Bab 2: Makan Ayam Bakar

[Ding! Apakah Anda ingin mengeluarkan tas?]

Mendengar suara ini, Isander langsung tersadar dari keterkejutannya yang tak terlukiskan.

Isander tahu sesuatu yang bicara di kepalanya.

Sebagai seorang pembaca novel, sudah tak asing lagi dengan namanya Sistem. Isander jika ada waktu luang, biasanya membaca novel, dan salah satu teman novel kesukaannya adalah novel Sistem.

Mengetahui hal ini, Isander bahagia dan senang sekali, bahkan rasanya ia ingin berteriak.

Dirinya tahu kalau dia mulai hari ini takkan menjadi seorang biasa lagi.

Orang dengan Sistem tidak mungkin menjadi orang biasa. Banyak hal yang luar biasa akan terjadi di masa depan.

Isander diam-diam menghembuskan napas lega. Kesempatan dirinya bertahan hidup di dunia ini makin besar, ia tak perlu begitu khawatir.

“Ayah?“

Suara Meisya yang masih terdengar seperti balita berumur 4 tahun tak sengaja membangunkan Isander yang tengah berpikir dan merenung.

Mendengar ini, sontak Isander menundukkan kepalanya untuk melihat Meisya.

“Ayah, mengapa kamu tiba-tiba diam lagi? Aku takut,” lirih Meisya sambil menarik celana panjang Isander.

“Maaf, Sayang. Ayah mendadak teringat sesuatu,” kata Isander sambil berjongkok dan mengusap lembut kepala Meisya. “Meisya mau makan ayam, kan?“

“Mau! Aku mau makan ayam bakar, Ayah!“ Meisya mengangguk dengan cepat sambil melompat-lompat.

Gadis kecil ini sangat aktif dan antusias saat mendengar tentang makanan.

Melihat sosok Meisya yang cukup berisi dan tidak terlalu kurus, tampaknya pemilik tubuh sebelumnya benar-benar mementingkan dan memperhatikan kesehatan anaknya. Ayah yang baik.

Begitu mendengar ini, Isander tersenyum hangat kepada Meisya, dan ia berkata, “Kalau begitu, tutup mata Meisya, Ayah akan memunculkan makanan yang Meisya mau sebentar lagi.“

“Ayah mau melakukan sulap?“ Mata bulat Meisya menatap dengan penasaran wajah Isander yang sedikit dikotori oleh debu dan noda hitam tanah.

“Iya, Ayah akan melakukan sulap dengan memunculkan makanan setelah Meisya membuka mata, mau lihat?“

“Tentu, Meisya mau lihat!“

“Baiklah, tutup matamu sekarang.“

Meisya mengikuti perintah ayahnya. Kedua telapak tangan Meisya terangkat, kemudian menutupi sepasang matanya.

Melihat anaknya penurut, Isander makin menyukai Meisya sebagai anaknya. Tidak semua anak kecil penurut, ada pula yang sulit untuk diberikan nasihat dan masih saja tidak mengikuti ucapan orang dewasa yang baik.

“Coba Meisya mulai berhitung satu sampai lima lalu buka matanya di hitungan ketiga.“ Isander siap-siap untuk melakukan sulap.

“Aku mengerti, Ayah!“

Setelahnya, Meisya mulai berhitung angka dari 1 sampai 5 dengan penyebutan bahasa Indonesia yang baik.

“Satu … dua ….“

Selagi Meisya berhitung, Isander menjawab iya pada pertanyaan Sistem.

Dalam sekejap, sebuah tas ransel yang berukuran sedang tidak terlalu besar dan kecil muncul di atas lantai semen depan Isander.

Isander terkejut dengan pemandangan ini, pertama kali dirinya melihat sesuatu yang ajaib, sebuah benda muncul dari udara yang tipis.

Hitungan maju Meisya sudah hampir selesai. Isander dengan cepat membuka ritsleting tas dan memasukkan tangannya ke dalam.

Namun, saat tangannya mengorek-ngorek ruang dalam tas, itu tidak terasa ada di ruang kosong pada tas. Seharusnya, begitu tangannya masuk terasa jelas ruang tas yang terbatas dan sempit, tetapi di dalam tas ini sangat berbeda, seperti ada ruang lain di dalam tas.

Di dalam kepalanya, Sistem memberi tahu cara penggunaan tas ini. Dia hanya perlu berpikir atau berniat ingin mengambil makanan apa, secara otomatis di tangannya akan ada makanan yang diinginkan.

Benar saja apa yang diinformasikan oleh Sistem, begitu Isander menarik tangannya, sebuah makanan yang ada di atas piring dan dibungkus oleh kertas aluminium foil.

Dilihat dari bentuknya, Isander rasa ini adalah ayam bakar, apalagi tercium samar-samar aroma ayam bakar yang lezat dari sesuatu yang dia pegang saat ini.

“Empat … lima! Aku sudah selesai berhitung, Ayah! Apa aku boleh membuka mataku?“

Tepat ketika Isander menutup ritsleting, hitungan maju Meisya selesai.

Isander menggendong tas yang memiliki ruang besar untuk menyimpan 50 ton makanan di punggungnya dan kemudian mengangkat piring di kedua tangannya. “Boleh, bukalah matamu sekarang.“

Meisya menuruti ucapan Isander dan ia perlahan membuka tangan dan matanya.

Saat berikutnya, mata besar Meisya membesar ketika melihat ada sebuah piring yang dipegang oleh ayahnya.

Ternyata ayahnya sungguhan bisa melakukan sulap.

“Hebat! Ayah bisa sulap!“ Meisya bertepuk tangan sembari tersenyum lebar. Ia sangat senang dengan hiburan kecil ini.

Tiba-tiba, hidung kecilnya tanpa sadar mengendus-endus, ia mencium aroma makanan lezat dari sesuatu yang ada di atas piring putih tersebut.

“Aku mencium bau makanan yang enak. Apakah ayamnya ada di dalam benda yang dibungkus oleh sesuatu berwarna silver itu, Ayah?“ Meisya mendekatkan tubuhnya ke piring, dan ia menatap dengan rasa penasaran yang tinggi pada benda yang dibungkus oleh aluminium foil.

“Iya, ayamnya ada di dalam itu. Sebentar, kamu duduk di kursi Ayah, biar Ayah yang membukakan makanannya untukmu.“ Isander mengangguk kemudian perlahan bangkit dari posisi berjongkok.

“Siap, Ayah! Aku akan menunggu.“

Setelah mengatakan itu, Meisya berlari kecil dengan kaki pendeknya menuju kursi bambu milik Isander. Tingkah gadis kecil ini sangat lucu. Penampilan Meisya yang berusaha untuk menaiki kursi sangat imut dan membuat orang tersenyum, tampak seperti anak kucing yang berusaha memanjat tubuh ibunya.

Isander berjalan perlahan menuju ke arah suatu tempat di rumah bobrok ini.

Untuk lebih jelas rumah bobrok yang Isander dan Meisya tempati ini sangatlah kecil, hanya berukuran 34 meter persegi. Cuma tersedia ruang tidur, dapur, dan kamar mandi.

Keseluruhan bangunannya terbuat buat dari kayu yang sudah mulai rapuh, bahkan lantainya bukan keramik, melainkan terbuat dari bahan campuran yang mirip semen.

Tempat kursi yang Meisya duduki ada di ruangan dapur, tidak ada meja makan di ruang dapur. Umumnya, keduanya makan di atas lantai.

Isander mengambil sebuah pisau buatan yang jelek di atas rak rusak tempat penyimpanan makanan, tetapi rak itu kosong karena sudah tak ada lagi makanan tersisa.

Kemudian Isander berjalan kembali ke Meisya dan duduk di atas lantai. Tangannya yang memegang pisau dari potongan besi pipih mulai memotong aluminium foil dengan perlahan.

Sengaja ia menggunakan pisau untuk tampilan makanan lebih baik dan tak perlu repot untuk membuka manual.

Melihat ayahnya sedang memotong sesuatu benda yang berwarna silver, Meisya bergegas turun dari kursi dan melihat pemandangan ayahnya memotong dari jarak yang dekat.

Segera, kertas aluminium foil terpotong dan ayam bakar dengan tubuh utuh terungkap di dalamnya.

Aroma ayam bakar yang wangi langsung masuk ke dalam hidung mereka berdua.

Bunyi perut yang lapar berbunyi secara bersamaan. Keduanya ternyata sama-sama lapar.

Melihat makanan sudah dibuka dan kertas yang melindungi ayam agar tetap hangat telah dibuang, Isander mendorong makanan tersebut ke arah Meisya, tak lupa ia mengeluarkan sendok dari tasnya.

Habis itu, Isander memotong beberapa daging pada ayam untuk memudahkan Meisya makan sendiri.

“Ayah tidak makan?“ Meisya bingung dengan Ayahnya, sebab dia hanya menyuruhnya makan, tetapi diri Ayah sendiri tidak makan.

Mendengar ini, Isander melemparkan senyuman hangat ke Meisya dan tangannya secara lembut mengelus rambut Meisya. “Ayah nanti saja, kamu makan dahulu, biar Ayah yang makan sisanya.“

“Umm … baiklah, Ayah. Aku akan makan sekarang.“ Meisya mengangguk mengerti, kemudian ia mengambil daging ayam dengan garpunya dan memasukkan daging ayam ke mulutnya.

Gerakan Meisya sangat kaku, tetapi dengan bimbingan Isander, perlahan Meisya bisa beradaptasi terhadap sesuatu yang baru.

Di dunia ini, sendok dan garpu adalah benda langka. Sebelumnya, mereka makan murni dengan menggunakan tangan tanpa alat apa pun.

Pertama kalinya Meisya memegang sendok dan garpu untuk makan makanannya.

Pada saat berikutnya, Meisya memakan setengah daging ayam bakar lalu sisanya dihabiskan oleh Isander.

Mereka berdua sudah kenyang, tak makan beberapa jam ke depan tidaklah masalah, mereka siap untuk menjalani hari.

Namun, tepat ketika Isander ingin membuang piring putih ke suatu tempat dekat rumahnya, tiba-tiba suara ketukan pentungan berbunyi dengan nyaring.

Tok! Tok! Tok!

Wajah Isander dan Meisya berubah, ketukan ini adalah ketukan pengingat yang dibunyikan oleh seseorang.

Memiliki arti bahwa sesuatu yang berbahaya akan datang.

Isander dan Meisya tinggal di sebuah pemukiman kecil tersembunyi yang letaknya cukup jauh dari kota. Memang pemukiman ini rawan terjadi sesuatu yang berbahaya. Tak ada tempat lain untuk keduanya tinggal, terpaksa mereka berdua tinggal di pemukiman ini.

Dengan sigap Isander menggendong Meisya dan berlari ke dalam kamar. Ia meletakkan Meisya di kamar supaya lebih aman.

Selanjutnya, ia mengunci pintu dan memantau keadaan di luar melalui lubang ventilasi di atas pintu.

Rumah Isander tak ada jendela, jadi hanya bisa mengintip melalui lubang udara.

Beberapa detik berlalu, tidak suara yang bisa Isander dengar dari luar. Sangat sunyi dan sepi seolah-olah tidak ada yang terjadi setelah suara pentungan muncul.

Isander kira keadaan luar aman dan bahaya berhasil dilewati atau tidak terjadi, tetapi dugaannya salah.

Di menit berikutnya, sebuah teriakan yang keras timbul secara beruntun dan berkala.

Teriakan itu adalah teriakan manusia. Wajah Isander langsung memucat dan ia tetap memantau dengan degup jantung yang cepat.

Suara teriakan mencecar berbunyi, dan teriakan makin lama makin terdengar mendekat, seakan sesuatu yang berbahaya berjalan mendekat ke rumahnya.

“Isander! Segera pergilah, jangan diam di rumah! Di sini sudah tak lagi aman!“

Tiba-tiba, di luar muncul seorang pria tua yang menggendong sebuah tas kotor di punggungnya, dia mengetuk pintu rumah Isander dengan tergesa-gesa sambil berteriak memperingatkan Isander.

“Ak—”

Pada saat Isander ingin merespons Pria tua itu, tiba-tiba tenggorokannya tertahan. Ia sama sekali tidak bisa mengucapkan sesuatu kata, sebab tidak jauh di depan rumahnya, Isander melihat sesosok makhluk aneh berkaki empat yang mirip dengan harimau dan jenis kucing besar lainnya.

Makhluk ini sedang menggigit tubuh seseorang di mulutnya. Darah merah berceceran dan membentuk garis jalan.

Mata merah makhluk ini menatap tajam ke arah rumahnya, lebih tepatnya ke arah Pria tua yang sedang mengetuk pintunya.

Pria tua itu tidak tahu di belakangnya ada sesosok makhluk yang menyeramkan.

Setelah memberi tahu Isander, Pria tua itu hendak pergi meninggalkan depan rumah Isander.

Namun sayang, Pria tua ini bergerak terlalu lambat. Setelah pria tua tersebut pergi dan tak lagi bisa dilihat oleh Isander, sesosok makhluk tersebut berlari sangat cepat menuju arah pria tersebut.

Detik berikutnya, suara teriakan dan minta tolong terdengar di samping rumah kayu Isander.

“Tolong aku!!! Isande—”

Tubuh Isander menjadi lemas, ia turun dari kursi dan perlahan berjalan mundur sambil menatap arah pintu.

Terlihat wajah pucat dibasahi oleh keringat, jeritan tadi membuat keberaniannya terguncang.

“Sial! Bagaimana ini!“ Isander kebingungan saat ini.

Masalahnya, ia sama sekali tidak punya senjata yang bisa melawan makhluk monster yang mengerikan itu.

Isander sudah mencoba untuk menghubungi Sistem, tetapi tak ada respons sama sekali.

Tak peduli ia mencoba memanggil sistem beberapa kali, Sistem tidak akan muncul.

Pada sekarang ini, Isander merasa putus asa.

Ia kembali ke kamar dan memeriksa keadaan Meisya.

Melihat Ayahnya kembali ke kamar, Meisya segera berlari tanpa berbicara dan langsung memeluk tubuh Isander.

Isander merasakan tubuh Meisya gemetar saat memeluknya. Gadis kecil ini ketakutan begitu mendengar suara jeritan Pria tua itu.

“Ayah, aku takut~” Meisya memeluk leher Isander dan berkata dengan ketakutan.

Suaranya bergetar saat berbicara disertai dengan pelukan Meisya yang makin erat.

“Tenang, Sayang. Kita akan baik-baik saja.“ Isander memaksakan diri untuk tersenyum dan ia berusaha untuk menenangkan anaknya supaya tidak terlalu takut.

Setelah merasa sedikit tenang, Meisya memandang Isander dan bertanya, “Ayah, ada apa di luar? Apakah di luar ada monster?“

Bum! Bum!

Baru saja Isander ingin menjawab, pintu kayu rumah Isander tiba-tiba berbunyi dan sesuatu ada yang berusaha merusak dan mendobrak pintu rumah Isander.

Meisya menjadi takut kembali, dan ia memeluk Isander dengan kuat.

Wajah Isander menjadi panik dan dia segera menggendong Meisya sambil bersembunyi di dalam lemari kayu.

Isander tidak tahu lagi harus berbuat apa, di rumah ini tak ada jalan keluar lain selain pintu yang sekarang sedang dirusak.

Salah satu bertahan hidup dengan cara bersembunyi.

Brak!

Pintu rumah kayu Isander akhirnya berhasil dihancurkan dan sesosok monster berkaki empat perlahan berjalan sambil mengendus aroma keberadaan mereka berdua.

Isander dan Meisya yang ada di dalam lemari makin ketakutan.

Meisya yang ada di gendongan Isander terlihat sangat ketakutan sampai-sampai ia bergumam kecil tanpa sadar, “Ayah, Meisya sangat takut sekarang. Bisakah kita selamat dari monster jahat?“

Kalimat Meisya terdengar seperti pertanyaan bagi Isander.

Ekspresi wajah Isander makin berat, dia sendiri bahkan tidak tahu apakah mereka akan selamat atau tidak.

Sampai sekarang, Isander masih bertanya di dalam hati kepada Sistem, tetapi sialnya Sistem sana sekali tidak menanggapi.

“Sialan! Sistem tidak berguna! Jika kamu diam terus, aku akan mati! Aku baru saja hidup, tidak lucu jika aku mati lagi setelah hidup selama satu jam! Tolong bantu aku, Sistem!“

Begitu Isander memohon dan mengumpat kepada Sistem, tiba-tiba suara prompt Sistem muncul di telinganya.

Isander tertegun sejenak dan kemudian wajah paniknya berubah menjadi wajah yang gembira.

[Ding! Terdeteksi Bahwa Meisya Memiliki Keinginan! Sistem Memberikan Anda Kemampuan Super Wood Control!]

Terpopuler

Comments

Luxman Al Hakim

Luxman Al Hakim

maksudnya 3x4 meter?

2023-07-22

5

☠zephir atrophos☠

☠zephir atrophos☠

aku penasaran, kalau meisya minta kalau ayahnya gak boleh mati atau meninggalkannya, apa ayahnya akan abadi?, atau saat meisya minta ayahnya pergi atau mati ayahnya akan mati?

2023-06-18

7

Taaku

Taaku

sip

2023-05-25

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Menyeberang Dunia?
2 Bab 2: Makan Ayam Bakar
3 Bab 3: Tersesat di Hutan
4 Bab 4: Integrasi Magnetar Body
5 Bab 5: Status Diri
6 Bab 6: Objek Pelatihan
7 Bab 7: Monster Ikan
8 Bab 8: Hentakkan Kaki
9 Bab 9: Seorang Wanita Aneh
10 Bab 10: Asal Daerah Giya
11 Bab 11: Rumah Pohon
12 Bab 12: Jenis Agter
13 Bab 13: Latihan Satu Malam
14 Bab 14: Pergi ke Rain Settlement
15 Bab 15: Mengungkapkan Kekuatan
16 Bab 16: Giya Bingung
17 Bab 17: Laporan kepada Ketua Pemukiman
18 Bab 18: Hadiah untuk Meisya
19 Bab 19: Mencari Barang
20 Bab 20: Kerja Bagus
21 Bab 21: Koin Mata Uang Dunia
22 Bab 22: Melawan Belasan Catagtress
23 Bab 23: Pengakuan Warga Pemukiman
24 Bab 24: Membantu Berburu
25 Bab 25: Berangkat Misi
26 Bab 26: Pergi ke Tempat Misi
27 Bab 27: Bakteri Ganas
28 Bab 28: Rencana di Rumah Pohon
29 Bab 29: Hadiah Baru Isander
30 Bab 30: Sirip Monster
31 Bab 31: Senjata Kebangkitan?
32 Bab 32: Menemukan Sungai Lain
33 Bab 33: Memperkuat Jembatan
34 Bab 34: Berniat Membantu
35 Bab 35: Mulai Pertarungan Banteng Merah
36 Bab 36: Banteng Merah Mati
37 Bab 37: Mengubur Jasad Banteng Merah
38 Bab 38: Bermesraan Depan Giya & Nina
39 Bab 39: Berpisah dengan Sejoli
40 Bab 40: Membuat Rumah Pohon Baru
41 Bab 41: Pemusnahan yang Malas
42 Bab 42: Penyerangan Kedua Wanita
43 Bab 43: Tidak Menepati Janji
44 Bab 44: Menguburkan Pasangan Tidak Beruntung
45 Bab 45: Meninggalkan Kedua Makam
46 Bab 46: Kemampuan Defensif Baru
47 Bab 47: Sampai di Rain Settlement
48 Bab 48: Keanehan Terjadi
49 Bab 49: Mengobrol dengan Pak Tole
50 Bab 50: Makan Malam yang Aneh
51 Bab 51: Warga yang Aneh
52 Bab 52: Melawan Pak Tole
53 Bab 53: Muntahan Jorok
54 Bab 54: Monster yang Merepotkan
55 Bab 55: Perubahan Spidgarets.
56 Bab 56: Kebenaran Pak Tole
57 Bab 57: Pak Ghandi Menghilang
58 Bab 58: Peningkatan Kemampuan
59 Bab 59: Perkebunan Wangi
60 Bab 60: Dua Orang Asing
61 Bab 61: Pasangan Mencurigakan
62 Bab 62: Sedikit Curiga
63 Bab 63: Menemukan Pelaku Ayam Hilang
64 Bab 64: Panggilan Minta Tolong
65 Bab 65: Tarian Tombak Hitam
66 Bab 66: Pembersihan
67 Bab 67: Sungai Bersih
68 Bab 68: Bergabung ke Kelompok
69 Bab 69: Kelompok Terbentuk
70 Bab 70: Mode Beast yang Aneh
71 Bab 71: Peningkatan Kekuatan Para Anggota
72 Bab 72: Beaster Badge Tak Diketahui
73 Bab 73: Kelompok Aneh
74 Bab 74: Sampai di Kota
75 Bab 75: Meisya Bijaksana
76 Bab 76: Kelompok Aneh
77 Bab 77: Kabar Baik
78 Bab 78: Membuat Rumah Kayu
79 Bab 79: Memburu Monster Kota Garuda
80 Bab 80, Goatager Dibasmi
81 Bab 81: Bertemu Cenagon
82 Bab 82: Monster Rusa
83 Bab 83: Regenerasi yang Kuat
84 Bab 84: Anak Monster Rusa
85 Bab 85: Membantai Monster Semalaman
86 Bab 86: Keakraban Cenagon
87 Bab 87: Monster Misterius
88 Bab 88: Monster yang Menyedihkan
89 Bab 89: Monster Kelabang Kuat
90 Bab 90: Orang yang Dikenal
91 Bab 91: Anak Buah Kelabang Keluar
92 Bab 92: Identitas Cenagon
93 Bab 93: Pencipta Cenagon Sangat Kuat?
94 Bab 94: Penjual Gelang?
95 Bab 95: Kemampuan yang Tepat
96 Bab 96: Jejak Kaki Monster
97 Bab 97: Anggota Baru
98 Bab 98: Kebangkitan Dua Gadis
99 Bab 99: Mulai Menguji Kemampuan Gadis Remaja
100 Bab 100: Memeriksa Pemukiman
101 Bab 101: Dua Gadis Pemula
102 Bab 102: Pergi ke Kota Komodo
103 Bab 103: Pemimpin Monster Tiap Level
104 Bab 104: Sesuatu yang Aneh
105 Bab 105: Membantai Tanaman Aneh
106 Bab 106: Sosok Mengejutkan
107 Bab 107: Kekecewaan Isander
108 Bab 108: Garuda Comity Melawan Deegiant
109 Bab 109: Biar Aku Saja
110 Bab 110: Isander Melawan Deegiant
111 Bab 111 Akhir Deegiant
112 Bab 112: Permintaan Maaf Sesungguhnya
113 Bab 113: Nama Baru Rusa
114 Bab 114: Kimaya yang Unik dan Misterius
115 Bab 115: Sampai di Kota Komodo
116 Bab 116: Bertemu Aqila dan Temannya
117 Bab 117: Perpisahan dengan Aqila
118 Bab 118: Kebangkitan Elemen Kedua Aqila
119 Bab 119: Aqila yang Beruntung
120 Bab 120: Ikut ke Kelompok Agter
121 Bab 121: Gelombang Kedua Serbuan
122 Bab 122: Pertempuran yang Makin Panjang
123 Bab 123: Debut Awal Isander
124 Bab 124: Mengakhiri Serbuan Monster
125 Bab 125: Serbuan Monster Tambahan
126 Bab 126: Bertemu Kelompok Penguntit
127 Bab 127: Kejadian Tak Terduga
128 Bab 128: Penyerangan Tiba-tiba
129 Bab 129: Datang Tepat Waktu
130 Bab 130: Masuk ke Mode Serius
131 Bab 131: Monster Berevolusi
132 Bab 132: Tangan Raksasa
133 Bab 133: Kembali dan Mengobrol
134 Bab 134: Membantu Pemulihan Kota
135 Bab 135: Tidak Sengaja Mencuri
136 Bab 136: Menemukan Candi Borobudur Rusak
137 Bab 137: Peningkatan Kedua Anak Burung
138 Bab 138: Menemukan Benda Misterius
139 Bab 139: Pengakuan Isander
140 Bab 140: Informasi Goron
141 Bab 141: Peningkatan Semua Anggota
142 Bab 142: Obrolan Santai Cenagon
143 Bab 143: Kejadian yang Menyebalkan
144 Bab 144: Pelaku yang Misterius
145 Bab 145: Aqila Datang
146 Bab 146: Pelaku Sementara
147 Bab 147: Ada Rasa
148 Bab 148: Bimbang Hati
149 Bab 149: Melawan Dua Monster S
150 Bab 150: Tamu Luar Biasa
151 Bab 151: Pertemuan Anggota Komplit
152 Bab 152: Monster C yang Jarang
153 Bab 153: Menebak Monster S
154 Bab 154: Hubungan Isander dan Aqila
155 Bab 155: One Shoot One Kill
156 Bab 156: Rencana Pemulihan
157 Bab 157: Pengukuran Tinju
158 Bab 158: Melanjutkan Perjalan Cilacap
159 Bab 159: Monster Pengisap
160 Bab 160: Melanjutkan ke Monster S lainnya
161 Bab 161: Gorgoter atau Elgoter?
162 Bab 162: Monster Gorgoter Aneh
163 Bab 163: Menghabisi Gorgoter
164 Bab 164: Latihan Melawan Monster S
165 Bab 165: Dua Pilihan
166 Bab 166: Masalah Persimpangan Sosial
167 Bab 167: Kabar Gembira Reza
168 Bab 168: Bukti Monster Baru
169 Bab 169: Minuman Meresahkan
170 Bab 170: Enam Monster Elgoter
171 Bab 171: Supreme Elgoter Begitu
172 Bab 172: Orang Misterius?
173 Bab 173: Pengkhianatan?
174 Bab 174: Giya Pengintip
175 Bab 175: Wanita Memang Tak Terduga
176 Bab 176: Tindakan Mendadak Cenagon
177 Bab 177: Hadiah dari Cenagon
178 Bab 178: Sparing dengan Cenagon
179 Bab 179: Tato Baru
180 Bab 180: Anomali Besar
181 Bab 181: Bertahan Sejenak
182 Bab 182: Bertemu Kei dan Timnya
183 Bab 183: Kedatangan Garuda Comity
184 Bab 184: Diskusi Bersama Kei
185 Bab 185: Pegunungan Purbalingga
186 Bab 186: Kemampuan Baru Tak Terlihat
187 Bab 187: Perekrutan yang Untung
188 Bab 188: Kemampuan Anggota Berevolusi
189 Bab 189: Kemampuan Fusion
190 Bab 190: Ketidaksengajaan
191 Bab 191: Dua Anggota Menjadi Kuat
192 Bab 192: Kebangkitan Kedua Reza
193 Bab 193: Monster S Menghilang
194 Bab 194: Menghabisi Monster S
195 Bab 195: Rencana Salah
Episodes

Updated 195 Episodes

1
Bab 1: Menyeberang Dunia?
2
Bab 2: Makan Ayam Bakar
3
Bab 3: Tersesat di Hutan
4
Bab 4: Integrasi Magnetar Body
5
Bab 5: Status Diri
6
Bab 6: Objek Pelatihan
7
Bab 7: Monster Ikan
8
Bab 8: Hentakkan Kaki
9
Bab 9: Seorang Wanita Aneh
10
Bab 10: Asal Daerah Giya
11
Bab 11: Rumah Pohon
12
Bab 12: Jenis Agter
13
Bab 13: Latihan Satu Malam
14
Bab 14: Pergi ke Rain Settlement
15
Bab 15: Mengungkapkan Kekuatan
16
Bab 16: Giya Bingung
17
Bab 17: Laporan kepada Ketua Pemukiman
18
Bab 18: Hadiah untuk Meisya
19
Bab 19: Mencari Barang
20
Bab 20: Kerja Bagus
21
Bab 21: Koin Mata Uang Dunia
22
Bab 22: Melawan Belasan Catagtress
23
Bab 23: Pengakuan Warga Pemukiman
24
Bab 24: Membantu Berburu
25
Bab 25: Berangkat Misi
26
Bab 26: Pergi ke Tempat Misi
27
Bab 27: Bakteri Ganas
28
Bab 28: Rencana di Rumah Pohon
29
Bab 29: Hadiah Baru Isander
30
Bab 30: Sirip Monster
31
Bab 31: Senjata Kebangkitan?
32
Bab 32: Menemukan Sungai Lain
33
Bab 33: Memperkuat Jembatan
34
Bab 34: Berniat Membantu
35
Bab 35: Mulai Pertarungan Banteng Merah
36
Bab 36: Banteng Merah Mati
37
Bab 37: Mengubur Jasad Banteng Merah
38
Bab 38: Bermesraan Depan Giya & Nina
39
Bab 39: Berpisah dengan Sejoli
40
Bab 40: Membuat Rumah Pohon Baru
41
Bab 41: Pemusnahan yang Malas
42
Bab 42: Penyerangan Kedua Wanita
43
Bab 43: Tidak Menepati Janji
44
Bab 44: Menguburkan Pasangan Tidak Beruntung
45
Bab 45: Meninggalkan Kedua Makam
46
Bab 46: Kemampuan Defensif Baru
47
Bab 47: Sampai di Rain Settlement
48
Bab 48: Keanehan Terjadi
49
Bab 49: Mengobrol dengan Pak Tole
50
Bab 50: Makan Malam yang Aneh
51
Bab 51: Warga yang Aneh
52
Bab 52: Melawan Pak Tole
53
Bab 53: Muntahan Jorok
54
Bab 54: Monster yang Merepotkan
55
Bab 55: Perubahan Spidgarets.
56
Bab 56: Kebenaran Pak Tole
57
Bab 57: Pak Ghandi Menghilang
58
Bab 58: Peningkatan Kemampuan
59
Bab 59: Perkebunan Wangi
60
Bab 60: Dua Orang Asing
61
Bab 61: Pasangan Mencurigakan
62
Bab 62: Sedikit Curiga
63
Bab 63: Menemukan Pelaku Ayam Hilang
64
Bab 64: Panggilan Minta Tolong
65
Bab 65: Tarian Tombak Hitam
66
Bab 66: Pembersihan
67
Bab 67: Sungai Bersih
68
Bab 68: Bergabung ke Kelompok
69
Bab 69: Kelompok Terbentuk
70
Bab 70: Mode Beast yang Aneh
71
Bab 71: Peningkatan Kekuatan Para Anggota
72
Bab 72: Beaster Badge Tak Diketahui
73
Bab 73: Kelompok Aneh
74
Bab 74: Sampai di Kota
75
Bab 75: Meisya Bijaksana
76
Bab 76: Kelompok Aneh
77
Bab 77: Kabar Baik
78
Bab 78: Membuat Rumah Kayu
79
Bab 79: Memburu Monster Kota Garuda
80
Bab 80, Goatager Dibasmi
81
Bab 81: Bertemu Cenagon
82
Bab 82: Monster Rusa
83
Bab 83: Regenerasi yang Kuat
84
Bab 84: Anak Monster Rusa
85
Bab 85: Membantai Monster Semalaman
86
Bab 86: Keakraban Cenagon
87
Bab 87: Monster Misterius
88
Bab 88: Monster yang Menyedihkan
89
Bab 89: Monster Kelabang Kuat
90
Bab 90: Orang yang Dikenal
91
Bab 91: Anak Buah Kelabang Keluar
92
Bab 92: Identitas Cenagon
93
Bab 93: Pencipta Cenagon Sangat Kuat?
94
Bab 94: Penjual Gelang?
95
Bab 95: Kemampuan yang Tepat
96
Bab 96: Jejak Kaki Monster
97
Bab 97: Anggota Baru
98
Bab 98: Kebangkitan Dua Gadis
99
Bab 99: Mulai Menguji Kemampuan Gadis Remaja
100
Bab 100: Memeriksa Pemukiman
101
Bab 101: Dua Gadis Pemula
102
Bab 102: Pergi ke Kota Komodo
103
Bab 103: Pemimpin Monster Tiap Level
104
Bab 104: Sesuatu yang Aneh
105
Bab 105: Membantai Tanaman Aneh
106
Bab 106: Sosok Mengejutkan
107
Bab 107: Kekecewaan Isander
108
Bab 108: Garuda Comity Melawan Deegiant
109
Bab 109: Biar Aku Saja
110
Bab 110: Isander Melawan Deegiant
111
Bab 111 Akhir Deegiant
112
Bab 112: Permintaan Maaf Sesungguhnya
113
Bab 113: Nama Baru Rusa
114
Bab 114: Kimaya yang Unik dan Misterius
115
Bab 115: Sampai di Kota Komodo
116
Bab 116: Bertemu Aqila dan Temannya
117
Bab 117: Perpisahan dengan Aqila
118
Bab 118: Kebangkitan Elemen Kedua Aqila
119
Bab 119: Aqila yang Beruntung
120
Bab 120: Ikut ke Kelompok Agter
121
Bab 121: Gelombang Kedua Serbuan
122
Bab 122: Pertempuran yang Makin Panjang
123
Bab 123: Debut Awal Isander
124
Bab 124: Mengakhiri Serbuan Monster
125
Bab 125: Serbuan Monster Tambahan
126
Bab 126: Bertemu Kelompok Penguntit
127
Bab 127: Kejadian Tak Terduga
128
Bab 128: Penyerangan Tiba-tiba
129
Bab 129: Datang Tepat Waktu
130
Bab 130: Masuk ke Mode Serius
131
Bab 131: Monster Berevolusi
132
Bab 132: Tangan Raksasa
133
Bab 133: Kembali dan Mengobrol
134
Bab 134: Membantu Pemulihan Kota
135
Bab 135: Tidak Sengaja Mencuri
136
Bab 136: Menemukan Candi Borobudur Rusak
137
Bab 137: Peningkatan Kedua Anak Burung
138
Bab 138: Menemukan Benda Misterius
139
Bab 139: Pengakuan Isander
140
Bab 140: Informasi Goron
141
Bab 141: Peningkatan Semua Anggota
142
Bab 142: Obrolan Santai Cenagon
143
Bab 143: Kejadian yang Menyebalkan
144
Bab 144: Pelaku yang Misterius
145
Bab 145: Aqila Datang
146
Bab 146: Pelaku Sementara
147
Bab 147: Ada Rasa
148
Bab 148: Bimbang Hati
149
Bab 149: Melawan Dua Monster S
150
Bab 150: Tamu Luar Biasa
151
Bab 151: Pertemuan Anggota Komplit
152
Bab 152: Monster C yang Jarang
153
Bab 153: Menebak Monster S
154
Bab 154: Hubungan Isander dan Aqila
155
Bab 155: One Shoot One Kill
156
Bab 156: Rencana Pemulihan
157
Bab 157: Pengukuran Tinju
158
Bab 158: Melanjutkan Perjalan Cilacap
159
Bab 159: Monster Pengisap
160
Bab 160: Melanjutkan ke Monster S lainnya
161
Bab 161: Gorgoter atau Elgoter?
162
Bab 162: Monster Gorgoter Aneh
163
Bab 163: Menghabisi Gorgoter
164
Bab 164: Latihan Melawan Monster S
165
Bab 165: Dua Pilihan
166
Bab 166: Masalah Persimpangan Sosial
167
Bab 167: Kabar Gembira Reza
168
Bab 168: Bukti Monster Baru
169
Bab 169: Minuman Meresahkan
170
Bab 170: Enam Monster Elgoter
171
Bab 171: Supreme Elgoter Begitu
172
Bab 172: Orang Misterius?
173
Bab 173: Pengkhianatan?
174
Bab 174: Giya Pengintip
175
Bab 175: Wanita Memang Tak Terduga
176
Bab 176: Tindakan Mendadak Cenagon
177
Bab 177: Hadiah dari Cenagon
178
Bab 178: Sparing dengan Cenagon
179
Bab 179: Tato Baru
180
Bab 180: Anomali Besar
181
Bab 181: Bertahan Sejenak
182
Bab 182: Bertemu Kei dan Timnya
183
Bab 183: Kedatangan Garuda Comity
184
Bab 184: Diskusi Bersama Kei
185
Bab 185: Pegunungan Purbalingga
186
Bab 186: Kemampuan Baru Tak Terlihat
187
Bab 187: Perekrutan yang Untung
188
Bab 188: Kemampuan Anggota Berevolusi
189
Bab 189: Kemampuan Fusion
190
Bab 190: Ketidaksengajaan
191
Bab 191: Dua Anggota Menjadi Kuat
192
Bab 192: Kebangkitan Kedua Reza
193
Bab 193: Monster S Menghilang
194
Bab 194: Menghabisi Monster S
195
Bab 195: Rencana Salah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!