Giya dan Nina bergegas menuju di mana monster itu berdiri sambil berteriak memperingatkan orang-orang untuk segera mundur sejauh mungkin.
Monster kucing besar ini berdiri di atas reruntuhan bangunan yang membentuk bukit kecil, memandang orang-orang yang berlarian sebagai makanannya.
Monster ini tidak sendiri, tak lama kemudian beberapa monster dengan jenis yang sama muncul di atas reruntuhan.
Selagi Nina mengamankan orang-orang untuk menjauh, Giya berdiri di paling dekat dengan monster ini, ia berjaga-jaga dan berwaspada apabila monster ini menyerang, dirinya masih bisa menahan sehingga orang-orang bisa selamat.
Ada total 6 monster yang muncul di atas reruntuhan ini, mereka tak bergerak dan hanya mengamati orang-orang yang lari menjauh.
Bukan tanpa alasan mereka diam, sebab mereka bisa merasakan ada sesuatu yang berbahaya di tempat mereka berdiri, sesuatu ini terasa bisa mengalahkan mereka tanpa banyak usaha.
Mereka harus berhati-hati sebelum memangsa manusia yang ada.
Meskipun mereka bisa merasakan tanda bahaya, tetapi mereka tidak tahu dari mana datangnya bahaya tersebut.
Maka dari itu, monster-monster ini diam beberapa saat untuk mencari di mana tanda bahaya berasal dan menunggu tanda bahaya menghilang. Namun, setelah mereka tunggu, tanda bahaya tak kunjung pudar dan menghilang.
Melihat makanannya yang makin menjauh, orang-orang kelompok pencari barang dan makanan berlari keluar dari kawasan reruntuhan, mereka memutuskan untuk menerobos dan bergerak tanpa memedulikan perasaan bahaya.
Kraaahhh!
Monster-monster ini melompat menuruni reruntuhan menuju orang-orang yang berlarian.
Dengan cekatan, Giya yang menjadi garda terdepan orang-orang ikut bergerak untuk menghalangi operasi mereka.
Tiga buah pisau tajam dengan sangat cepat terbang ke arah tiga monster paling dekat dari Giya.
Pisau-pisau itu dengan tepat menusuk leher ketiga monster dan membuat luka yang menyakitkan.
Krieekkk!
Monster-monster ini menjerit melengking tinggi saat sebuah pisau menancap lehernya begitu dalam.
Ketiga monster tersebut menjadi terganggu adanya serangan tiba-tiba ini dan lari mereka menjadi lambat tak jelas.
Tangan Giya yang terbuka lebar setelah melempar pisaunya kembali menutup, seolah-olah ia sedang menarik tali.
Berikutnya, pisau yang menusuk monster-monster tersebut terlepas dan meluncur kembali ke tangan Giya.
Begitu pisau itu baru dipegang, pisau itu dibuang lagi oleh Giya, kali ini membidik tiga monster yang lain. Operasi serangan Giya hanya memakan waktu beberapa detik.
Semua monster yang tertusuk memberhentikan larinya untuk beberapa saat dan mereka menjerit kesakitan.
Di kesempatan ini, sosok bayangan hitam melintas cepat ke arah monster terdekat Giya.
Kilauan putih melintas di sekitar tubuh monster dan seorang wanita muncul di depan monster.
Darah merah hitam langsung terbang keluar setelah kilauan cahaya melintas di sekujur tubuh, kemudian beberapa potong daging monster berjatuhan.
Sosok yang melesat itu adalah Nina, ia membantu Giya dalam menyerang monster.
Terdapat sebilah pisau di tangannya, memiliki ukuran yang lebih besar dari pisau lempar Giya. Pisau inilah yang memotong beberapa daging di tubuh monster dalam waktu yang singkat.
Bagian yang dipotong adalah bagian leher hingga dada sehingga monster ini benar-benar mati tak bisa bangun lagi.
Kraahh
Salah satu monster yang melihat ini langsung mengabaikan rasa sakit akibat ditusuk oleh pisau Giya. Dengan cepat, monster tersebut berlari menuju Nina.
Namun, lagi-lagi sebuah pisau meluncur cepat dan menusuk salah satu kaki monster.
Monster itu berteriak kesakitan lalu ia terjatuh ke tanah karena larinya yang tak stabil.
Belum sempat monster itu bangun dari tanah, bayangan hitam berkelebat menuju monster tersebut dan garis cahaya putih kembali muncul.
Pola strategi ini mereka lakukan sampai monster yang ada mati dieksekusi oleh pisau Nina.
Giya hanya membuat monster itu mengalami cedera hingga monster itu terganggu, bahkan tak bisa bergerak sejenak, memberi kesempatan untuk Nina membunuh monster tersebut.
Dalam waktu kurang dari 3 menit, keenam monster kucing besar itu tewas dan terkapar di atas tanah dekat bukit reruntuhan bangunan.
Potongan daging dan darah kental merah yang agak hitam mengotori permukaan tanah yang agak gersang. Bau darah yang amis bisa tercium oleh Giya dan Nina yang berdiri di antara jasad-jasad monster.
Kerja sama tim di antara mereka berdua sangat bagus dan efektif. Isander yang masih berdiri di tempat ia mencari barang sambil menggendong Meisya kebetulan menyaksikan ini.
Sengaja Isander tidak bantu, ia juga penasaran dengan kekuatan apa yang dimilik Nina, ternyata kekuatan Nina termasuk dalam kategori Agta Weapon Badge.
Isander berspekulasi bahwa kekuatan Nina tak sama dengan Giya. Alasannya sepanjang pertarungan di antara mereka berdua dan monster terjadi, Nina selalu menyerang dalam bentuk menebas dan memotong tubuh monster dengan gerakan yang cukup cepat.
Namun, di dalam mata Isander, kecepatan Nina dalam mengayunkan pisaunya tak lebih cepat dari lambaian tangan anak kecil yang hendak memukul.
Tebasan Isander bisa jauh lebih cepat dibandingkan lambaian pisau yang Nina lakukan.
Terlepas dari itu, kerja sama mereka berdua sangat kompak dan baik. Mereka berdua tidak melakukan rencana untuk menyerang, Isander tahu itu.
Mereka bisa seperti itu memang murni dari kepekaan mereka terhadap satu sama lain. Jadi, tanpa berbicara pun gerakan mereka akan selalu melengkapi satu sama lain.
Di kejauhan, Isander bisa melihat dengan matanya bahwa mereka berdua tampan terlihat lelah. Keduanya berdiri dengan tubuh yang agak naik-turun, tampak seperti orang yang kesusahan dalam bernapas karena terlalu lelah.
Dalam kondisi ini, mereka sangat rawan diserang oleh musuh. Dengan demikian, Isander berbicara ke arah mereka dengan suara yang cukup bisa terdengar oleh telinga keduanya.
“Kalian berdua, lebih baik kalian segera pergi dari tempat itu.“
Setelah kata-kata itu jatuh, kedua wanita ini mengangguk dan berbalik, kemudian berjalan secara pelan dan hati-hati.
“Kak Giya dan Kak Nina sangat hebat! Mereka bisa mengalahkan monster jahat itu!“ seru Meisya setelah melihat adegan keduanya dengan kompak menghabisi para monster.
Meisya menyaksikan mereka yang berjalan ke arahnya dengan mata yang penuh bintang, Meisya mengidolakan mereka berdua.
“Ayah, bisakah aku seperti mereka berdua ketika besar nanti?“ Memalingkan wajahnya ke Isander, dengan ekspresi penuh harap di wajah kecilnya.
Menanggapi pertanyaan Meisya, senyum Isander terbentuk, ia mengangguk dan berkata, “Bisa, Ayah akan membantu kamu menjadi sehebat mereka berdua saat besar nanti.“
“Benar, kah?“ Meisya bertanya dengan mata yang terkejut sekaligus senang.
“Benar, Sayang.“ Isander mengangguk dan meyakinkan Meisya.
“Hore!“
Meisya berjoget dan menari di pelukan Isander, memeluk dan mencium pipi Isander sebagai bentuk pelampiasan perasaan senangnya setelah Isander menjanjikan itu.
Tak lama berselang, Nina dan Giya berdiri di depan Isander dengan senyum puas di wajah keduanya.
“Kakak! Kalian berdua hebat!“ Meisya langsung memuji keduanya setelah melihat mereka berdua sampai di tempat Isander berdiri.
Pujian Meisya diterima oleh keduanya dan Giya segera mengambil tubuh Meisya dari gendongan Isander.
“Tadi Kak Giya keren sekali! Melempar sesuatu ke monster dan monster itu terlihat kesakitan ….“
Saat ini, Meisya menceritakan apa yang ia lihat pada adegan pertarungan mereka berdua barusan.
“Terima kasih, Meisya. Namun, Ayahmu lebih hebat dari kita berdua.“
Mereka bertiga mengobrol dalam waktu yang singkat, tawa dan canda terdengar oleh telinga Isander.
Pemandangan ini sangat hangat di tengah kacaunya dunia.
Setidaknya, dengan adanya canda tawa mereka, dunia terasa menjadi lebih baik.
Selanjutnya, mereka berempat berjalan menuju para pemburu dan pencari barang dari Rain Settlement bersembunyi.
Mereka sudah tahu harus ke mana dan apa yang dilakukan apabila ada kejadian seperti yang barusan terjadi.
Usai memastikan mereka semua selamat dan tak ada yang terluka, Isander dan lainnya memutuskan untuk kembali ke pemukiman sebelum monster lainnya datang.
Dengan adanya darah dan daging monster, reruntuhan tersebut menjadi berbahaya, monster-monster lain akan datang karena mengendus bau amis darah.
“Isander, mengapa kamu tidak membantu kami berdua melawan monster?“
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
King
👍🏻👍🏻
2023-04-28
4
Yohanes Wijaya
semangat😊
2023-04-22
2
PASYA VOLDIGOD
aku butuh medkit
2023-04-22
2