“Panggil manajer kamu! Saya dapat semua vocer itu dari dia!” kesal Cheryl masih menuntut sang kasir untuk segera memanggil sang manajer dan harusnya bertugas mengurus kendala vocer-vocernya.
“Namun ini vocer palsu, Bu. Kejadian semacam ini memang sudah terbiasa terjadi, tapi sebentar, saya panggilkan manager saya agar Ibu percaya,” ucap sang kasir yang cukup menggunakan hate dalam memanggilnya. Melalui alat hubung menyerupai telepon tersebut, ia memanggil keamanan. Dan dari pihak keamanan, pria bertubuh tegap yang menghampiri mereka akan menyampaikannya kepada manajer mereka.
“Ini ada apa, sih? Dari tadi saya perhatikan ribu-ribut?” ucap Devano sengaja menghampiri. Namun, ia sudah tidak menggandeng Zee lagi walau mereka masih berdiri bersebelahan.
“Ini Pak Vano, biasa, ... kasus vocer belanja palsu dan kali ini mengatasnamakan manajer perusahaan,” jelas sang kasir.
Devano sengaja mendekat, memastikan vocer yang dimaksud kemudian menoleh ke tumpukan belanjaan milik Cherly. “Oh, jadi kamu belanja sebanyak ini karena kamu mau bayar pakai vocer gratis?” todong Devano.
Cheryl langsung bungkam, merasa sangat malu dengan tudingan Devano barusan walau apa yang Devano katakan memang benar.
“Oalah ... aku pikir tadi kamu beneran sudah jadi sosialita makanya kamu belanja kayak kesurupan,” ucap Zee ikut mengomentari.
Cheryl yang sadar dirinya makin menjadi tontonan, menjadi merasa makin tertantang. “Kamu pikir, aku enggak bisa bayar semua ini? Kalian pikir, aku semiskin itu hingga kalian menatapnya serend itu?!” Tak hanya Zee yang ia semprot, tapi juga orang-orang yang ada di sana dan sudah langsung sibuk menatapnya dengan tatapan menyepelekan. Beberapa dari mereka bahkan ada yang dengan sengaja berceloteh, menyebutnya sebagai pribadi mis-kin yang hobi memakai vocer gratis bahkan hasil penipuan.
Hingga pada akhirnya, perkara vocer gratis dan itu efek penipuan, menjadi angin lalu akibat mereka yang merasa tertantang ingin melihat pembuktian dari seorang Cheryl. Cheryl berdalih akan membayar semua pakaian yang ia terima dengan uang!
“Mau lima ratus juta, si Cheryl uang dari mana? Apartemen saja, setahuku itu warisan dari almarhumah mamahnya, dan semacam pekerjaan pun, tiga bulan ini dia baru resign dari perusahaan tekstil dan jabatan terakhirnya merupakan anggota HRD. Gaji apalagi tabungan Cheryl enggak sebanyak jumlah uang yang harus dibayar sekarang juga,” batin Zee makin penasaran. Uang macam apa yang akan Cheryl pakai.
“Kok aku gegabah banget, ya. Demi gengsiku, aku bilang seperti tadi. Uang sebanyak ini, loh!” batin Cheryl jadi deg-degan bahkan panas dingin sendiri. Sesekali ia yang menjadi diam, menatap takut layar tagihan kasir di hadapannya dan itu masih dihiasi jumlah nominal yang harus ia bayar.
Bahagia, satu kata yang mewakili seorang Devano sekarang. Apalagi ketika akhirnya Cheryl berdalih akan menelepon sang kekasih. Membuat mereka yang antre dan sempat disemprot Cheryl, kompak menyoraki, mengata-ngatai Cheryl.
“Memangnya kekasih kamu penguasaha apa, kok mau-maunya bayarin belanjaan kamu yang mau setengah M?” celoteh salah satu dari merek.
Walau tidak bisa langsung membalas, Cheryl sengaja berkata, “Lihat saja nanti! Pasti kalian juga tahu!” Demi menutup gengsinya yang begitu besar, Cheryl menyadari dirinya telah menggali makam untuk dirinya sendiri. Namun ia masih memiliki secercah harapan, Rendan yang bucin kepadanya akan selalu menolong sekaligus melakukan segala cara untuk melindungi nama baiknya.
Namun Cheryl sengaja menghubungi Rendan, meminta pria itu langsung datang tanpa menyebutkan maksud sekaligus tujuannya. Alasan yang sengaja Cheryl lakukan agar Rendan tetap mau menemuinya walau caranya lebih mirip dengan jebakan.
Pembayaran di kasir yang Cheryl gunakan telah kembali berjalan setelah Cheryl yang sampai dijaga oleh seorang satpam, diamankan tak jauh dari kasir. Tentunya apa yang terjadi pada Cheryl terus menjadi pemandangan yang menyita perhatian selama satu jam terakhir sebelum akhirnya Rendan datang.
“S-sayang!” sergah Cheryl semringah ketika laki-laki yang dijebak akhirnya datang.
Beda dengan Cheryl yang menjadi sangat semringah sekaligus menggantungkan harapan besarnya kepada Rendan, tidak dengan Rendan yang penampilannya sangat berantakan. Penampilan Rendan yang tidak sampai memakai jas itu lebih mirip orang susah karena banyak masalah. Dari lengan panjang jas abu-abunya yang disingsing asal tidak simetris, juga rambut Rendan yang awut-awutan. Yang membuat Rendan langsung tidak nyaman, tentu kenyataan Cheryl yang ditahan.
“Kamu kenapa mendadak telepon dan berdalih menyangkut hidup dan mati kamu, tapi kamu mslah di sini?” tanya Rendan pada Cheryl yang sudah langsung mendekap mesra sebelah lengannya menggunakan kedua tangan.
“S-sayang!” rengek Cheryl benar-benar manja. Tak kalah manja dari tatapannya kepada Rendan.
Bukannya bahagia, Rendan malah langsung merasa tidak enak. Rendan terlalu yskin, masalah yang Cheryl alami sangat berat. Benar saja, setengah miliyar tagihan belanjaan, wanita seksi itu limpahkan kepadanya.
“Apaan, ... kamu yang belanja, kok aku yang bayar? Aku enggak mau ikut campur karena itu bukan urusanku!” sewot Rendan buru-buru menyingkirkan tahanan kedua tangan Cheryl dari dekapannya. Tak peduli walau kali ini, Cheryl terus memohon dan semua mata juga sudah sibuk memperhatikannya.
“Re, jangan bikin malu, dong!” mohon Zee masih usaha sekaligus berbisik-bisik.
“Bikin malu bagaimana? Jelas-jelas yang bikin malu itu kamu! Belanja sebanyak itu enggak bisa bayar dan malah menjebakku buat datang agar aku yang bayar!” kesal Rendan.
“Re, please!” Cheryl terus memohon dan tak hentinya mengikuti Rendan yang sudah pergi meninggalkannya.
“Kalau enggak bisa belanja ya sudah, enggak usah belanja! Balikin semua yang sudah kamu ambil. Lagian kamu belanja kok bisa-bisanya mau setengah M! Gilaa saja, sekelas Sultan saja enggak sampai sehedon kamu!”
“Oke, oke. Aku balikin. Tapi temenin ya, soalnya aku malu!” Cheryl menahan kuat sebelah lengan Rendan agar pria itu mau menemaninya mengembalikan semua pakaian yang ia ambil, kemudian mengabarkan bahwa dirinya tak jadi belanja. Agar rasa malu yang harus ia tanggung bisa dibagi dua dengan Rendan.
Sebenarnya Rendan malas menemani Cheryl dan memang karena malu. Namun Rendan sadar, andai ia tetap tidak mau, yang ada Cheryl juga tetap mengikutinya layaknya sekarang. Tak hanya itu, sebab keputusannya menemani Cheryl juga membuat dirinya turut disoraki.
“Gayaknya selangit, tapi ujung-ujungnya enggak bisa bayar. Dibalikin semua, lupa tadi ada yang sampai maki-makiiii!” ucap salah satu dari mereka yang kemudian disusul sorak meledek lagi. Membuat Rendan yakin, sebelum sekarang ini, Cheryl memang sudah sempat bermasalah dengan mereka semua.
“Ya ampun malunyaaa!” batin Cheryl berusaha cuek sambil tetap mendekap sebelah lengan Rendan. Namun tiba-tiba saja, ia mendadak ditahan karena sensor terus bunyi dan tak mengizinkannya pergi.
Cheryl diperiksa paksa, dan membuat semua mata kembali meledeknya karena di dalam tasnya ditemukan beberapa potong pakaian yang memanglah sengaja ia ambil kemudian sembunyikan.
“Tapi saya cuman ambil dua, serius. Sisanga saya enggak tahu!” yakin Cheryl yang keceplosan. Kali ini Rendan benar-benar meninggalkan Cheryl, bahkan walau Cheryl digiring oleh keamanan untuk diproses ke kepolisian karena tidak bisa bayar!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Alanna Th
aq pernah malu spt itu. mo blnj cd, trnyata uangq cuman seratus ribu! smp dkatai oleh kasir tk matahari d sbuah mall bsr. untuk gk ada antrian
2024-04-07
1
𝕗 𝕚 𝕚
/Smirk//Smirk/
2023-12-17
0
Truely Jm Manoppo
makan tu gengsi Cheryl ... Rendan asiikkk kan ... 😁😁😁😁😁
2023-11-29
0