Krraah!
Monster tersebut memulai pertarungan. Sosoknya melesat sangat cepat menuju Isander yang berdiri di kejauhan.
Refleks tubuh Isander sangat baik bahkan lebih cepat dari gerakan tiba-tiba Monster ini.
Isander melompat ke samping dalam dua langkah, kemudian ia mendarat di tanah dengan tatapan yang masih diarahkan ke monster tersebut. Ia juga menyempatkan diri untuk memastikan dan memeriksa keadaan Meisya yang ia gendong baik-baik saja.
Goresan panjang yang tercetak di permukaan tanah tempat Isander berdiri. Monster tersebut berhasil menerkam angin dan mendarat sambil menekan cakarnya ke dalam tanah untuk berhenti.
Sorot mata monster yang berwarna merah ini makin tajam ke arah Isander, amarahnya berkecamuk luar biasa.
Dengan niat membunuh yang kental, monster ini siap melakukan serangan kedua.
Tepat ketika monster ini hendak berlari, keempat kakinya tiba-tiba tak bisa digerakkan sama sekali, ketika ia menundukkan kepalanya ke bawah, sebuah akar pohon mencuat ke atas permukaan tanah dan mengikat semua kakinya.
Kraah!
Monster ini meronta-ronta dan berusaha melepaskan ikatan ekor dari keempat kakinya.
Sayangnya, usaha monster ini sia-sia. Bukannya ikatan akar pohon tersebut terlepas, malah makin mengikat erat dan secara lambat menjalar ke bagian atas kakinya.
Ketangguhan akar ini tidak rapuh seperti sebelumnya yang ada di rumah ketika Isander pertama kali mengikat tubuh monster tersebut, ini berkali-kali lebih kuat dari ikatan kayu itu.
Melihat monster macan yang terjebak di antara kayu-kayu miliknya, Isander tersenyum puas pada kemampuan kontrol kayu yang sedang ia gunakan.
Di kesempatan ini, Isander tidak ingin menyia-nyiakannya, kemudian ia mengambil langkah berikutnya dengan serangan terakhir.
Berikutnya, 3 buah akar pohon yang besar dengan tinggi 2 meter keluar dari dalam tanah, akar pohon ini memiliki ujung yang tajam dan akara yang kuat. Akar ini melambai-lambai, bagaikan ular yang hendak mematuk. Setelah itu, ketiga akar ini menusuk tubuh monster dengan kecepatan yang tinggi.
Tusk! Tusk! Tusk!
Monster ini mati sebelum sempat berteriak karena rasa sakit yang dirasakan.
Usai memastikan monster tersebut benar-benar mati, Isander menarik semua akar pohon yang ia kendalikan dan mengembalikan ke tempat semula.
Memalingkan kepalanya, melihat Meisya masih pulas tertidur di dalam pelukannya, ia menghela napas lega sambil mengusap rambut panjang Meisya yang tergerai ke bawah.
Mata Isander berkeliling ke sekitar untuk memastikan tidak ada monster lain.
Kaki Isander mulai melangkah menuju ke bangkai mayat monster yang berhasil ia bunuh. Bentuknya sudah tidak normal, terdapat 3 buah lubang besar yang menembus ke tubuh monster ini.
Orang-orang akan sulit melihat bentuk asli dari monster ini sekarang.
“Sistem, bisakah kamu memberi tahu monster apa ini?“ Isander mencoba bertanya kepada Sistem perihal monster yang ada di depannya.
Namun sayangnya, Sistem diam dan tak muncul untuk menjawab pertanyaan yang ia keluarkan.
Senyum masam muncul di wajah Isander. Sistem ini sangat introver dan pendiam, bahkan tidak mau menjawab pertanyaan sederhananya.
Isander berdiri sejenak di dekat monster ini untuk mengetahui tubuh monster ini lebih lanjut.
Dilihat dari dekat, monster ini memang mirip dengan seekor macan, harimau, dan genus Panthera lainnya.
Perbedaannya terdapat di kulitnya yang aneh, seperti gabungan dari beberapa benda. Tubuhnya diselimuti oleh banyak luka yang tidak bisa sembuh, seperti luka bakar, ada kulit abu-abu yang kotor, dan ada sebuah akar yang keluar dari beberapa bagian tubuh monster.
Sangat aneh dan tidak biasa, jauh berbeda dengan makhluk hidup yang Isander tahu.
Lebih anehnya adalah kepala dari monster ini yang mirip dengan kepala kucing yang diperbesar dan sesuai dengan proporsi tubuh.
“Monster kucing raksasa? Kurasa namanya cocok dengan monster jelek ini,” pikir Isander sambil mengamati tubuh monster yang telah mati.
Tangan Isander terulur ke depan menunjuk ke tubuh monster yang tergeletak di atas tanah, kemudian sebuah akar dari pohon yang ada di belakangnya muncul, dan menjulur dengan cepat menuju tubuh monster.
Srekk!
Ujung akar yang tajam itu menusuk kepala monster yang masih utuh hingga hancur berhamburan menjadi daging dan darah yang berceceran ke permukaan tanah.
Tubuh monster ini tidak bisa dikenali sehabis dijadikan objek pelatihan kemampuan kecil Isander.
“Sayang sekali, jika saja kamu menyerang sebelum aku mendapatkan kemampuan lain, mungkin aku sudah menjadi makananmu.“
Setelah mengatakan itu, Isander berbalik dan berlari sambil menggendong Meisya menuju ke arah utara.
Tidak lama kemudian, siluet hitam tiba-tiba muncul bersama semilir angin yang dingin tepat di samping bangkai monster
Sosok yang datang adalah seorang manusia, tepatnya seorang wanita. Dari belakang, sosok wanita ini sangat misterius, dengan rambut pirang kekuning-kuningan yang menambah kesan misterius dan elegan.
Wanita ini berdiri sambil memeriksa luka yang terdapat pada tubuh monster.
“Catagtress? Siapa yang bisa membunuhnya separah ini?“ gumam Wanita ini dengan pelan.
Berikutnya, wanita ini memalingkan pandangannya ke belakang, matanya yang memiliki pupil biru langit tersebut melihat ke arah Isander barusan pergi berlari.
“Apakah ada seseorang di hutan ini?“
Manik mata yang indah wanita ini bergetar, seakan tidak yakin dengan tebakannya.
Berikutnya, sosok wanita ini menghilang dari tempatnya berdiri, meninggalkan tubuh bangkai monster yang secara lambat membeku dan mengeras.
Saat ini, Isander tengah berlari mengikuti aliran sungai yang tak sengaja ia temui.
Seharusnya, di tepi sungai terdapat sebuah pemukiman. Di sekolah, Isander pernah diberi tahu tentang ini.
“Ayah, sekarang kita ada di mana?“ Meisya terbangun dan ia menggosokkan kedua matanya.
“Eh, anak Ayah yang manis sudah bangun. Sekarang kita ada di dekat sungai, Sayang.“ Isander membantu Meisya membersihkan kotoran mata yang menempel di area kelopak matanya.
“Sungai? Apa itu air yang mengalir dari gunung, seperti yang diceritakan Ayah?“ Mata lesu Meisya membulat seketika begitu mendengar kata-kata Isander.
Sejak Meisya kecil, Isander tidak pernah membawa Meisya ke area luar desa.
Bahkan asupan susu yang diberikan kepada Meisya berasal dari susu seorang wanita yang tinggal di desa. Meskipun Isander lemah, Isander memiliki banyak makanan itu yang ia jadikan alat pertukaran barang atau pun jasa kepada seseorang.
Semua kegiatannya hanya berada di lingkungan desa dan tak pernah ke luar desa.
Sejujurnya, Isander tidak tahu siapa yang memberi dirinya makanan setiap bulan, makanan tersebut ia peroleh begitu saja, ada seseorang yang sengaja memberikan dirinya makanan dan diletakkan di depan pintu pada suatu malam.
Sampai sekarang, Isander bertanya-tanya tentang siapa identitas yang memberinya makanan.
Isander mengangguk sambil tersenyum. “Benar, sungai adalah aliran air yang berasal dari dataran tinggi. Lihatlah, sangat cantik, bukan?“
“Wow!“
Ketika pandangan mata Meisya bergerak ke sisi kanan tubuh Ayahnya, ia melihat ada sebuah aliran besar sungai yang mengalir deras.
Terlihat air yang mengalir ini tidak memiliki warna alias bening dan cukup jernih. Ukuran sungai ini cukup besar, memiliki lebar 15 meter lebih.
“Ayah, aku mau turun! Aku mau menyentuh air sungai!“ Meisya menatap wajah Isander dengan tergesa-gesa tak sabaran.
Melihat anaknya yang merengek minta diturunkan, Isander meletakkan Meisya di atas tanah dengan perlahan.
Begitu kaki kecil yang memakai alas kaki kayu menyentuh rumput, Meisya berlari menuju tepi sungai untuk melihat air sungai lebih dekat.
“Lihat, Ayah! Wajahku bergoyang di atas air, hihi!“
Meisya menundukkan tubuhnya untuk melihat wajahnya yang direfleksikan oleh air sungai yang mengalir.
“Wajah Ayah juga bergoyang-goyang, haha.“ Isander ikut bercermin di atas air sungai dan tertawa.
Ayah dan Anak ini bahagia hanya dengan melihat air saja.
Namun, tawa Isander memudar secara perlahan dan wajahnya berubah pelan-pelan.
Meisya yang sadar dengan ini menatap Ayahnya dengan aneh. “Ada apa, Ayah?“
“Kita harus menjauh dari air sungai, Meisya.“
Tanpa memberi kesempatan Meisya berbicara, Isander membawa tubuh Meisya dan melompat ke belakang dalam beberapa langkah meninggalkan tepi sungai.
Hal berikutnya yang mengejutkannya terjadi di detik selanjutnya.
Byurr!
Sesosok monster aneh muncul dari dalam sungai bersamaan dengan ledakan air yang dahsyat.
Bentuk monster ini berbeda dengan monster kucing besar yang Isander temui. Monster satu ini memiliki bentuk seperti ikan yang berukuran besar, Isander tidak tahu jenis apa, tetapi itu bukan sesuatu penting, bagian tubuh monster ini sangat aneh karena memiliki empat kaki layaknya hewan darat.
Mulutnya yang dipenuhi gigi tajam terbuka lebar, segera sebuah raungan keras keluar.
Cuakkks!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
★OYEN DRAGON�☑️
peliharaan paman coki
2023-08-29
3
Luxman Al Hakim
ikan darat
2023-07-22
2
Lari Ada Wibu
😑
2023-07-18
2