“Seorang wanita?“
“Ayah, ayo kita ke sana!“ Meisya segera mengajak Isander untuk bergegas ke sana.
Mendengar ini, Isander langsung berlari sambil menggendong Meisya ke arah seorang wanita tersebut berbaring.
Saat sampai di tempat wanita itu berbaring, mereka berdua dapat melihat seorang wanita yang tergeletak dengan mata yang tertutup. Wanita rambut pendek berwarna hitam ini memakai baju kaos lengan pendek polos warna abu-abu dan celana pendek seksi berwarna hijau daun. Seluruh orang tampak kotor, tampaknya habis jatuh ke sungai.
Terlihat cantik, meski terdapat noda tanah di wajahnya. Hal yang membuat Isander tertarik dengan penampilan wanita ini adalah perban putih yang menyelimuti kedua tangannya, tampak seperti seorang petarung jalanan.
Mata Isander menangkap pemandangan perut wanita ini yang masih bergerak kembang-kempis, tanda masih bernapas.
“Ayah, ada apa dengan wanita ini? Apakah baik-baik saja?“ Meisya sudah turun dari gendongan Isander dan ia berlutut di tanah sambil melihat dengan lekat wanita ini.
Kaki Isander berjongkok, kemudian tangannya terulur ke arah bawah hidung wanita ini, dan ia dapat merasakan angin yang berhembus di jari telunjuknya. “Ayah rasa … wanita ini pingsan. Wanita ini baik-baik saja.“
“Panggil dia kakak, Sayang. Sebab, umurnya lebih tua darimu,” tambah Isander tersenyum.
“Aku mengerti, Ayah.“ Meisya mengangguk mengerti. “Kapan Kakak ini akan terbangun, Ayah?“
“Entahlah, kita tunggu—”
“Ayah! Mata Kakak ini bergerak!“
Tepat ketika Isander ingin menjawab, kelopak mata Wanita yang terbaring ini bergetar, bulu matanya berkibar, terlihat ingin bangun.
Di detik berikutnya, sepasang mata yang lesu terbuka secara bertahap, mata itu langsung bergerak untuk melihat wajah Isander dan Meisya yang ada di depan wajahnya.
Dalam sekejap mata ini membesar dan wanita ini bangkit sambil menyeret tubuhnya mundur ke belakang. “Siapa kalian?!“
“Ayah!“ Meisya terkejut dengan bentakan keras dari wanita ini. Ia melompat dan memeluk Isander. Kepalanya dibenamkan di dada Isander. Tidak berani menatap wanita di depannya.
Isander mengusap punggung kecil Meisya, matanya melirik wanita ini tidak senang. “Kami tidak sengaja menemukanmu di sini, jadi kami datang untuk melihat kondisimu, apakah baik-baik saja atau tidak.“
Wanita ini terdiam, sorot matanya memandang Isander dengan tatapan yang rumit dan bingung. Ia sama sekali tidak tahu apa yang telah terjadi kepadanya sebelumnya.
Melihat wanita ini diam dan menggelengkan kepalanya, Isander berdiri sambil menggendong Meisya yang masih terkejut dengan suara keras dari wanita ini.
Ia berniat untuk pergi meninggalkan tempat ini sebelum malam tiba. Tampaknya tidak apa-apa meninggalkan wanita ini di sini. Isander tidak menemukan luka di tubuh wanita tersebut. Seharusnya, baik-baik saja.
“Tunggu, mau ke mana?“
Tepat ketika Isander baru berjalan 5 langkah, ia mendengar wanita yang terbaring memanggilnya.
“Pergi mencari tempat bermalam,” ucap Isander tanpa menoleh ke belakang dan terus berjalan.
Wanita ini merenung sesaat, kemudian berdiri dan menepuk-nepuk bajunya yang kotor dan sedikit lembab. “Aku tahu tempat bermalam terdekat.“
Kaki Isander terhenti, dengan cepat berbalik dan menatap tajam mata wanita satu ini. “Kamu tidak berbohong, kan?“
“Sebagai ungkapan rasa terima kasihku, aku akan mengantarmu ke tempat yang dapat digunakan untuk istirahat.“ Wanita ini balas menatap mata Isander tanpa takut.
Dalam pandangan mata Isander, wanita tersebut tidak memiliki gelagat yang aneh dan terlihat sungguh-sungguh dalam ucapannya.
“Baiklah, tunjukkan jalannya.“
Setelah itu, wanita ini berjalan seperti biasa seakan-akan tidak dirinya tidak apa-apa.
Ia berjalan di depan Isander yang menggendong Meisya. Kelihatan jelas gerakan wanita ini sangat canggung.
Isander dibawa ke suatu tempat yang ada di dalam hutan, masih satu arah dengan aliran sungai yang menurun.
“Apa kamu orang daerah sini?“ Merasakan suasana di antara mereka menjadi hening dan Meisya yang ketakutan tiba-tiba tertidur. Isander mencoba untuk membuka pembicaraan.
“Bukan, aku bukan orang daerah ini, kebetulan aku masih ingat dengan jelas tempat ini dan aku ingat ada suatu tempat yang dekat dari wilayah sungai ini.“ Wanita ini menggelengkan kepalanya dan terus menatap ke jalan yang ditutupi rumput.
“Artinya kamu tinggal di dekat wilayah ini dan pernah ke sini?“
“Tidak. Daripada kamu bingung, aku akan mengenalkan diriku.“
Secara mendadak, wanita ini berhenti berjalan, tubuhnya berbalik ke belakang dan mengulurkan tangannya. “Perkenalkan namaku Giya Larissa. Agter Senior Two Star. Aku berasal dari Garuda City.“
Begitu mendengar ini, sepotong ingatan Isander terbuka, ia mengingat nama tempat yang ada di dunia.
Garuda City merupakan salah satu kota yang menampung umat manusia yang ada di Indonesia. Selain Garuda City, ada kota Komodo City. Seingatnya, Garuda City berasa di Kota Bandung, dan Komodo City ada di Yogyakarta.
Hanya ada 2 kota yang bertahan di pulau Jawa, masing-masing dari kota tersebut dikelilingi oleh tembok besar dan tinggi.
Akan tetapi, Isander sendiri belum pernah ke kota tersebut setelah ia tinggal bersama Meisya, ia berasal dari Jakarta dan itu jauh dari daerah Bandung.
Ia tahu tentang berita itu karena ucapan simpang-siur dari orang-orang yang pernah ditemui.
“Salam kenal, aku Isander Liam.“ Isander masih bersuara tanpa ada rasa.
“Salam kenal juga,” balas Giya dengan singkat.
“Kamu tahu nama daerah ini?“ Tanpa banyak basa-basi, Isander melemparkan pertanyaan yang telah lama ia pendam.
“Daerah ini tidak bernama, tetapi aku masih ingat. Sebelumnya, daerah ini bernama Dramaga, wilayah barat Kabupaten Bogor,” kata Giya yang masih menundukkan kepalanya.
“Dramaga?“
Isander tidak percaya dengan kata-kata Giya. Pasalnya, daerah ini sama sekali tidak mirip dengan Daerah Dramaga yang ia ingat di Bumi sebelumnya.
Apakah setelah peristiwa monster-monster muncul membuat daerah di Bumi menjadi berbeda? Padahal baru kurang dari 5 tahun pascabencana terjadi.
Semestinya, perubahan tidak akan terjadi begitu drastis. Sejak kapan daerah yang dipenuhi pemukiman penduduk menjadi hutan rimba?
“Benar. Kamu tahu wajah dahulu daerah Dramaga?“
“Ya. Aku sedikit heran. Kamu tidak berbohong, kan?“
“Untuk apa aku berbohong?“ Giya menatap wajah Isander dengan aneh. “Tidak ada untungnya aku berbohong tentang informasi itu.“
Isander tidak menjawab dan diam dengan tatapan masih terpaku pada sosok Giya.
“Jangan aneh. Bumi memang sudah sangat berbeda semenjak kedatangan monster. Tidak heran jika banyak daerah sudah ditenggelamkan dan diratakan oleh tanah.
“Monster-monster di sini sangat ganas, mereka bisa menghancurkan bangunan dengan mudah. Dramaga ini juga termasuk daerah yang diratakan oleh mereka, dan selama bertahun-tahun bongkahan bangunan menyatu kembali dengan tanah.“
Giya menjelaskan semua tentang apa yang terjadi dengan wilayah di sekitar tempat mereka berdiri.
Mendengar ini, Isander menganggap informasi ini sebagai informasi yang benar untuk sementara. Sebab ia tidak memiliki bukti.
Akan tetapi, begitu mereka berdua melanjutkan perjalanan lagi menuju tempat yang Giya maksud, wanita ini menunjukkan beberapa bongkahan bangunan tembok yang ditutupi oleh rumput dan tanah yang terdapat di beberapa tempat yang ada di dalam hutan.
Lambat-laun Isander menjadi percaya dan bukti ini memang sangat kuat.
“Omong-omong, apakah gadis kecil yang kamu gendong adalah anakmu?“
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
Muhammad Amrullah
dramaga pride wkwk
2023-08-30
5
will
Thor,apa judul aslinya?
2023-08-09
4
will
emang GK bisa ya pake nama lain aja,yg luar Indonesia? jadi kayak aneh gitu bacanya
2023-08-09
2