[Ding! Apakah Anda ingin mengeluarkan tas?]
Mendengar suara ini, Isander langsung tersadar dari keterkejutannya yang tak terlukiskan.
Isander tahu sesuatu yang bicara di kepalanya.
Sebagai seorang pembaca novel, sudah tak asing lagi dengan namanya Sistem. Isander jika ada waktu luang, biasanya membaca novel, dan salah satu teman novel kesukaannya adalah novel Sistem.
Mengetahui hal ini, Isander bahagia dan senang sekali, bahkan rasanya ia ingin berteriak.
Dirinya tahu kalau dia mulai hari ini takkan menjadi seorang biasa lagi.
Orang dengan Sistem tidak mungkin menjadi orang biasa. Banyak hal yang luar biasa akan terjadi di masa depan.
Isander diam-diam menghembuskan napas lega. Kesempatan dirinya bertahan hidup di dunia ini makin besar, ia tak perlu begitu khawatir.
“Ayah?“
Suara Meisya yang masih terdengar seperti balita berumur 4 tahun tak sengaja membangunkan Isander yang tengah berpikir dan merenung.
Mendengar ini, sontak Isander menundukkan kepalanya untuk melihat Meisya.
“Ayah, mengapa kamu tiba-tiba diam lagi? Aku takut,” lirih Meisya sambil menarik celana panjang Isander.
“Maaf, Sayang. Ayah mendadak teringat sesuatu,” kata Isander sambil berjongkok dan mengusap lembut kepala Meisya. “Meisya mau makan ayam, kan?“
“Mau! Aku mau makan ayam bakar, Ayah!“ Meisya mengangguk dengan cepat sambil melompat-lompat.
Gadis kecil ini sangat aktif dan antusias saat mendengar tentang makanan.
Melihat sosok Meisya yang cukup berisi dan tidak terlalu kurus, tampaknya pemilik tubuh sebelumnya benar-benar mementingkan dan memperhatikan kesehatan anaknya. Ayah yang baik.
Begitu mendengar ini, Isander tersenyum hangat kepada Meisya, dan ia berkata, “Kalau begitu, tutup mata Meisya, Ayah akan memunculkan makanan yang Meisya mau sebentar lagi.“
“Ayah mau melakukan sulap?“ Mata bulat Meisya menatap dengan penasaran wajah Isander yang sedikit dikotori oleh debu dan noda hitam tanah.
“Iya, Ayah akan melakukan sulap dengan memunculkan makanan setelah Meisya membuka mata, mau lihat?“
“Tentu, Meisya mau lihat!“
“Baiklah, tutup matamu sekarang.“
Meisya mengikuti perintah ayahnya. Kedua telapak tangan Meisya terangkat, kemudian menutupi sepasang matanya.
Melihat anaknya penurut, Isander makin menyukai Meisya sebagai anaknya. Tidak semua anak kecil penurut, ada pula yang sulit untuk diberikan nasihat dan masih saja tidak mengikuti ucapan orang dewasa yang baik.
“Coba Meisya mulai berhitung satu sampai lima lalu buka matanya di hitungan ketiga.“ Isander siap-siap untuk melakukan sulap.
“Aku mengerti, Ayah!“
Setelahnya, Meisya mulai berhitung angka dari 1 sampai 5 dengan penyebutan bahasa Indonesia yang baik.
“Satu … dua ….“
Selagi Meisya berhitung, Isander menjawab iya pada pertanyaan Sistem.
Dalam sekejap, sebuah tas ransel yang berukuran sedang tidak terlalu besar dan kecil muncul di atas lantai semen depan Isander.
Isander terkejut dengan pemandangan ini, pertama kali dirinya melihat sesuatu yang ajaib, sebuah benda muncul dari udara yang tipis.
Hitungan maju Meisya sudah hampir selesai. Isander dengan cepat membuka ritsleting tas dan memasukkan tangannya ke dalam.
Namun, saat tangannya mengorek-ngorek ruang dalam tas, itu tidak terasa ada di ruang kosong pada tas. Seharusnya, begitu tangannya masuk terasa jelas ruang tas yang terbatas dan sempit, tetapi di dalam tas ini sangat berbeda, seperti ada ruang lain di dalam tas.
Di dalam kepalanya, Sistem memberi tahu cara penggunaan tas ini. Dia hanya perlu berpikir atau berniat ingin mengambil makanan apa, secara otomatis di tangannya akan ada makanan yang diinginkan.
Benar saja apa yang diinformasikan oleh Sistem, begitu Isander menarik tangannya, sebuah makanan yang ada di atas piring dan dibungkus oleh kertas aluminium foil.
Dilihat dari bentuknya, Isander rasa ini adalah ayam bakar, apalagi tercium samar-samar aroma ayam bakar yang lezat dari sesuatu yang dia pegang saat ini.
“Empat … lima! Aku sudah selesai berhitung, Ayah! Apa aku boleh membuka mataku?“
Tepat ketika Isander menutup ritsleting, hitungan maju Meisya selesai.
Isander menggendong tas yang memiliki ruang besar untuk menyimpan 50 ton makanan di punggungnya dan kemudian mengangkat piring di kedua tangannya. “Boleh, bukalah matamu sekarang.“
Meisya menuruti ucapan Isander dan ia perlahan membuka tangan dan matanya.
Saat berikutnya, mata besar Meisya membesar ketika melihat ada sebuah piring yang dipegang oleh ayahnya.
Ternyata ayahnya sungguhan bisa melakukan sulap.
“Hebat! Ayah bisa sulap!“ Meisya bertepuk tangan sembari tersenyum lebar. Ia sangat senang dengan hiburan kecil ini.
Tiba-tiba, hidung kecilnya tanpa sadar mengendus-endus, ia mencium aroma makanan lezat dari sesuatu yang ada di atas piring putih tersebut.
“Aku mencium bau makanan yang enak. Apakah ayamnya ada di dalam benda yang dibungkus oleh sesuatu berwarna silver itu, Ayah?“ Meisya mendekatkan tubuhnya ke piring, dan ia menatap dengan rasa penasaran yang tinggi pada benda yang dibungkus oleh aluminium foil.
“Iya, ayamnya ada di dalam itu. Sebentar, kamu duduk di kursi Ayah, biar Ayah yang membukakan makanannya untukmu.“ Isander mengangguk kemudian perlahan bangkit dari posisi berjongkok.
“Siap, Ayah! Aku akan menunggu.“
Setelah mengatakan itu, Meisya berlari kecil dengan kaki pendeknya menuju kursi bambu milik Isander. Tingkah gadis kecil ini sangat lucu. Penampilan Meisya yang berusaha untuk menaiki kursi sangat imut dan membuat orang tersenyum, tampak seperti anak kucing yang berusaha memanjat tubuh ibunya.
Isander berjalan perlahan menuju ke arah suatu tempat di rumah bobrok ini.
Untuk lebih jelas rumah bobrok yang Isander dan Meisya tempati ini sangatlah kecil, hanya berukuran 34 meter persegi. Cuma tersedia ruang tidur, dapur, dan kamar mandi.
Keseluruhan bangunannya terbuat buat dari kayu yang sudah mulai rapuh, bahkan lantainya bukan keramik, melainkan terbuat dari bahan campuran yang mirip semen.
Tempat kursi yang Meisya duduki ada di ruangan dapur, tidak ada meja makan di ruang dapur. Umumnya, keduanya makan di atas lantai.
Isander mengambil sebuah pisau buatan yang jelek di atas rak rusak tempat penyimpanan makanan, tetapi rak itu kosong karena sudah tak ada lagi makanan tersisa.
Kemudian Isander berjalan kembali ke Meisya dan duduk di atas lantai. Tangannya yang memegang pisau dari potongan besi pipih mulai memotong aluminium foil dengan perlahan.
Sengaja ia menggunakan pisau untuk tampilan makanan lebih baik dan tak perlu repot untuk membuka manual.
Melihat ayahnya sedang memotong sesuatu benda yang berwarna silver, Meisya bergegas turun dari kursi dan melihat pemandangan ayahnya memotong dari jarak yang dekat.
Segera, kertas aluminium foil terpotong dan ayam bakar dengan tubuh utuh terungkap di dalamnya.
Aroma ayam bakar yang wangi langsung masuk ke dalam hidung mereka berdua.
Bunyi perut yang lapar berbunyi secara bersamaan. Keduanya ternyata sama-sama lapar.
Melihat makanan sudah dibuka dan kertas yang melindungi ayam agar tetap hangat telah dibuang, Isander mendorong makanan tersebut ke arah Meisya, tak lupa ia mengeluarkan sendok dari tasnya.
Habis itu, Isander memotong beberapa daging pada ayam untuk memudahkan Meisya makan sendiri.
“Ayah tidak makan?“ Meisya bingung dengan Ayahnya, sebab dia hanya menyuruhnya makan, tetapi diri Ayah sendiri tidak makan.
Mendengar ini, Isander melemparkan senyuman hangat ke Meisya dan tangannya secara lembut mengelus rambut Meisya. “Ayah nanti saja, kamu makan dahulu, biar Ayah yang makan sisanya.“
“Umm … baiklah, Ayah. Aku akan makan sekarang.“ Meisya mengangguk mengerti, kemudian ia mengambil daging ayam dengan garpunya dan memasukkan daging ayam ke mulutnya.
Gerakan Meisya sangat kaku, tetapi dengan bimbingan Isander, perlahan Meisya bisa beradaptasi terhadap sesuatu yang baru.
Di dunia ini, sendok dan garpu adalah benda langka. Sebelumnya, mereka makan murni dengan menggunakan tangan tanpa alat apa pun.
Pertama kalinya Meisya memegang sendok dan garpu untuk makan makanannya.
Pada saat berikutnya, Meisya memakan setengah daging ayam bakar lalu sisanya dihabiskan oleh Isander.
Mereka berdua sudah kenyang, tak makan beberapa jam ke depan tidaklah masalah, mereka siap untuk menjalani hari.
Namun, tepat ketika Isander ingin membuang piring putih ke suatu tempat dekat rumahnya, tiba-tiba suara ketukan pentungan berbunyi dengan nyaring.
Tok! Tok! Tok!
Wajah Isander dan Meisya berubah, ketukan ini adalah ketukan pengingat yang dibunyikan oleh seseorang.
Memiliki arti bahwa sesuatu yang berbahaya akan datang.
Isander dan Meisya tinggal di sebuah pemukiman kecil tersembunyi yang letaknya cukup jauh dari kota. Memang pemukiman ini rawan terjadi sesuatu yang berbahaya. Tak ada tempat lain untuk keduanya tinggal, terpaksa mereka berdua tinggal di pemukiman ini.
Dengan sigap Isander menggendong Meisya dan berlari ke dalam kamar. Ia meletakkan Meisya di kamar supaya lebih aman.
Selanjutnya, ia mengunci pintu dan memantau keadaan di luar melalui lubang ventilasi di atas pintu.
Rumah Isander tak ada jendela, jadi hanya bisa mengintip melalui lubang udara.
Beberapa detik berlalu, tidak suara yang bisa Isander dengar dari luar. Sangat sunyi dan sepi seolah-olah tidak ada yang terjadi setelah suara pentungan muncul.
Isander kira keadaan luar aman dan bahaya berhasil dilewati atau tidak terjadi, tetapi dugaannya salah.
Di menit berikutnya, sebuah teriakan yang keras timbul secara beruntun dan berkala.
Teriakan itu adalah teriakan manusia. Wajah Isander langsung memucat dan ia tetap memantau dengan degup jantung yang cepat.
Suara teriakan mencecar berbunyi, dan teriakan makin lama makin terdengar mendekat, seakan sesuatu yang berbahaya berjalan mendekat ke rumahnya.
“Isander! Segera pergilah, jangan diam di rumah! Di sini sudah tak lagi aman!“
Tiba-tiba, di luar muncul seorang pria tua yang menggendong sebuah tas kotor di punggungnya, dia mengetuk pintu rumah Isander dengan tergesa-gesa sambil berteriak memperingatkan Isander.
“Ak—”
Pada saat Isander ingin merespons Pria tua itu, tiba-tiba tenggorokannya tertahan. Ia sama sekali tidak bisa mengucapkan sesuatu kata, sebab tidak jauh di depan rumahnya, Isander melihat sesosok makhluk aneh berkaki empat yang mirip dengan harimau dan jenis kucing besar lainnya.
Makhluk ini sedang menggigit tubuh seseorang di mulutnya. Darah merah berceceran dan membentuk garis jalan.
Mata merah makhluk ini menatap tajam ke arah rumahnya, lebih tepatnya ke arah Pria tua yang sedang mengetuk pintunya.
Pria tua itu tidak tahu di belakangnya ada sesosok makhluk yang menyeramkan.
Setelah memberi tahu Isander, Pria tua itu hendak pergi meninggalkan depan rumah Isander.
Namun sayang, Pria tua ini bergerak terlalu lambat. Setelah pria tua tersebut pergi dan tak lagi bisa dilihat oleh Isander, sesosok makhluk tersebut berlari sangat cepat menuju arah pria tersebut.
Detik berikutnya, suara teriakan dan minta tolong terdengar di samping rumah kayu Isander.
“Tolong aku!!! Isande—”
Tubuh Isander menjadi lemas, ia turun dari kursi dan perlahan berjalan mundur sambil menatap arah pintu.
Terlihat wajah pucat dibasahi oleh keringat, jeritan tadi membuat keberaniannya terguncang.
“Sial! Bagaimana ini!“ Isander kebingungan saat ini.
Masalahnya, ia sama sekali tidak punya senjata yang bisa melawan makhluk monster yang mengerikan itu.
Isander sudah mencoba untuk menghubungi Sistem, tetapi tak ada respons sama sekali.
Tak peduli ia mencoba memanggil sistem beberapa kali, Sistem tidak akan muncul.
Pada sekarang ini, Isander merasa putus asa.
Ia kembali ke kamar dan memeriksa keadaan Meisya.
Melihat Ayahnya kembali ke kamar, Meisya segera berlari tanpa berbicara dan langsung memeluk tubuh Isander.
Isander merasakan tubuh Meisya gemetar saat memeluknya. Gadis kecil ini ketakutan begitu mendengar suara jeritan Pria tua itu.
“Ayah, aku takut~” Meisya memeluk leher Isander dan berkata dengan ketakutan.
Suaranya bergetar saat berbicara disertai dengan pelukan Meisya yang makin erat.
“Tenang, Sayang. Kita akan baik-baik saja.“ Isander memaksakan diri untuk tersenyum dan ia berusaha untuk menenangkan anaknya supaya tidak terlalu takut.
Setelah merasa sedikit tenang, Meisya memandang Isander dan bertanya, “Ayah, ada apa di luar? Apakah di luar ada monster?“
Bum! Bum!
Baru saja Isander ingin menjawab, pintu kayu rumah Isander tiba-tiba berbunyi dan sesuatu ada yang berusaha merusak dan mendobrak pintu rumah Isander.
Meisya menjadi takut kembali, dan ia memeluk Isander dengan kuat.
Wajah Isander menjadi panik dan dia segera menggendong Meisya sambil bersembunyi di dalam lemari kayu.
Isander tidak tahu lagi harus berbuat apa, di rumah ini tak ada jalan keluar lain selain pintu yang sekarang sedang dirusak.
Salah satu bertahan hidup dengan cara bersembunyi.
Brak!
Pintu rumah kayu Isander akhirnya berhasil dihancurkan dan sesosok monster berkaki empat perlahan berjalan sambil mengendus aroma keberadaan mereka berdua.
Isander dan Meisya yang ada di dalam lemari makin ketakutan.
Meisya yang ada di gendongan Isander terlihat sangat ketakutan sampai-sampai ia bergumam kecil tanpa sadar, “Ayah, Meisya sangat takut sekarang. Bisakah kita selamat dari monster jahat?“
Kalimat Meisya terdengar seperti pertanyaan bagi Isander.
Ekspresi wajah Isander makin berat, dia sendiri bahkan tidak tahu apakah mereka akan selamat atau tidak.
Sampai sekarang, Isander masih bertanya di dalam hati kepada Sistem, tetapi sialnya Sistem sana sekali tidak menanggapi.
“Sialan! Sistem tidak berguna! Jika kamu diam terus, aku akan mati! Aku baru saja hidup, tidak lucu jika aku mati lagi setelah hidup selama satu jam! Tolong bantu aku, Sistem!“
Begitu Isander memohon dan mengumpat kepada Sistem, tiba-tiba suara prompt Sistem muncul di telinganya.
Isander tertegun sejenak dan kemudian wajah paniknya berubah menjadi wajah yang gembira.
[Ding! Terdeteksi Bahwa Meisya Memiliki Keinginan! Sistem Memberikan Anda Kemampuan Super Wood Control!]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
Luxman Al Hakim
maksudnya 3x4 meter?
2023-07-22
5
☠zephir atrophos☠
aku penasaran, kalau meisya minta kalau ayahnya gak boleh mati atau meninggalkannya, apa ayahnya akan abadi?, atau saat meisya minta ayahnya pergi atau mati ayahnya akan mati?
2023-06-18
7
Taaku
sip
2023-05-25
1