“Turun dan masuklah ke galeri utama. Di sana, hadiahmu sudah menanti,” ucap Devano.
“S-sekarang?” tanya Zee memastikan.
“Tahun depan!” balas Devano bengis.
Zee yang paham maksud dari sang bos kejam, buru-buru pergi dari sana.
“Kamu enggak pamit?” tagih Devano dan langsung membuat Zee buru-buru menghampiri. Zee menyalami tangan kanan Devano, kemudian menci-um punggung tangan kanan Devano dengan takzim.
“Aneh ...,” lirih Devano sembari melepas kepergian Zee yang begitu bersemangat. Zee sampai berlari, tampak sangat penasaran sekaligus tidak sabar.
Sambil terus berlari, Zee sungguh penasaran. Hadiah apa yang sebenarnya Devano siapkan untuknya, dan itu ada di galeri utama mal mereka?
Setelah sampai memakai lift, akhirnya Zee sampai di galeri mereka yang ada di lantai bawah. Suasana di sana terbilang ramai, membuat Zee menatap saksama setiap sudut di sana. Tidak ada yang mencurigakan karena semuanya tampak sibuk memilih pakaian. Semacam bingkisan menonjol yang kiranya mencurigakan pun tidak ada. Malahan, Zee mendapati seorang Cheryl tengah menjadi satu di antara sederet manusia yang sedang memilih pakaian berharga mahal di sana.
“Cheryl? Enggak salah? Masa dia hadiahnya?” pikir Zee yang perlahan mendekat sambil bersedekap.
Cheryl memborong banyak pakaian, tapi sesekali, pegawai yang mengikuti mengambil pakaian kecil kemudian memasukkannya secara hati-hati ke tas bahu Cheryl yang terbilang besar. “Ini ada apa?” pikirnya, tapi ia belum berniat menghentikannya.
“Borong baju semangat, tapi minta maaf enggak mau!” kesal Zee.
Cheryl yang langsung mengenali suara Zee, berangsur menoleh sekaligus memastikan. “Hai, Zee. Makasih banget, ya! Semenjak aku sama Rendan, kehidupanku beneran jadi penuh kejutan sekaligus kebahagiaan.”
“Kamu memang lebih cocok sama bekas lepehan!” ucap Zee yang kemudian meminta Cheryl untuk meninta maaf, tapi wanita itu malah mengejeknya.
“Minta maaf apaan, sih, Zee? Orang aku sama Rendan sama-sama mau. Kami saling mencintai!” balas Cheryl. “Kecuali kalau aku yang maksa. Intinya, enggak ada yang merebut Rendan, jadi kamu jangan terus-menerus menyalahkan aku!” balas Cheryl dengan santainya.
“Ada ya, orang berhati badak kayak Cheryl. Tuhan, bikin Cheryl penuh bisul termasuk kelaminnya biar dia tahu, nahan kesal sama dengan nahan banyak bisul!” batin Zee bersumpah serapah dalam hati.
“S-sayang, ternyata kamu ada di sini?” Suara Devano mendadak terdengar santai, dari belakang.
Zee yang mendengarnya sampai merinding. Termasuk sekelas Cheryl yang langsung tersenyum mendekati Devano. Cheryl berpikir Devano sedang mengajaknya berbicara.
Devano menatap aneh Cheryl. “Kamu orang kenapa, senyum-senyum mirip orang cacingan? Kamu yang hobi mungut laki-laki lepehan sekelas Rendan?” ucap Devano sengaja mengejek Cheryl.
Cheryl langsung kicep bahkan salah tingkah, tapi mendadak baper ketika Devano meraih sebelah pergelangan tangan Zee kemudian menggenggamnya.
Zee langsung kikuk. “Pak Vano, ... apa ini, hadiah yang pak Vano maksud? Pak Vano sengaja mengundang Cheryl, pak Vano sengaja membuat Cheryl cemburu sekaligus mempermalukannya?” pikir Zee yakin.
“Kemarin kamu kenapa enggak tahu malu banget, asal minggat, tahu-tahu salah tapi enggak mau minta maaf?” Omel Devano.
Cheryl hanya menahan napas tanpa sedikit pun menggubris Devano walau sesekali, ia akan melirik gandengan tangan Devano kepada Zee.
“Yakin, tetap enggak mau minta maaf?” Kali Ini Devano serius, dan memang marah apalagi jika ia ingat betapa kalutnya Zee saat itu ditambah pak Samsudin yang kaku bahkan kritis.
“Nih orang sedang mengancamku?” batin Cheryl ketar-ketir, tapi ia sengaja abai, pergi meninggalkan kebersamaan Devano dan Zee.
“Kita lihat beberapa barang terbaru di galeri. Kamu sudah lihat-lihat, belum?” ucap Devano sambil terus menggandeng Zee.
Devano yang melangkah cepat sengaja menabrak Cheryl sekuat tenaga hingga Cheryl tersungkur dan berakhir tertindih gantungan pakaian yang dipajang di sekitar sana. Setelah sampai terkejut, Zee menjadi sibuk menahan tawa, menertawakan ulah Devano yang benar-benar kejam. Karena walah tahu Cheryl sampai tersungkur dan otomatis sebelumnya juga sempat terbanting, Devano juga tetap santai, seolah semuanya memang baik-baik saja.
“Biarin, biarin nyungseb tuh wajah sok kecantikannya!” bisik Devano tepat di depan wajah Zee.
Zee yang menyimaknya langsung mengangguk-angguk. “Pak Vano memang paling bisa!” batinnya.
“Lihat, jatah galeri dari perusahaan Rendan sedang digusur. Bakalan diisi produk dari perusahaan lain. Selain itu, saya juga enggak jadi beli perusahaannya. Kismin-kismin si Rendan. Belum ngadepin sederet pinjol! Pokoknya enggak hanya botak, tapi langsung gundul! Bonusnya, ibaratnya buat hiburannya, bayangkan Rendan gundul! Gundul yang mengkilap, bukan gundul yang mirip NAPI!” Devano berbicara panjang lebar sambil berbagi tawa dengan Zee. Tawa yang lebih sering lepas walau mereka sudah menahannya.
Sungguh pasangan yang sangat serasi bagi setiap mata yang memandang, termasuk itu mata Cheryl. Cheryl yang baru saja bisa duduk, melongok di tengah kepalanya yang dihiasi tumpukan atasan dalam gantungan.
“Devano siinting apa gimana? Bisa-bisanya dia sampai bar-bar hanya untuk Zee?” keluh Cheryl yang masih melirik sinis kebersamaan Zee dan Devano. Kebersamaan yang masih penuh gelak tawa.
“Asli, ... ini sih hadiah. Pak Vano sweet banget padahal cuma ngobrol sambil jalan santai gandengan begini. Tapi obrolan renyah dan tawanya loh,” batin Zee yang memang sudah langsung mengagumi Devano. Tak peduli walau biasanya, Devano lebih kejam dari kompeni. Zee sungguh melupakan masa-masa kerja rodi itu karena kebaikan seorang Devano saat ini.
Zee masih dibawa memutari galeri mal perusahaan fashion mereka oleh Devano. Devano membuat Zee mendekati Cheryl yang kali ini tengah melakukan pembayaran. Cheryl memborong banyak pakaian dan tengah ditotal.
“Si Cheryl kok punya banyak banget uang, ya?” lirih Zee heran mengawasi gaya Cheryl yang mirip sosialita level internasional.
“Aku memberinya vocer belanja palsu. Lihat saja akan drama apa,” bisik Devano dan sukses membuat wanita di sebelahnya syok.
“Vocer palsu ...?” lirih Zee memastikan saking terkejutnya, kemudian menoleh sekaligus menatap Cheryl yang tengah membuka tasnya kemudian mengeluarkan enam gepok vocer belanja. “Itu, ya?” lirih Zee memastikan. Devano memang tidak menjawab secara gamblang, tapi Zee yakin, dugaannya benar. Bahwa vocer belanja yang Devano maksud memang itu.
Terbukti, kasir yang mengurus sampai gelisah dan beberapa kali mengecek vocer yang menjadi alat pembayaran Cheryl.
“Maaf, Bu. Semua vocer ini tidak bisa dipakai karen tampaknya, vocer ini memang palsu!” yakin kasirnya.
Mendengar itu, Cheryl langsung terkesiap dan bertahan memelotot menatap sang kasir. “Kamu jangan macam-macam, ya. Sembarangan kamu bilang begitu! Sudah sana cepat panggil manajer kamu!” kesal Cheryl, apalagi di sekelilingnya, baik yang tengah antre menunggu giliran pembayaran, atau mereka yang sekadar lewat di sekitar, sudah langsung menjadikannya sebagai fokus perhatian. Semuanya kompak melongok wajah Cheryl, sebelum berganti menatap gepokan vocernya.
Zee tersenyum puas memandanginya.
“Niatnya aku pengin dia sampai ke kantor polisi, sih. Tunggu saja sebenar lagi,” bisik Devano, masih mengajak Zee menjadi penonton setia drama Cheryl.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Nur Alimi
seraso pecak nonton FTV SCTV aku 🤣🤣🤣kocak nian
Palembang hadir☝️☝️
2024-10-28
0
devaloka
zee, saliman ama suami mu kah 🤣🤣🤣
2023-12-05
2
Intan IbunyaAzam
mntep vano aq emag seajaib it ya...
2023-11-30
0