Ibu Arnita membangunkan Devano yang tidur di pangkuan Zee. Kedua tangan wanita itu mengelus kedua pipi Devano dengan lembut.
“M-mamah?” ucap Devano yang langsung mengenali wajah sang mamah. Wajah yang masih sangat cantik itu langsung mengangguk. Sang mamah menuntunnya untuk menengadah, membuatnya otomatis melihat wajah Zee yang masih lelap sambil menunduk.
“Ihh ...?” refleks Devano benar-benar terkejut lantaran dirinya malah tidur di pangkuan Zee. Segera ia beranjak dari sana, membiarkan sang mamah membangunkan Zee penuh sayang menggunakan cara yang sama dengan ketika ibu Arnita membangunkannya.
“Zee, bangun Sayang ... papah kamu sudah siuman dan tadi baru saja minta minum,” lirih ibu Arnita lembut.
“Hah? Ini aku sudah mati apa gimana? Kok aku dibangunin sama malaikat super cantik?” lirih Zee yang malah terpaku menatap tak percaya yang baginya mirip malaikat.
Namun, kenyataan tersebut hanya berlangsung sebentar lantaran Devano yang kesal, malah refleks memoles kepala Zee.
“Ya ampun ...,” lirih Zee yang langsung meringis kesakitan sambil memegangi bekas polesan Devano.
“Kakak jangan dibiasakan,” tegur ibu Arnita yang kemudian mengelus bekas polesan Devano dan ia yakini memang sakit.
“Gemas, Mah. Dibangunin kok malah ngigau begitu!” balas Devano merasa tak berdosa. Namun, kemudian ia memilih pamit ke toilet sambil membawa pakaian ganti sekaligus keperluan mandi.
“Kakak mau mandi?” tanya ibu Arnita yang kemudian membantu Zee melipat selimut.
“Iya, sudah setengah enam juga,” balas Devano santai tapi cenderung malas.
“Pak ...,” lirih Zee yang kemudian langsung jujur tak lama setelah Devano menatapnya. Zee jujur tidak berani menemui sang papah sendiri.
“Kemarin kan, Rendan sudah fitnah aku habis-habisan,” ucap Zee yang belum apa-apa sudah ketakutan. Ia sudah sampai gemetaran, takut baru menatapnya, sang papah yang telanjur termakan fitnah Rendan, langsung kembali jantungan.
Ibu Arnita menatap serius interaksi Zee san Devano. “Ya sudah, Kak. Dibantu dulu, diberesin. Yang namanya fitnah dan sampai bikin orang kena serangan jantung, kan beneran kebangetan.”
Mendengar itu, Devano dan Zee refleks saling lirik. Dengan sangat gagah sekaligus bertanggung jawab, tanpa aba-aba, Devano langsung masuk ruang ICU. Devano langsung memakai APD. Kemudian Zee yang masih ragu karena telanjur takut, menyusul.
“Zee-nya digandeng, Kak,” tegur ibu Arnita masih mengawasi dengan sangat sabar.
“Suruh pegangan ke dinding saja. Nanti yang ada kalau serba dimanja, dia jadi cengeng kayak Rayyan!” ucap Devano yang sungguh tidak menggandeng Zee. Ia masuk begitu saja, membuat Zee buru-buru menyusul, setelah Zee membungkuk-bungkuk kepada ibu Arnita yang langsung menghela napas dalam karena kelakuan putranya.
Di ruang ICU yang masih dibiarkan temaram, Devano mendapati pak Samsudin yang menatap langit-langit di atasnya. Pak Samsudin terlihat sangat terpukul, yang mana kenyataan tersebut dikuatkan dengan air mata yang terus berlinang dari kedua sudut matanya.
Zee yang terlanjur mengkhawatirkan keadaan sang papah dan memang sudah sampai takut, sengaja bersembunyi di belakang punggung Devano. Tangan kanannya yang sudah sampai gemetaran berangsur berpegangan pada jas abu-abu bagian punggung Devano.
“Selamat pagi, Pak?” Devano menyapa dengan lembut, layaknya manusia yang paham sopan santun sekaligus jauh dari kejam.
Devano dan Zee dapati, pak Samsudin yang langsung mencari sumber suara hingga tatapannya berakhir bertemu dengan tatapan Devano. Devano berangsur mendekat, membuat Zee yang masih sibuk berusaha berlindung, segera menyeimbangi.
“Saya Devano Malik Ibrahim, ... saya bos sekaligus kekasih Zee. Tolong, percaya kepada kami karena hubungan kami dan Rendan memang sudah tidak baik semenjak Rendan berulang kali kepergok selingkuh dengan Cheryl. Rendah telah memutar balikkan fakta, hanya karena dia enggak mau rugi. Alasan dia berubah karena Zee menolak ajakan dia berhubungan badan layaknya suami istri. Berawal dari sini, Rendan jadi kasar. Tak hanya memaki, tapi lebih. Makanya Zee memilih mundur. Masalahnya, Zee juga bingung gimana bilangnya ke Pak Samsudin karena Zee terlalu khawatir ke kesehatan pak Samsudin.”
“Sebenarnya hari kemarin, niatnya kami jujur ke Pak Samsudin karena kemarin saja, yang bawa Pak Samsudin masih kami pakai mobil saya.”
“Sementara alasan Rendan begitu, tentu karena dia dendam. Kasarnya, sudah enggak bisa macam-macam dengan tubuh Zee, dia pun makin rugi karena Zee enggak mau melanjutkan rencana pernikahan padahal uang buat urusnya sudah banyak.”
“Masalahnya setelah dia kepergok selingkuh, bukannya meninta maaf dan tidak mengulangi perbuatannya, dia malah sengaja semena-mena ke Zee. Tidak hanya memaksa Zee menerima hubungannya dan Cheryl jika memang Zee tetap tidak memenuhi kebutuhan lahir batinnya. Karena Rendan selalu mengancam akan macam-macam ke Pak Samsudin, dan puncaknya kemarin itu.”
Sepanjang Devano meyakinkan, selama itu juga hati seorang Zee terenyuh, selain Zee yang sampai berlinang air mata bahkan sesenggukan. Zee memang akan sesensitif itu jika sudah berkaitan kesehatan papahnya.
“Hubungan kami memang belum lama, tapi saya akan berusaha menjadi yang terbaik untuk Zee,” lanjut Devano. “Zee enggak salah, kalau memang Pak Samsudin enggak percaya, kita bisa cek kebenaran fitnah Rendan. Benar enggak, Zee hamil.”
Zee memberanikan diri untuk melongok dari balik punggung Devano. “P-pah ... maaf ... namun apa yang Rendan katakan beneran fitnah. Kami sudah putus, tapi aku bingung mau ngomongnya ke Papah, apalagi akhir-akhir ini kesehatan Papah enggak stabil,” isaknya gemetaran berpegangan pada jas ujung punggung Devano. “Tolong jangan percaya omongan Rendan.”
Pak Samsudin makin berlinang air mata. Di tengah tatapannya yang nanar, ia menatap wajah Devano. Jika melihat wajah dari Devano, ia rasa Devano jauh lebih good looking, dan juga jauh lebih jauh menjaga sikap ketimbang Rendan. “Kalau memang kamu sayang Zee, silakan kalian jelani hubungan kalian. Namun andai nanti kamu sudah tidak sayang, andai kamu sudah tidak cinta Zee lagi, tolong jangan pernah menjadikan kenyataan tersebut sebagai alasan kamu menyakitinya. Kamu cukup bilang ke saya karena saya yang akan kembali mendidik Zee. Dan jika Zee tetap tidak bisa dididik seperti yang kamu harapkan, lebih baik kalian berpisah secara baik-baik karena yang sama-sama baik saja belum tentu baik bersama, apalagi jika sampai dipaksakan?” ucapnya. Ia susah payah mengatakannya karena walau ia belum percaya Devano mampu menjadi pasangan yang baik untuk Zee, apa yang Zee alami karena Rendan. Zee telah mengalami masa-masa sulit karena Rendan, tapi karena kesehatannya, Zee tidak berani cerita bahkan keluar dari jerat Rendan.
“P-papah, maaf!” ucap Zee sembari berlari dan nekat memeluk sang papah walau ia tak melakukannya dengan leluasa karena di dada sang papah masih ditempeli selang khusus dan terhubung ke EKG.
Lagi, Devano mendapati, seorang Zee akan sangat rapuh jika itu menyangkut sang papah apalagi kesehatan sang papah. Namun Devano juga sadar, setiap orang memiliki kelemahan dan khususnya pada orang yang mereka sayang. Layaknya dirinya yang paling tidak bisa melihat mamah dan juga keluarganya tidak baik-baik saja, apalagi sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Lusiana_Oct13
biar kejebak 22 dgn stts pacaran palsunya 🤣🤣🤣 ngarep baget gk shaya nya
2024-07-18
0
Lusiana_Oct13
saya pikir bapake mau ngomong klo km serius nikahkan ank saya sekarang mumpung saya masih bisa jadi wali nya 😂😂😂😂
2024-07-18
0
Eva Andiman
thor selalu keren😭😭😭😭
2024-04-17
1