“Enggak usah pura-pura mikir, dikiranya saya enggak tahu isi otak kamu? Kamu pasti mau apalagi kerja sama ini juga sangat menguntungkan kamu!” Devano menyalami paksa tangan kanan Zee.
“Baiklah. Toh, memang hanya orang selevel pak Vano yang bisa bikin Rendan maupun Cheryl minder!” batin Zee yang kemudian menyentak jabat tangan mereka.
“Karena untuk urusan ini kita kerja sama, berarti status kita imbang! Di kerja sama ini, Pak Vano beneran enggak bisa jadi kompeniku lagi!” tegas Zee.
“Kom-pe-ni?” Devano mendelik tak percaya menatap sekretarisnya yang belum apa-apa sudah makin kurang ajar kepadanya.
Zee menghela napas dan perlahan mencebikan bibirnya. Kemudian ia mengangguk-angguk. “I-ya! Memangnya pak Vano enggak merasa, kalau selama ini, Pak Vano enggak kalah keji dari kompeni?”
“Merasa bagaimana? Begini-begini, saya masuk ke daftar orang baik hati yang memang jarang diakui karena hanya orang-orang bermata hati saja yang bisa menyadari!” tegas Devano mengomel karena memang tidak terima.
Zee langsung memalingkan wajah karena tentu ia lebih tahu sikap asli Devano. Terlebih selama dua tahun terakhir, pria itu sudah berulang kali mengeluarkan tanduk sekaligus taring.
“Sudah kamu dandan dulu. Memangnya kamu enggak malu berpenampilan seperti itu?” protes Devano. “Kalau dipikir-pikir saya jadi khawatir ke yang tadi antar kamu ke sini. Mental dia pasti jadi enggak baik-baik saja setelah lihat kamu yang mirip hantu penasaran begini!”
“Wajah dan penampilan saya boleh saja mirip hantu penasaran, Pak. Bahkan walau kelakuan saya juga mirip preman, saya berani jamin, enggak ada yang bisa lebih berkualitas dari saya. Buktinya, yang bisa bertahan urus Bapak sampai sekarang cuman saya!”
Devano tidak minat membalas Zee dan memang telanjur tidak bisa melakukannya. “Sudah ... sudah. Papah saya beneran lagi kritis!”
“Tapi berarti level saya jadi beberapa kali lebih tinggi dari Pak Vano karena di kerja sama ini, Pak Vano jauh lebih butuh ketimbang aku?!” yakin Zee memastikan.
Devano yang telanjur kesal, langsung menyergap Zee, memanggul tubuh itu dan membawanya paksa menuju toilet terdekat. Tak peduli, walau karena keputusannya, Zee makin berisik dan tak hentinya berteriak. Beberapa penghuni ruang rawat yang mereka lalui sampai keluar untuk memastikan. Yang membuat Devano gondok, setelah sibuk teriak, Zee juga sampai kentut dan baunya sungguh busuk. Kenyataan yang menjadi alasan seorang Devano membiarkan tubuh itu merosot dari pundaknya dan berakhir tepat di depan pintu toilet wanita dengan terbanting sadis.
“Gila kamu yah, enggak ada malu-malunya ke saya. Saya laki-laki keren dan saya bos kamu!” omel Devano dan Zee yang masih meringkuk di depan pintu toilet, hanya menatapnya sebal.
“Sudah masuk, tunggu apa lagi? Mau nunggu sampai malaikat Israfil niup sangkakala?” omel Devano. Kali ini Zee tak lagi memberontak dan masuk toilet. Hanya saja, cara Zee masuk dan itu dengan mengesot, sukses membuatnya menahan tawa. Devano sampai menyesal, kenapa tadi dirinya tak sampai mengabadikannya melalui rekaman video?
Dua menit kemudian ....
“Lima menit lagi kamu belum keluar juga, saya enggak segan dobrak pintunya, yah, Zee!” ancam Devano berbisik-bisik di pinggir pintu toilet keberadaan Zee yang masih tertutup rapat.
Di toilet tersebut sedang lumayan banyak pengunjung, hingga Devano sengaja jaim. Apalagi sebagian dari pengunjung dan merupakan wanita, langsung kegenitan mencoba mencuri perhatiannya. Alasan yang membuat Devano tidak tahan berada di sana.
“Bentar, Pak. Saya kan enggak punya alis. Dikiranya bikin alis semudah ngangkat sofa yang enggak harus pakai teori!” rempong Zee dari dalam sana.
Mendengar itu, Devano yang kesabarannya setipis tisu dibagi tiga lapis, langsung memasang wajah bengis.
Terlebih, masih dalam hitungan detik, suara Zee terdengar kembali berisik. “Ya ampun, Pak! Bulu mata palsu saya masuk ke kloset! Ini baru pakai satu! Ah ... Pak! Gimana, ini? Masa iya bulu mata saya kalem sebelah?”
Kehebohan barusan langsung membuat tubuh seorang Devano gemetaran menahan kesal. Hingga sejurus kemudian, setelah menendang pintu toilet Zee berada, ulahnya itu sukses membuat semua wanita yang awalnya sibuk tebar pesona, langsung kabur menghindar karena ketakutan.
Devano menghampiri Zee, melepas paksa bulu mata palsu yang sudah dipasang kemudian membawa paksa wanita itu dari sana. Rambut mengembang Zee yang belum mengalami perawatan, seketika awut-awutan hingga wanita itu memilih mengepangnya ke samping dan berakhirlah mereka di depan ruang ICU keberadaan pak Restu, papah Devano dirawat.
“Ya iyalah, ini. Memangnya siapa lagi? Setiap saat ketemunya sama Zee, masa iya, jatuh cintanya ke wanita lain?” Devano langsung sibuk meyakinkan.
Zee yang sungguh langsung dikenalkan, langsung sibuk meringis dan sebisa mungkin bersikap manis. Namun, sandiwara Devano dan Zee terlalu alami. Sebab di beberapa kesempatan, Devano yang anti didekati wanita yang bukan anggota keluarganya, sampai mendorong Zee agar wanita itu menjauh.
“Pak, saya kekasih Pak Vano. Nanti yang ada, mamah sama adik-adik pak Vano, enggak ada yang percaya!” bisik Zee memberikan kode keras. Setelah langsung kebingungan, Devano mendadak mendekap pinggangnya. Dekapan yang sangat kaku dan Zee paham, alasan tersebut terjadi karena selama ini, Devano tidak pernah melakukannya.
“Nih orang kan jomblo sejati! Siapa juha yang bisa tahan sama orang seperfeksionis dia!” batin Zee yang perlahan mengubah dekapan Devano untuk sebatas gandengan tangan saja. “Rugi bandar saya kalau Pak Vano asal pegang! Sembarangan, emang saya wanita apaan?!”
Melihat gelagat Devano dan Zee yang sangat mencurigakan, ibu Arnita yang merupakan mamah dari Devano, menatap ketiga adik Devano yang juga terjaga dan tengah duduk di bangku tunggu yang ada di hadapannya.
“Dari semua cobaan berat, menurutku paling berat itu jadi pasangan kak Vano sih. Kasihan Kak Zee, ... bisa-bisanya dia mau sama Kak Vano,” lirih Divani, adik pertama Devano.
“Paling besok sudah bubar,” komentar Deanzo, adik kedua Devano.
“Ya jangan, ... harus sampai nikah, dong. Papah pura-pura kritis dan sampai bayar pihak rumah sakit saja, biar Kakak kalian mikir nikah! Nah nyatanya, sekarang baru mau jujur padahal sudah pacaran dua bulanan,” ucap ibu Arnita yang kemudian memanggil Zee, mengajak wanita pilihan Devano untuk mengobrol dari hati ke hati.
“Kamu yang sabar, ya. Devano walau kesannya kaku bahkan kejam, aslinya anaknya baik banget. Yang sabar, pokoknya!” ucap ibu Arnita yang sambil menggenggam kedua tangan Zee dan menyimpannya di pangkuan. Tak hanya itu, nyonya besar yang merupakan seorang desainer ternama itu juga sampai merangkul Zee.
“Ya Tuhan, ... mamahnya mirip malaikat, kok kelakuan anaknya kadang mirip psikopat?” batin Zee terdiam membeku dalam dekapan mamah Devano. Di sebelahnya, Devano masih anteng berdiri mirip patung yang sengaja dipajang.
Misi sandiwara malam ini sungguh selesai dan langsung berhasil, walau persiapan menuju sandiwara benar-benar drama. Tubuh Zee terasa remuk semua setelah terbanting dari pundak kokoh seorang Devano.
“Jangan lupa bernapas karena perjalanan kita masih panjang!” ucap Devano tepat ketika Zee yang duduk di sebelahnya baru dibukakan pintu oleh pak Lukman. Karena pada pak Lukman pun, Devano sengaja bersandiwara. Hingga Zee yang biasanya duduk di depan sebelah pak Lukman, kini duduk di sebelahnya.
Zee yang jengkel dengan ucapan Devano yang tetap tidak manusiawi, sengaja menatap pria di sebelahnya penuh senyuman. “Makasih banyak, Sayang! Selamat malam!” Tak tanggung-tanggung, kedua tangannya sengaja mencubit gemas sekaligus puas kedua pipi Devano. Jarang-jarang ia memiliki kesempatan itu. Sudah diantar pulang menggunakan mobil mewah, kini pun ia bisa membalas pria itu lebih dari biasanya.
Kendati demikian, Devano tak tinggal diam. Karena diam-diam dan memang tetap berjaga dari pak Lukman, ia sengaja mengacungkan jari telunjuk kanannya ketika Zee memasuki gang keberadaan kontrakan wanita itu berada. Hanya saja, Zee yang terlihat merasa menang, tetap tersenyum puas membalasnya.
“Mbak Zee tinggal di kontrakan biasa, Kak?” tanya pak Lukman. Ia baru kembali setelah memastikan Zee benar-benar masuk ke salah satu kontrakan yang ada di sana.
Devano bergumam. “Kontrakan itu punya banyak kenangan indah buat Zee dan papahnya, khususnya kenangan mereka bersama almarhumah mamah Zee. Makanya mereka enggak mau pindah, padahal dari tiga bulan Zee kerja ke saya, saya sudah saranin dia buat ambil semacam BTN. Pak Lukman juga tahu, kan, biaya bayar sewa kontrakan sama bayar cicil rumah BTN, masih besar bayar kontrakannya?”
Pak Lukman yang sudah mengurus Devano dari bocah itu belum genap lima tahun, langsung mesem sembari menatap Devano melalui kaca spion yang ada di atasnya.
***
Keesokan harinya, Zee merasa paginya menjadi cukup indah lantaran Devano akan membantunya lepas dari jerat Rendan dan Cheryl. Selain itu, kenyataannya yang sampai menjadi kekasih pura-pura sang bos, membuatnya memiliki hiburan sekaligus mainan baru. Karena saat mengerjai Devano habis-habisan, Zee merasa semua beban hidupnya langsung hilang. Hari ini ia siap ke kantor dengan perasaan yang kembali bisa ditata. Hanya saja, kehadiran Rendan yang sudah ada di depan pintu kontrakannya dan langsung menerobos masuk, langsung membuat semuanya kembali tidak baik-baik saja.
“Pergi!” tegas Zee lirih dan sampai gemetaran saking emosinya. Ia menghalangi Rendan masuk.
“Ini kan yang kamu mau, kamu beneran pengin Papah kamu mati?!” kesal Rendan.
Zee yang emosi langsung mendorong Rendan, tapi pria itu tetap maju, seolah akan menikamnya hidup-hidup. “Balikin uang aku!”
“Uang apa?” Zee masih mengontrol calon suaminya.
“Uang biaya pernikahan kita! Memangnya uang apa lagi? Dikiranya bayar semua itu enggak mahal? Paling tidak kalau aku enggak bisa dapat tubuh kamu, aku harus dapat uangku utuh!” kesal Rendan.
Zee mengangkat tinggi-tinggi tangan kanannya dan nyaris menampar Rendan, tapi Rendan yang menatapnya intens penuh kemenangan, sengaja berteriak memangil pak Samsudin yang memang sedang sarapan di belakang.
“Kalian kenapa?” tanya pak Samsudin sangat sabar dan memang belum tahu-menahu.
“Pah, Zee batalin rencana pernikahan kami sepihak dan ternyata karena Zee sedang hamil anak laki-laki lain, terus laki-laki itu masih punya anak istri dan kemarin malam, istri sama keluarganya ngamuk-ngamuk ke aku buat cari Zee, Pah!” yakin Rendan, dan sekejap kemudian, pak Samsudin yang terlihat sangat syok, langsung sesak napas.
Wajah pak Samsudin sudah langsung pucat sekaligus berkeringat. Ia menatap Zee penuh kepedihan di tengah air matanya yang perlahan berlinang.
“Ternyata alasan Zee selalu pulang larut malam karena memang ....” Rendan terus memanas-manasi pak Samsudin.
“Enggak, Pah. Enggak, sumpah, Pah. Yang bohong itu Rendan. Eh kamu bajinggaan banget, sih! Pa ... Pah, aku berani sumpah, Pah ...!” Zee histeris lantaran tubuh pak Samsudin yang perlahan ambruk juga langsung kaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Memyr 67
kalau bapaknya zee sampai mati, kasuskan saja itu si rendan. kan dah jadi 'pacar" bos
2024-10-30
2
MOMMY
hahaha nggak punya alis...sebentar🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2024-09-01
0
Lusiana_Oct13
Elaaahhh ni gimana mengontrol suami nya nikah aja blm
2024-07-15
0