Baru juga bernostalgia pernah ada di posisi pria muda yang baru saja ia wawancara, kini Rendan malah harus menelan pil pahit lantaran ia malah mendadak di pecat.
“Pak Rendan, kenapa Pak Rendan masih di sini?” tegur pak Riko benar-benar kesal.
“Ya ampun, Pak Riko jadi cerewet banget, sih?!” batin Rendah walau ia juga langsung minta maaf.
“Jangan pergi dulu sebelum Pak Rendan meminta maaf ke papahnya kekasih Pak Devano. Berurusan bahkan sampai macam-macam kok dengan Pak Devano! Gara-gara Pak Rendan juga, saya nyaris dipecat!” omel pak Riko lagi.
“Ini drama apa lagi, sih?” batin Rendan tak paham, walau jujur saja, firasatnya sudah langsung tidak enak. Terbukti, sekitar satu jam kemudian, disaksikan sang bos, maupun Zee yang masih didampingi seorang Devano, dan dikata sang bos maupun Devano sendiri merupakan kekasih Zee, Rendan dipaksa untuk meminta maaf ke pak Samsudin.
Di ruang tamu yang ada di dana dan hanya dihiasi dua sofa panjang, pak Samsudin sudah duduk menunggu didampingi Zee maupun Devano. Sementara itu, pak Riko yang sadar dirinya menjadi di ujung tanduk gara-gara ulah Rendan, tak berani duduk walau Devano sudah sampai meminta.
“Kamu mau minta maaf?” pak Samsudin menyikapi Rendan dengan tegas.
Rendan yang masih berdiri layaknya orang hilang, tanpa berani menatap siapa pun yang ada di sana apalagi menatap pak Samsudin, berangsur mengangguk kaku. Hal yang memang terpaksa Rendan lakukan karena baginya, dirinya tidak bersalah.
Bagi Rendan, selingkuh itu hak setiap orang apalagi jika pasangan tidak bisa memberikan apa yang pasangannya inginkan. Sama halnya dengan kasusnya dan Zee. Bagi Rendan, tak salah jika ia menyambut perhatian Cheryl yang tak segan bersikap agresif kepadanya, terlebih setelah bersama, nyatanya mereka cocok.
“Jika kamu benar-benar minta maaf, bawa wanita itu ke sini. Bawa Cheryl ke sini karena dia juga harus meminta maaf khususnya kepada Zee!” tegas pak Samsudin benar-benar murka.
Menyaksikan itu, Devano berangsur menyikut Zee yang kebetulan duduk di sebelahnya. “Papah kamu keren! Kita bahkan enggak kepikiran buat undang si Cheryl juga!” bisiknya ketika Zee sampai menoleh menatapnya.
“Tapi belum apa-apa, baru membayangkan akan bertemu Cheryl kok rasanya, jijiik, ya, Pak?” balas Zee berbisik-bisik juga.
“Kalau kamu saja jijjiik, apalagi saya? Tapi si Rendan sama betinanya, emang paling cocok dimasukin ke kandang ayam!” balas Devano.
“Kalau memang ada kandang ayam nganggur, sudah dimasukkin saja lah, Pak!” balas Zee bersemangat.
“Kalau di kampung banyak, kalau di sini kayaknya wajib ke peternakan!” balas Devano yang kemudian berjanji akan mengaturkan jadwal segera.
“Nih orang beneran mau masukin Rendan sama Cheryl ke kandang ayam? Ajaib banget, sih!” batin Zee. Telanjur heran, tapi kenyataannya, sang bos memang seajaib itu.
Di lain sisi, Rendan yang dituntut untuk membawa serta Cheryl, langsung tidak berkutik.
“Sekarang juga, bawa Cheryl ke sini karena kami memang enggak ada waktu!” tegas Devano tak mau membuat pak Samsudin menunggu.
Mendengar itu, Rendan langsung menatap tak percaya Devano. Ia dapati, Devano yang baru saja meraih kedua tangan Zee walau kedua mata tajam pria tampan itu fokus mengarah kepadanya. Devano menggenggam kedua tangan Zee, menyimpannya di pangkuan. Kenyataan yang Rendan yakini karena Devano sengaja pamer. Namun, kenyataan tersebut juga membuat Rendan menjadi yakin, Devano memang mencintai Zee. Hubungan keduanya bukan sandiwara dan memang nyata.
“Rendan!” tegur pak Riko yang sudah gelisah mirip ibu-ibu hamil tengah kontraksi. Ia sungguh tidak rela, gara-gara Rendan, dirinya sampai dipecat.
“Sepertinya dia sedang keluar kota,” ucap Rendan, malas. Siapa yang tidak malas kalau sampai dipaksa meminta maaf layaknya dirinya?
“Kau sengaja melindunginya?” ucap Devano yang tentu saja kepada Rendan, tapi tatapan tajamnya tertuju kepada pak Riko. Pria itu langsung berbisik-bisik kepada Rendan dan bisa dipastikan, tengah berusaha membujuk atau malah memaksa Rendan.
“Pak, enggak apa-apa Rendan enggak dipecat yang penting dia bisa bawa Cheryl ke sini untuk minta maaf. Karena daripada dipecat, bagi dia, harga diri dia jauh lebih mahal!” bisik Zee kepada Devano.
“Benar juga, sih,” lirih Devano yang kemudian berdiri. Ia melangkah keluar, tapi sebelum ia benar-benar keluar, ia sampai berbisik-bisik kepada pak Riko. Di depan kontrakan Zee, ia mengatakannya. Memberi janji kepada pak Riko melalui kuasanya.
“Rendan tidak perlu dipecat, asal dia mau membawa Cheryl ke sini dan mereka sama-sama minta maaf,” bisik Devano masih memunggungi pak Riko dengan gayanya yang benar-benar berkuasa. “Saya juga akan memberi tunjangan khusus untuk pak Riko jika Pak Riko berhasil meyakinkan Rendan dan membuatnya membawa Cheryl meminta maaf sekarang juga.”
“Demi membuat orang seperti Rendan jera, demi,” lanjut Devano yang menjadi berpikir, dirinya harus menyebut Zee agar pak Riko percaya, betapa ia mencintai Zee. “Demi kekasih saya dan juga papahnya yang sempat kritis gara-gara kelakuan Rendan, ... saya akan mengambil alih kantor pak Riko pekerja.” Bagi Devano, bermain-main dengan orang seperti Rendan sangatlah menyenangkan. Terlebih seperti yang Zee katakan, harga diri seorang Rendan sangatlah tinggi.
Apa yang Devano katakan, langsung membuat pak Riko tersenyum penuh semangat. Pria yang kitanya berusia di akhir tiga puluh itu sampai mengucapkan terima kasih kemudian buru-buru menghampiri Rendan. Seperti sebelumnya, pak Rendan kembali berbisik-bisik kepada Rendan. Kemudian yang refleks Devano lakukan adalah menatap Zee. Wanita yang sempat memperhatikan Rendan penuh kesal itu, tak sengaja menatap ke arahnya hingga tatapan mereka bertemu.
“Apa yang sudah pak Vano lakukan? Sepertinya ada rencana baru,” pikir Zee penasaran tapi juga tegang. Namun sejauh ini, Devano yang cerdik sekaligus kejam memang paling pintar dalam urusan balas dendam. Dengan kata lain, ia tidak salah menerima tawaran kerja sama dari seorang Devano.
Sekitar satu jam kemudian, Rendan sudah masuk ke apartemen Cheryl. Layaknya Zee, ia bisa langsung masuk ke apartemen mewah itu dengan leluasa. Ternyata Cheryl tengah berendam di bak rendam yang ada di kamar apartemen wanita seksi itu. Cheryl yang kepalanya sudah sampai dibungkus handuk putih, dan kedua matanya ditutup irisan mentimun, tampak jelas tengah menikmati masa santainya.
“Ryl, cepat ikut aku!” sergah Rendan buru-buru mengambil kemudian membuang asal irisan mentimunnya dari kedua mata Zee.
“Jam berapa, ini? Masa iya jam segini kamu minta dilayani? Lagian, harusnya kamu masih kerja, kan?” ucap Cheryl sambil menatap heran Rendan. Ia meraih segelas jus tomatnya dan sudah sampai dihiasi sedotan, tapi Rendan juga sampai merebutnya.
“Ikut aku. Kita ke belanja ke butik mahal, tapi sebelum itu, kita ke kontrakan Zee dulu!” sergah Rendan sampai mengambilkan handuk kemudian memberikannya kepadanya.
“Kenapa harus ke rumah Zee dulu?” tanya Cheryl sembari menerima handuknya dari Rendan.
“Karena selain pamer ke dia, kartu member butiknya juga ada di dia!” sergah Rendan meyakinkan.
“Memangnya, Zee enggak kerja? Tumben, biasanya dia kerja terus enggak kenal waktu macam kerja ke kompeni, makanya kamu kesepian dan kamu pilih aku.”
“Sudah, jangan banyak tanya. Kita harus cepat ke sana.”
Cheryl tidak memiliki pilihan lain selain menurut. Toh, Rendan bilang, pria itu akan mengajaknya ke butik mahal. Lebih membuatnya bahagia lagi, karena sebelum ke butik mahal, Rendan akan mengajaknya pamer ke Zee.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
𝕗 𝕚 𝕚
/Good/
2023-12-15
1
Intan IbunyaAzam
wah mkin seru thorr
2023-11-30
0
Truely Jm Manoppo
batu kerikil di ambil .. berlian dibuang 🙉🙉🙉
2023-11-29
0