnya.
"Ciara, kamu lagi ngapain duduk aja disini?" tanya Tiara dengan nada lembut.
"Lihatin air di kolam," jawab Ciara singkat.
Tiara terkekeh pelan mendengarnya, "Ahaha, ngapain kamu ngeliatin air?" ujarnya.
"Tadi udah bosan ngeliatin tembok di kamar," ucap Ciara pelan.
"Ah kamu ini, ya jangan ngeliatin tembok atau air juga dong Ciara! Gimana kalau kita jalan-jalan aja di sekitar sini? Siapa tahu kamu bisa lebih tenang nanti," usul Tiara.
Ciara menggeleng, "Enggak mau, aku mau disini aja," ucapnya menolak.
"Kenapa Ciara? Emang kamu gak bosan ngeliatin air terus sambil bengong? Nanti kamu kesambet loh, mending juga jalan-jalan," ucap Tiara.
"Gak mau, aku lebih suka disini. Kalau aku pergi ke luar, aku takut ketemu sama orang yang tahu tentang video viral itu. Aku masih trauma kak, aku gak mau dibully lagi sama mereka!" ucap Ciara.
"Ya ya ya, aku paham sama kondisi kamu. Yaudah, tapi jangan disini terus juga dong Ciara! Kita masuk aja yuk ke dalam!" ucap Tiara.
"Nanti aja kak, aku masih pengen lama-lama disini. Rasanya aku juga gak punya semangat hidup lagi, mungkin ini waktunya," ucap Ciara.
"Hah? Bicara apa sih kamu Ciara? Gausah ngaco deh, kamu harus semangat dan gak boleh nyerah gitu aja! Ini semua bukan akhir sayang, masih ada banyak kebahagiaan di luar sana yang siap menanti kamu Ciara!" ucap Tiara meyakinkan iparnya itu.
"Entahlah, kayaknya itu gak mungkin. Aku udah gak punya siapa-siapa lagi sekarang, jadi buat apa aku masih bertahan hidup? Semua orang juga udah pada benci aku kok," ucap Ciara.
Tiara menggeleng cepat, "Itu gak bener Ciara, masih ada aku dan mas Galen yang selalu ada buat kamu. Mama sama papa juga kan, aku yakin mereka mau bantu kamu kok," ucapnya.
Ciara hanya diam dan tiba-tiba kembali menangis, sontak Tiara langsung mendekap tubuh gadis itu dari samping dan menenangkannya. Ciara sangat hancur saat ini, hidupnya seolah tak berarti setelah apa yang dilakukan pamannya. Pikiran Ciara juga sudah kacau, ia berencana untuk mengakhiri saja hidupnya daripada harus terus menderita.
"Pokoknya kamu jangan mikir kalau kamu itu sendirian ya sayang! Ada aku kok disini, kamu bisa luapkan semuanya ke aku dan gak perlu khawatir!" ucap Tiara.
Tak ada jawaban dari gadis itu, hingga tiba-tiba seorang pelayan di rumah mereka muncul mendekat dan sedikit membungkuk untuk melaporkan sesuatu. Melihat wajah panik pada pelayan itu, sontak Tiara merasa heran sekaligus penasaran. Sedangkan Ciara masih menangis deras di dalam pelukan Tiara.
"Permisi nyonya," ucap si pelayan wanita yang terlihat cemas itu.
"I-i-iya bik, kenapa ya? Kok kelihatannya panik gitu, ada apa emangnya?" tanya Tiara heran.
"Itu nyonya, di luar ada pak Davin memaksa untuk masuk dan bertemu non Ciara. Saya harus gimana ya nyonya?" jawab pelayan itu.
Deg!
Tiara terkejut mendengarnya, begitu juga dengan Ciara yang sedang menangis di pelukannya. Ciara bahkan langsung melepaskan pelukan itu dan melotot tak percaya, ia menatap si pelayan dengan mata berkaca-kaca disertai ekspresi penuh amarah saat mendengar nama pamannya disebut.
"Mau apa lagi sih om Davin itu? Kenapa dia gak pernah puas ganggu hidup Ciara? Aku heran sama dia!" gumam Tiara.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
Duwi Supriatin
sabat tiara
2023-05-30
1
Titin Itin
sabar ciara kamu sih lambat kasih taunya
2023-04-09
2
Erviana Erastus
Restuin aza dah si Davin biar mslh nggak tambah ribet dr awal itu2 mslhx ckckck
2023-04-09
1