“Kenapa enggak iya, saja? Kenapa enggak langsung menikah, apalagi jika kamu menikah, kamu bisa menjaga Zee dengan leluasa. Jangankan menjaga, menyembuhkan Zee dari trauma hubungan sebelum pernikahan, pasti kamu juga bisa. Pernikahan akan jauh lebih membuat kalian saling mengisi. Hubungan kalian pasti akan jauh lebih erat lagi!” Sepanjang kebersamaan di mobil, Pak Restu terus saja menyayangkan keputusan Devano yang malah membuat lamarannya kepada Zee, tertunda. Ia jadi tidak memiliki alasan melamarkan Zee untuk Devano dalam waktu dekat.
Di sebelah Restu, sang istri memilih bungkam. Ibu Arnita tak berniat membela karena ia juga setuju dengan cara pikir sang suami. Terlebih, ucapan yang Devano pilih beberapa saat lalu menegaskan, sebagai laki-laki, Devano belum siap menjalin hubungan serius dengan Zee.
Devano yang duduk di sebelah pak Lukman, berangsur menghela napas pelan. “Mah, Pah, trauma Zee itu beneran nyata. Malahan aku khawatir, kalau terus dipaksa, yang ada dia minta putus. Percaya deh, aku sama Zee baik-baik saja. Pelan-pelan, biar kami juga kayak pasangan normal!” yakin Devano.
Pak Restu dan ibu Arnita kompak bungkam.
“Mah, Pah ... jangan buru-buru, dibawa santai saja, takutnya yang ada Zee kabur!” yakin Devano lagi. “Besok kalau papahnya sudah sembuh, aku ajak Zee main ke rumah. Aku janji!”
“Satu minggu lagi, kita bahas pertunangan kalian,” tantang pak Restu.
“Duh ...,” lirih Devano, merasa terjebak oleh sandiwaranya sendiri. “Jangan satu minggu lagi, Pah. Satu minggu lagi kita bakalan sibuk banget. Banyak pemotretan, peluncuran produk baru dan sederet wawancara dengan majalah fashion.”
Dalam diamnya, ibu Arnita dan pak Restu, refleks saling lirik hingga keduanya berakhir bertatapan.
“Setelah semua acara itu beres?” ucap pak Restu masih menuntut kepastian.
Namun, mulut Devano dengan enteng berkata, “Oke!”
Ibu Arnit dan pak Restu kompak menghela napas pelan sekaligus dalam. Keduanya merasa lega walau baru sedikit, selain mereka yang kompak saling lirik satu sama lain hingga lagi-lagi, tatapan mereka bertemu.
Di tempat berbeda, Zee yang duduk sendiri di sofa bekas kebersamaannya dengan Devano, tengah sibuk menghubungi nomor Rendan maupun Cheryl. Namun dari belasan kali telepon yang ia lakukan, tak ada satu pun teleponnya yang digubris. Malahan baru saja, telepon yang ia lakukan baik itu kepada Rendan maupun Cheryl, kompak ditolak.
Zee : Demit banget emang kalian. Enggak mikir banget, harusnya kalian minta maaf! Cepat ke sini, papahku sudah siuman, dan kalian wajib minta maaf. Bentar, aku sharelok
Namun di tempat berbeda, di kamar apartemen Cheryl, kedua ponsel yang Zee hubungi sebenarnya tengah dipegang oleh Cheryl. Karena di sebelah Cheryl, Rendan masih ngorok.
“Minta maaf? Minta maaf untuk apa? Karena Rendan lebih memilihku? Itu kan hak Rendan, dan aku enggak pernah memaksa. Rendan terlalu pintar mana barang yang bagus dan memuaskan, ketimbang barang yang dijaga tapi memang enggak bermutu!” lirih Cheryl tersenyum puas. Malahan ia mendadak memiliki ide untuk mengabadikan momen kebersamaannya dengan Rendan yang memang sama-sama tak berbusana. Tak hanya berupa foto dan itu dalam beberapa gaya menantang, tapi juga video yang memamerkan betapa berantakannya kamarnya akibat percintaan panasnya dengan Rendan. Tentunya, Cheryl sengaja mengirimkan semua itu menggunakan ponsel Rendan yang juga masih dihubungi Zee.
+628 : Terima kasih banyak. Kalian memang cocok jadi model video eror. Ini kalau dijual ke situs khusus, pasti bikin aku dapat banyak dolar. Tapi bentar deh, video macam gitu kan juga tergantung modelnya. Karena kalau modelnya saja butut kayak kalian, ya kayaknya peminatnya saja kurang.
Walau sempat merasa kesal dengan balasan dari Zee, Cheryl memang sadarnya tipikal tak mau ambil pusing. Malahan, kenyataan nomor ponsel Zee yang tak lagi Rendan simpan, menjadi kebahagiaan tersendiri untuknya. Karena dengan kata lain, Rendan sudah benar-benar membuang Zee.
“Zee, ... Zee. Nasibmu selalu apes. Selalu ditinggal orang-orang yang kamu sayangi karena mereka lebih memilih aku!” batin Cheryl merasa menang. Ia bermaksud hendak meletakan ponsel Rendan, tapi melihat aplikasi m-banking di ponsel Rendan, ia jadi kepo.
Sembari memunggungi Rendan yang awalnya sempat ia tatap, Cheryl yang tersenyum girang, langsung menggunakan sidik jari Rendan yang masih lelap untuk membuka sidik jari untuk kunci mbankingnya.
“Rezeki nomplok ini namanya! Wah, saldonya Rendan banyak juga ya? Padahal semalam saja, dia sudah keluar banyak duit buat bayar yang di bar,'' batin Cheryl. Sempat terdiam serius, ia sengaja mentransfer lima puluh juta, dari enam puluh juta uang yang masih ada di tabungan Rendan, ke nomor rekeningnya yang masih satu bank.
“Sukses!” batin Cheryl makin girang. Saking bahagianya, ia buru-buru balik badan, kembali menghadap Rendan dan menghadiahi pria itu kecupan di pipi kiri. “Kalau gini caranya, aku jadi makin sayang ke kamu!” batinnya. Tepat setelah itu, kedua mata Rendan perlahan terbuka. Awalnya, pria itu tersenyum. Namun setelah bertanya waktu yang tengah berlangsung dan ia pastikan di ponsel sudah pukul setengah dua belas siang, pria itu langsung marah-marah.
“Kamu enggak minta aku bangunin, loh!” yakin Cheryl sambil menutupi tubuh polosnya menggunakan selimut. Ia menatap kesal pada Rendan yang tengah memunguti pakaiannya di lantai.
“Kalaupun aku enggak minta, harusnya kamu inisatif bangunin aku karena aku harus kerja. Kalau aku sampai dipecat, gimana? Kamu mau tanggung jawab?!” kesal Rendan apalagi akibat minum semalam, kepalanya masih pusing, selain perutnya yang memang masih teras sangat mual.
Sadar membalas Rendan hanya akan membuat mereka benar-benar bertengkar, Cheryl memilih diam memunggungi kepergian Rendan. Pria itu masuk ke kamar mandi dan tak lama kemudian, suara air dari shower juga terdengar.
“Bodo ah. Yang penting aku sudah dapat sumbangan dana lima puluh juta. Kan lumayan!” batin Cheryl yang berangsur memejamkan kedua matanya seiring senyum bahagia yang bermekaran di bibir tipisnya.
***
“Seharian ini kamu telepon siapa?” kesal Devano ketika akhirnya ia kembali bertemu Zee yang otomatis membuatnya kembali ke rumah sakit. Ia sudah sampai di ruang rawat pak Samsudin. Sementara di dalam sana, pak Samsudin sudah tidur. Namun malam nanti setelah infus terakhir pak Samsudin habis, pria itu sudah diperbolehkan pulang.
“Seharian ini? Kapan? Kita saja terakhir bersama itu setengah dua belas siang?” balas Zee masih menjaga suaranya karena Devano yang masih berdiri sangar di hadapannya saja, berbicara dengan berbisik-bisik. Bahkan, walau kini CEO tampan itu memang sedang marah bahkan sangat marah kepadanya.
“Bapak telepon saya, sekitar pukul satu sampai setengah dua, tapi Pak Vano menganggap itu seharian, ya?” ucap Zee meyakinkan dan langsung membuat seorang Devano menepis tatapannya. Bertanda, apa yang ia kira memang yang sedang pria itu keluhkan.
“Jam segitu aku memang sibuk menghubungi Rendan dan Cheryl. Aku ingin mereka minta maaf ke papah!” cerita Zee mencoba menjelaskan.
“Kadang kamu memang seajaib ini. Minta mereka minta maaf setelah apa yang mereka lakukan kepadamu, padahal bukannya merasa bersalah, mereka malah merasa menang! Mim-pi! Besok kita langsung samperin saja si Rendan ke tempat kerja! Sudah enggak usah tanya! Seharian ini kamu sudah bikin aku gondok karena sibuk teleponan sendiri!”
“Ya ampun, kok itu masih dibahas. Kan aku enggak sibuk seharian,” jelas Zee berusaha mengoreksi anggapan Devano. Namun, pria itu menegaskan. Semua pasal yang menyangkut peraturan dalam hubungan mereke menegaskan, bos selalu benar. Andai pun sampai ada kesalahan, semuanya kembali ke pasal dalam peraturan hubungan mereka : BOS SELALU BENAR DAN SELALU MENANG.
“Tapi kan kita partner. Kita kekasih? Yang Pak Vano keluhkan, untuk konteks aku sebagai kekasih Pak Vano, kan?” Zee tidak mau kalah, dan ia mendapati wajah seorang Devano yang mendadak merah sebelum pria itu buru-buru masuk menemui papahnya yang ternyata sudah bangun.
“Serius, itu tadi pipi pak Vano merah,” yakin Zee dan buru-buru menyusul Devano.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
devaloka
gak tau aja alasannya🤣🤣🤣
2023-12-05
2
Intan IbunyaAzam
UD donk debatnya baikanla kan MW merid
2023-11-30
1
Truely Jm Manoppo
❤❤❤❤❤
2023-11-29
0