Ruang bersantai di apartemen Cheryl, menjadi mirip ruangan yang baru saja mengalami bencana alam. Malahan, sofa panjang yang sempat digunakan Rendan dan Cheryl bercinta, sampai tergeletak. Bantal sofa di mana-mana terserak di lantai, selain kaca meja yang sampai remuk. Itu kenapa, sekejam-kejamnya Devano, pria itu masih akan berusaha membuat perasaan seorang Zee baik-baik saja. Karena sedikit saja Zee dibuat emosi, kejadiannya akan seperti sekarang.
Baik Rendan maupun Cheryl yang babak belur dan itu masih karena seorang wanita bernama Zee, tengah berusaha memakai pakaian sambil gemetaran menahan takut. Karena walau kini Zee sudah diam tak mengamuk bak angin ribut, wanita itu masih mengawasi mereka melalui lirikan yang begitu tajam. Saking tajamnya, ulu hati mereka seorang diremas dengan keji hanya karena lirikan Zee.
“Berani kamu menyalahkan aku, bahkan kamu sampai menghancurkan ruangan ini!” Suara bariton seorang Rendan akhirnya memecahkan keheningan di sana.
Sambil memakai ****** ***** berwarna merahnya, Rendan menatap Zee penuh emosional. Sementara di sebelahnya, hal yang sama juga dilakukan oleh Cheryl. Namun, wanita berambut sebahu yang wajahnya dihiasi cakaran Zee dan bibir bawahnya sampai pecah, memilih pergi masuk ke dalam kamar.
“Cheryl enggak salah! Harusnya kamu berterima kasih ke dia karena berkat dia, semua kebutuhanku termasuk kepuasan hasratku terpenuhi!”
“Memangnya kapan kamu ngerti aku? Jangankan mau tidur bareng, sekadar minta cium saja kamu enggak pernah mau! Sekuno itu kamu padahal kita sudah hidup di peradaban moderen!/Apalagi sejak kamu jadi sekretaris di Fashion King, aku beneran enggak terurus!”
“Kamu pikir aku istri kamu, yang termasuk urusan ranjang harus aku penuhi? Kamu itu butuh pasangan apa pelacuurr, sih?!” Zee yang kembali emosional, baru berani mendekati Rendan lagi setelah pria itu beres memakai ****** *****. “Kamu pikir aku serendahan itu? Jangankan pacar, sudah tunangan saja ditinggal ngesek sama wanita lain bahkan sahabat sendiri! Apa lagi kalau aku sampai ngikutin kamu? Rugilah aku sama suamiku!”
“Sumpah, yah! Apa yang kalian lakukan beneran menjijikkkaaan!” Zee makin emosional. Ia mengambil vas bunga dari meja kecil yang belum merasakan amukannya.
Baru akan dihantamkan, Rendan yang sempat ketakutan, gemetaran agak menunduk, buru-buru menghampiri Zee. Matanya nyaris loncat dari rongga karena ia yang emosional, menatap marah calon istrinya itu. Ia menahan tangan kanan Zee yang menahan vas bunga dan siap menghantamnya.
“Jangan lupa, Zee ... papah kamu punya penyakit jantung, sementara dua minggu lagi, ... dua minggu lagi kita harus menikah. Kamu harus menerima hubunganku dan Cheryl kalau kamu enggak mau papah kamu mati!” lirih Rendan yang kemudian tersenyum penuh kemenangan. Senyum yang benar-benar membuat tampang lumayannya menjadi keji.
Apa yang Rendan ucapkan barusan dan lebih terdengar mirip ancaman, membuat darah Zee seolah didihkan. Di tengah tatapannya yang terus balas menatap tatapan penuh kemenangan seorang Rendan, tangan kiri Zee diam-diam mengambil alih vas bunga dari tangan kanan. Dan melalui tangan kiri tersebut pula, Zee melancarkan apa yang sempat Rendan tahan. Pria itu terjatuh menggeliat kesakitan sambil memegangi bekas hantaran vas dari tangan kirinya.
Gemetaran tangan kanan Rendan meraba punggung kepalanya. Tak lama kemudian, kedua mata belonya langsung membelalak ketika ia melihat darah segar, tertinggal di telapak tangan kanannya.
Dari pintu kamar di sebelah, Cheryl yang hanya memakai ****** ***** super tipis warna hitam, tersenyum puas melihat perseteruan sengit calon pengantin di luar sana. “Ini hadiah spesial untukmu, Zee. Hadiah pernikahan dariku yang sejak lama ingin aku pamerkan kepadamu. Karena apa pun yang kamu miliki, aku pastikan akan menjadi milikku juga. Sampai kapan pun, kehancuranmu adalah bahagiaku!” batinnya.
“Menjijikan! Mulai sekarang kita bukan siapa-siapa lagi! Jangan lupa, aku yang mutusin kamu!” tegas Zee masih emosional. Walau sang papah memang memiliki penyakit jantung, Zee tidak mau hidup diperbudak oleh demit pengkhianat sekelas Rendan dan Cheryl.
Buru-buru Rendan berdiri, tak terima dengan apa yang Zee katakan. “Kamu enggak mungkin melakukannya apalagi aku tahu banget, kamu sayang banget ke papah kamu!”
“Memangnya kuping kamu budeg? Memangnya kamu sudah enggak ngerti bahasa manusia lagi hanya karena kelakuan kamu dan sahabat rasa gundik itu mirip binatang?” emosi Zee.
“Hanya karena kalian tahu aku sayang papahku, kalian berpikir aku akan tunduk ke kalian?” Zee tersenyum miris kepada Rendan. “Sori, kalian salah sasaran karena aku enggak akan tunduk ke siapa pun apalagi tunduk ke orang-orang menjijikkan seperti kalian!”
“KITA PUTUS! Aku pastikan, kamu enggak akan bisa menemukan wanita sebaik sekaligus berkualitas seperti aku! Karena kalau belum menikah saja kamu sudah biasa meniduri wanita, jangan harap kamu bisa mendapatkan istri yang masih perawan!”
“Putus bagaimana? Aku bahkan sudah membuang kamu dari dulu!” tegas Rendan kali ini berucap lantang. Namun baru saja, meja kecil tempat vas yang membuat punggung kepalanya bocor, Zee angkat kemudian lemparkan ke arahnya. Alasan yang juga membuatnya lari terbirit-birit sambil menjerit panik.
Berderai air mata Zee keluar dari apartemen yang bertahun-tahun telah menjadi rumah keduanya. Ketika tatapannya tak sengaja melihat tote bag wadah contoh desain undangan pernikahannya dan itu terkapar di depan pintu, detik itu juga kaki kirinya refleks menendangnya. Meski yang ada, Zee ikut terjatuh kemudian terbanting. Alasan yang membuatnya tersedu-sedu sendiri. Namun karena ponselnya berdering nyaring, dering khusus yang ia setel untuk seorang Devano, ia langsung menepi dari tangisnya. Iya, hanya tangis karena ia belum bisa menepi dari kesedihan yang membuatnya hancur sehancur-hancurnya.
Dikhianati oleh calon suami dan sahabat sendiri, ... rasanya, Zee ingin mengabsen semua nama binatang kemudian mengucapkannya lantang untuk kedua sejoli itu.
“Iya, rumah sakit mana, Pak?”
“Ya pokoknya rumah sakit, Zee! Mikir ih!”
“Masalahnya rumah sakit banyak, Pak! Tolong dong, jangan bikin saya mantap buat bunuh diri!”
“Papah saya kecelakaan dan sekarang kritis, Zee! Jangan bercanda kamu! Kalau pun kamu dendam ke saya, kita bereskan nanti! Habis ini pak Lukman bakalan sharelok!”
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, Zee sungguh harus siaga selama dua puluh empat jam, untuk seorang Devano. Hingga sejurus kemudian, setelah nekat menggunakan ojek guna secepatnya menyusul Devano, akhirnya Zee tiba di salah satu rumah sakit elite yang dimaksud.
Devano yang berdiri di lorong sepi dekat ruang ICU, mendadak syok, melotot ketakutan menatap Zee. Wanita itu sangat mirip hantu, semacam arwah jahat yang belum rela meninggalkan raga manusianya. Rambut berantakan, maskara ke mana-mana, kaki pun sampai nyeker dan kini tengah wanita itu pandangi sendiri.
“Ini rumah sakit, Zee. Bukan tempat buat ngerayain halloween!” lirih Devano terengah-engah karena telanjur takut kepada penampilan terbaru Zee. Terlebih selain mereka tengah berada di lorong rumah sakit yang sepi, di sebelah juga merupakan kamar mayat.
Zee hanya menatap sebal Devano. Baru ia sadari, saking buru-burunya untuk menyusul Devano, ia sampai lupa memakai sepatu berheel runcingnya. Anehnya, ia sama sekali tidak merasa sakit.
“Ya sudah, ... saya beneran enggak punya banyak waktu. Sekarang juga, kamu tolong carikan wanita yang bisa saya sewa untuk menjadi kekasih pura-pura saya. Beneran hanya pura-pura, dan itu pun hanya sementara!” ucap Devano berbisik-bisik dan itu pun sampai menunduk kepada Zee yang juga langsung menyimak serius. “Lima menit! Eh, sepuluh menit!”
“Tukang sulap saja enggak sehebat itu, Pak! Cari wanita buat disewa jadi kekasih pura-pura!” semprot Zee. Patah hati karena dikhianati, membuat emosinya makin tak stabil. Bahkan walau Devano sampai mengungkungnya ke tembok sebelah, yang mana pria itu juga sampai membekap mulutnya, Zee tetap memberontak tanpa peduli siapa lawan bicaranya.
“Dikiranya yang punya masalah hidup di dunia ini cuma pak Vano? Gila aja, jadi orang egois banget! Enggak mikir banget! Enggak pernah makan bangku sekolahan apa bagaimana Bapak?!”
“Asal Pak Vano tahu, tadi pas Pak Vano telepon, saya baru ngamuk calon suami dan juga sahabat baik saya, setelah dengan mata dan kepala saya sendiri, saya melihat mereka ngesek di sofa apartemen sahabat saya! Sekejam ini dunia ke saya! Papah saya terus disiksa melalui penyakit jantungnya, sahabat dan calon suami kelakuannya mirip binatang, dan sekarang punya Bos juga bikin pengin sewa pembunuh bayaran!”
Devano tidak tahu, kenapa kali ini, dirinya mau-mau saja menyimak ocehan Zee yang mirip orang mabuk. Namun Devano yakin, wanita yang sudah membantunya selama dua tahun terakhir dan ini menjadi karyawan terlamanya karena sebelumnya, kebanyakan yang kerja kepadanya hanya bertahan hitungan menit, sedang tidak mabuk. Jarak mereka masih sangat dekat karena sebelah tangan Devano saja masih menahan dada Zee. Sedangkan wajah mereka, hidung mereka saja nyaris menempel. Devano tidak mencium aroma alkohol dari mulut Zee. Yang ia lihat hanyalah rasa sakit hati yang teramat dalam dan itu membuat seorang Zee merasa sangat dendam.
Setelah sampai menyalami tangan kanan Zee, Devano berkata, “Jadi kekasih pura-pura saya, saya bantu kamu balas dendam ke mereka!”
“Kekasih pura-pura? Balas dendam ...?” batin Zee.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Widia Aja
Waaaahh.....
Menarik nih cerita nya....
2024-09-08
0
A Yes
awokwokwokwok ,,,, horor jadi konyol🤣🤣🤣🤣🤣
2024-07-15
0
Lusiana_Oct13
Dipikir zee si devano RAYAP KALI YA SUKA MAKAN BANGKU SEKOLAH😂😂😂😂
2024-07-14
0