Bab 14: Pergi ke Rain Settlement

“Rain Settlement? Kamu mau tinggal di sana?“ Giya bertanya kepada Isander dengan raut wajah yang serius.

Respons Isander dengan anggukan seraya berkata, “Jika memang memungkinkan untuk tinggal di sana, aku bersedia tinggal di sana untuk sementara waktu.“

“Kamu yakin? Di sana hanya ada para manusia biasa, sangat rawan diserang oleh para monster yang tak sengaja lewat daerah itu.“ Giya tidak menyarankan Isander untuk tinggal di sana dengan alasan sangat berbahaya.

“Bukannya kata kamu ada beberapa Agter yang hidup di sana?“ Isander masih ingat dengan ucapan Giya semalam.

“Ada, tetapi mereka tidak selalu ada di sana, mereka sama denganku yang sedang menjalani misi, jarang ada di pemukiman. Maka dari itu, keamanan di sana tidak bagus, terlebih untukmu yang memiliki seorang putri yang lucu, sangat tidak disarankan untuk tinggal di sana.“ Sorot mata Giya begitu serius, kalimat tersebut diucapkan dengan sungguh-sungguh.

Pada kenyataannya memang benar, teman-temannya tidak selalu ada di pemukiman, secara tidak langsung keamanan di wilayah pemukiman sangat rentan, tidak ada manusia yang benar-benar bisa membunuh monster yang datang.

Mengingat Isander adalah bukan seorang Agter, itu pasti menjadi peristiwa yang sangat berbahaya apabila pemukiman itu diserang.

Namun, ada sesuatu yang janggal kemarin, ia melihat dengan jelas dan dengan kesadaran penuh bahwa Isander naik ke rumah pohon cuma memakai satu tangan sambil membawa Meisya di tangan lainnya.

Hal itu tak bisa dilakukan oleh manusia biasa, bahkan orang yang memiliki sedikit kekuatan akan sangat sulit untuk melakukannya.

“Tidak apa-apa, aku bisa jaga diriku sendiri dan Meisya.“ Isander tersenyum. “Bolehkah kamu mengantarkan aku ke sana? Kamu mau pulang ke sana, kan?“

“Ummm … baiklah, kalau kamu bilang seperti itu, aku akan mengantarmu ke sana.“

Mendengar ucapan Isander yang penuh keyakinan, membuat Giya tak bisa menolak. Ia memutuskan untuk menuruti permintaan Isander.

“Ini, aku masih ada makanan, ambillah!“ Isander menyodorkan sebuah makanan kepada Giya.

Pada kesempatan kali ini, Isander memberi makanan berupa nasi bungkus yang dibungkus oleh selembar kertas nasi.

“Apa ini?“ Giya mengambil nasi bungkus dari tangan Isander dan bertanya dengan penasaran. “Wanginya tercium enak.“

“Nasi bungkus, kamu tidak tahu?“ Isander menjawab sambil membuka bungkus nasi dan meletakkannya di atas lantai kayu rumah pohon.

“Nasi bungkus?“ Mata Giya membelalak sekilas, kemudian ia melihat isi nasi bungkus milik Isander. Terdapat ayam goreng, telur rebus, mie goreng, tempe orek, dan nasi putih.

Makanan yang ada di dalam bungkusan ini adalah makanan yang jarang ditemui, bahkan Giya belum pernah melihat lagi makanan seperti ini.

Biasanya, ia dan teman-temannya hanya makan daging ayam atau daging sapi yang dipanggang dengan garam.

Garam pun mahal harganya karena sukar ditemukan di saat dunia seperti ini. Ada sesuatu yang membuat garam ini sulit didapatkan.

“Ayo makan, jangan dipelototi saja,” ucap Isander kepada Giya yang memandang nasi bungkusnya yang telah dibuka di permukaan rumah pohon.

“Eh, iya. Aku akan segera makan,” sahut Giya yang siap untuk melahap makanannya ini.

Isander sudah memberikan alat makan kepada Giya, semuanya sudah dipastikan bersih dari kuman dan bakteri.

Tanpa banyak berpikir, Giya menghabiskan nasi bungkusnya dengan perasaan yang luar biasa. Rasanya Giya ingin menangis selama ia makan makanan yang sangat enak ini.

Sudah hampir 5 tahun ia tidak makan sebuah hidangan semacam ini. Makanan normal yang senang sekali untuk didapatkan. Namun, di zaman sekarang sangat sulit untuk ditemui, bahkan Giya menganggap makanan ini hanya ada di dalam mimpinya saja.

Usai makan, Giya langsung menyesap botol minuman yang disediakan oleh Isander, kemudian ia merapikan bekas makanannya beserta sampai botol minum dan alat makan.

Isander memintanya untuk menyisihkan barang bekas makanan di depannya, sebab ia ingin simpan di dalam tasnya lagi untuk menghilangkan jejak.

Alasan yang sebenarnya adalah tas Isander tak hanya tempat untuk menyimpan makanan puluhan ton, tas tersebut juga memiliki fungsi menyimpan sampah bekas makannya.

Sistem bilang secara singkat bahwa tasnya akan menghilangkan sampah di dalam tas ini, sampah tidak akan tercampur dengan makanan bersih yang ada di dalam tas.

“Isander, aku ingin bertanya tentang hal yang mungkin sangat krusial bagimu, jika tidak dijawab, bukanlah masalah, aku paham semua orang memiliki sesuatu yang harus dirahasiakan.“ Giya duduk rapi di depan Isander dengan ekspresi yang dalam dan serius.

Isander tidak segera menjawab, lantaran ia melihat Meisya yang bereaksi ingin bangun dari tidur.

“Ayah~ ….“

Saat membuka matanya, Meisya memanggil Isander sambil mengangkat kedua tangannya tanda ingin dipeluk.

Sudah menjadi kebiasaan Meisya ketika bangun dari tidurnya harus dipeluk oleh Isander. Pelukan Isander memberikan kenyamanan yang tak terhingga bagi Meisya.

Tangan Isander mengambil Meisya yang terbaring dengan lembut, dan ia menggendong Meisya sembari mengusap punggungnya.

Meisya masih terlihat lemas setelah bangun dari tidur panjangnya. Kurang lebih memiliki durasi 12 jam Meisya tertidur. Tidur yang sangat lama.

“Mau tanya apa? Silakan bertanya, aku akan jawab,” Isander berkata sambil menggendong Meisya yang tampak lemas di pundaknya.

Tindakan Isander membuat Giya tersenyum tanpa disadari olehnya sendiri. Ini pemandangan yang sangat hangat, Giya juga menjadi tahu bahwa pria bisa sehangat dan perhatian seperti ini.

Ia kira hanya seorang ibu saja yang bisa merawat anak dengan baik. Isander menumbangkan gagasannya yang jelek tentang seorang pria.

Sebelum melemparkan pertanyaan kepada Isander, Giya mengambil napas dalam-dalam, ia memandang Isander dan bertanya, “Aku ingin bertanya tentang makanan. Dari mana makanan yang kamu punya bisa didapatkan? Setahuku, roti dan makanan nasi bungkus yang kamu berikan sudah sangat sulit untuk didapatkan.“

“Aku memiliki seorang yang bisa memberikan aku makanan tersebut. Sayangnya, aku tidak bisa memberitahukan tentang dia kepadamu,” jawab Isander dengan wajah yang sedih.

“Tidak apa-apa, terima kasih sudah menjawab. Aku masih ada pertanyaan lagi. Apakah persediaanmu sebentar lagi habis?“

“Ya, itu benar. Nasi bungkus yang kamu makan adalah makanan terakhir yang aku punya.“ Isander terpaksa berbohong demi keamanannya. Sistem tidak boleh terungkap.

“Benarkah?“ Giya menjadi bersalah ketika mendengar ini. Seharusnya, makanan yang dimakannya menjadi makanan yang akan dimakan oleh Meisya dan Isander nanti. “Maaf, aku sudah memakannya.“

“Tidak apa-apa, lagi pula aku yang memberimu makanannya atas keinginan aku sendiri. Dikarenakan desa sudah tidak ada, aku mungkin tidak bisa mendapatkan makanan seperti itu lagi. Aku akan mencari daging hewan ternak dengan diri sendiri nanti.“ Isander menggelengkan kepalanya menunjukkan bahwa itu bukan sesuatu yang harus dikhawatirkan.

Isander mengatakan itu hanya untuk gimik. Sebenarnya, ia masih ada makanan yang berat totalnya lebih dari 49 ton di dalam tasnya. Tidak perlu cemas tentang makanan.

Di dunia ini, ia tidak boleh mencurigakan, apalagi secara terang-terangan memiliki makanan banyak, dirinya akan diincar oleh banyak orang dan itu pasti mengancam keberlangsungan hidup dirinya dan Meisya.

Bukan egois, tetapi ini demi keamanan putrinya.

“Ummm … sebagai rasa terima kasih, aku akan memberi kamu beberapa potong daging apabila kitaa sampai di sana.“ Giya merasa tidak enak hati pada Isander karena sudah memakan makanan terakhirnya.

Isander hanya tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban. Setelah itu, ia meletakkan Meisya di atas kain tempat tidurnya.

“Ayah, apakah itu ayam goreng?“ Tunjuk Meisya pada nasi bungkus yang Isander sisakan untuk Meisya.

“Benar,” ucap Isander, “Meisya mau makan sekarang?“

“Mau! Meisya sudah lapar, Ayah.“ Meisya mengangguk cepat. Ia sudah merasa lapar sejak bangun dari tidur.

“Baiklah, duduk yang manis, Ayah akan menyuapi Meisya.“ Isander mengambil sendok dan siap untuk memberi makan Meisya.

“Ya, Ayah. Meisya akan duduk.“

Melihat tingkah anak dan ayah sangat menghangatkan hati, Giya sedari tadi tersenyum.

Selanjutnya, Isander dengan perlahan menyuapi makanan kepada Meisya.

Mata Meisya menyipit karena saking lezatnya makanan yang disuapi oleh Isander.

“Kakak itu tidak makan, Ayah?“ Melihat Giya yang duduk di depan Isander, Meisya terheran karena Giya tidak ikut makan.

Tampaknya Meisya melupakan peristiwa kemarin yang Giya tak sengaja membuatnya takut.

“Kakak Giya sudah makan tadi saat kamu tidur, Sayang.“ Isander mengusap lembut kepala Meisya.

Ucapan Isander diperkuat oleh Giya yang mengangguk.

“Oh, begitu ….“

Segera Meisya menghabiskan makanannya, mereka semua diam di rumah pohon untuk sementara waktu usai makan.

Meisya penasaran dengan rumah pohon, ini pertama kalinya dia ada di dalam rumah pohon.

Ia selalu meminta Isander untuk menggendong dirinya hingga bisa melihat keluar jendela rumah pohon.

Usai beristirahat, mereka bertiga keluar dari rumah pohon dan siap untuk berangkat menuju tempat pemukiman yang disinggahi oleh Giya.

Pada saat mereka baru berjalan selama 20 menit setelah meninggalkan kawasan rumah pohon menuju ke arah timur, tiba-tiba Giya berekspresi aneh.

Ia berhenti berjalan di tengah hutan yang cukup rindang dan menoleh ke sekeliling.

“Aku merasakan ada sesuatu yang mengawasi kita,” ujar Giya dengan wajah yang penuh waspada.“

Isander sudah mengetahui ini, ia bisa merasakan keberadaan makhluk lain karena kemampuannya. “Di mana?“

“Tidak tahu, tetapi mereka sepertinya makin dekat dengan kita. Jangan khawatir, kamu peluk Meisya, aku akan menjaga kalian.“

Setelah mengatakan itu, sebuah tiga pisau yang berukuran tidak besar ataupun kecil muncul dan melayang dia atas telapak tangan kanan Giya.

Berikutnya, ia memasang postur bertarung dan berdiri di sebelah Isander. Siap melakukan pertarungan.

Terpopuler

Comments

al 😑

al 😑

🍷😁

2023-08-13

3

Yohanes Wijaya

Yohanes Wijaya

semangat☺

2023-04-16

2

suamy🐼

suamy🐼

1

2023-04-16

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Menyeberang Dunia?
2 Bab 2: Makan Ayam Bakar
3 Bab 3: Tersesat di Hutan
4 Bab 4: Integrasi Magnetar Body
5 Bab 5: Status Diri
6 Bab 6: Objek Pelatihan
7 Bab 7: Monster Ikan
8 Bab 8: Hentakkan Kaki
9 Bab 9: Seorang Wanita Aneh
10 Bab 10: Asal Daerah Giya
11 Bab 11: Rumah Pohon
12 Bab 12: Jenis Agter
13 Bab 13: Latihan Satu Malam
14 Bab 14: Pergi ke Rain Settlement
15 Bab 15: Mengungkapkan Kekuatan
16 Bab 16: Giya Bingung
17 Bab 17: Laporan kepada Ketua Pemukiman
18 Bab 18: Hadiah untuk Meisya
19 Bab 19: Mencari Barang
20 Bab 20: Kerja Bagus
21 Bab 21: Koin Mata Uang Dunia
22 Bab 22: Melawan Belasan Catagtress
23 Bab 23: Pengakuan Warga Pemukiman
24 Bab 24: Membantu Berburu
25 Bab 25: Berangkat Misi
26 Bab 26: Pergi ke Tempat Misi
27 Bab 27: Bakteri Ganas
28 Bab 28: Rencana di Rumah Pohon
29 Bab 29: Hadiah Baru Isander
30 Bab 30: Sirip Monster
31 Bab 31: Senjata Kebangkitan?
32 Bab 32: Menemukan Sungai Lain
33 Bab 33: Memperkuat Jembatan
34 Bab 34: Berniat Membantu
35 Bab 35: Mulai Pertarungan Banteng Merah
36 Bab 36: Banteng Merah Mati
37 Bab 37: Mengubur Jasad Banteng Merah
38 Bab 38: Bermesraan Depan Giya & Nina
39 Bab 39: Berpisah dengan Sejoli
40 Bab 40: Membuat Rumah Pohon Baru
41 Bab 41: Pemusnahan yang Malas
42 Bab 42: Penyerangan Kedua Wanita
43 Bab 43: Tidak Menepati Janji
44 Bab 44: Menguburkan Pasangan Tidak Beruntung
45 Bab 45: Meninggalkan Kedua Makam
46 Bab 46: Kemampuan Defensif Baru
47 Bab 47: Sampai di Rain Settlement
48 Bab 48: Keanehan Terjadi
49 Bab 49: Mengobrol dengan Pak Tole
50 Bab 50: Makan Malam yang Aneh
51 Bab 51: Warga yang Aneh
52 Bab 52: Melawan Pak Tole
53 Bab 53: Muntahan Jorok
54 Bab 54: Monster yang Merepotkan
55 Bab 55: Perubahan Spidgarets.
56 Bab 56: Kebenaran Pak Tole
57 Bab 57: Pak Ghandi Menghilang
58 Bab 58: Peningkatan Kemampuan
59 Bab 59: Perkebunan Wangi
60 Bab 60: Dua Orang Asing
61 Bab 61: Pasangan Mencurigakan
62 Bab 62: Sedikit Curiga
63 Bab 63: Menemukan Pelaku Ayam Hilang
64 Bab 64: Panggilan Minta Tolong
65 Bab 65: Tarian Tombak Hitam
66 Bab 66: Pembersihan
67 Bab 67: Sungai Bersih
68 Bab 68: Bergabung ke Kelompok
69 Bab 69: Kelompok Terbentuk
70 Bab 70: Mode Beast yang Aneh
71 Bab 71: Peningkatan Kekuatan Para Anggota
72 Bab 72: Beaster Badge Tak Diketahui
73 Bab 73: Kelompok Aneh
74 Bab 74: Sampai di Kota
75 Bab 75: Meisya Bijaksana
76 Bab 76: Kelompok Aneh
77 Bab 77: Kabar Baik
78 Bab 78: Membuat Rumah Kayu
79 Bab 79: Memburu Monster Kota Garuda
80 Bab 80, Goatager Dibasmi
81 Bab 81: Bertemu Cenagon
82 Bab 82: Monster Rusa
83 Bab 83: Regenerasi yang Kuat
84 Bab 84: Anak Monster Rusa
85 Bab 85: Membantai Monster Semalaman
86 Bab 86: Keakraban Cenagon
87 Bab 87: Monster Misterius
88 Bab 88: Monster yang Menyedihkan
89 Bab 89: Monster Kelabang Kuat
90 Bab 90: Orang yang Dikenal
91 Bab 91: Anak Buah Kelabang Keluar
92 Bab 92: Identitas Cenagon
93 Bab 93: Pencipta Cenagon Sangat Kuat?
94 Bab 94: Penjual Gelang?
95 Bab 95: Kemampuan yang Tepat
96 Bab 96: Jejak Kaki Monster
97 Bab 97: Anggota Baru
98 Bab 98: Kebangkitan Dua Gadis
99 Bab 99: Mulai Menguji Kemampuan Gadis Remaja
100 Bab 100: Memeriksa Pemukiman
101 Bab 101: Dua Gadis Pemula
102 Bab 102: Pergi ke Kota Komodo
103 Bab 103: Pemimpin Monster Tiap Level
104 Bab 104: Sesuatu yang Aneh
105 Bab 105: Membantai Tanaman Aneh
106 Bab 106: Sosok Mengejutkan
107 Bab 107: Kekecewaan Isander
108 Bab 108: Garuda Comity Melawan Deegiant
109 Bab 109: Biar Aku Saja
110 Bab 110: Isander Melawan Deegiant
111 Bab 111 Akhir Deegiant
112 Bab 112: Permintaan Maaf Sesungguhnya
113 Bab 113: Nama Baru Rusa
114 Bab 114: Kimaya yang Unik dan Misterius
115 Bab 115: Sampai di Kota Komodo
116 Bab 116: Bertemu Aqila dan Temannya
117 Bab 117: Perpisahan dengan Aqila
118 Bab 118: Kebangkitan Elemen Kedua Aqila
119 Bab 119: Aqila yang Beruntung
120 Bab 120: Ikut ke Kelompok Agter
121 Bab 121: Gelombang Kedua Serbuan
122 Bab 122: Pertempuran yang Makin Panjang
123 Bab 123: Debut Awal Isander
124 Bab 124: Mengakhiri Serbuan Monster
125 Bab 125: Serbuan Monster Tambahan
126 Bab 126: Bertemu Kelompok Penguntit
127 Bab 127: Kejadian Tak Terduga
128 Bab 128: Penyerangan Tiba-tiba
129 Bab 129: Datang Tepat Waktu
130 Bab 130: Masuk ke Mode Serius
131 Bab 131: Monster Berevolusi
132 Bab 132: Tangan Raksasa
133 Bab 133: Kembali dan Mengobrol
134 Bab 134: Membantu Pemulihan Kota
135 Bab 135: Tidak Sengaja Mencuri
136 Bab 136: Menemukan Candi Borobudur Rusak
137 Bab 137: Peningkatan Kedua Anak Burung
138 Bab 138: Menemukan Benda Misterius
139 Bab 139: Pengakuan Isander
140 Bab 140: Informasi Goron
141 Bab 141: Peningkatan Semua Anggota
142 Bab 142: Obrolan Santai Cenagon
143 Bab 143: Kejadian yang Menyebalkan
144 Bab 144: Pelaku yang Misterius
145 Bab 145: Aqila Datang
146 Bab 146: Pelaku Sementara
147 Bab 147: Ada Rasa
148 Bab 148: Bimbang Hati
149 Bab 149: Melawan Dua Monster S
150 Bab 150: Tamu Luar Biasa
151 Bab 151: Pertemuan Anggota Komplit
152 Bab 152: Monster C yang Jarang
153 Bab 153: Menebak Monster S
154 Bab 154: Hubungan Isander dan Aqila
155 Bab 155: One Shoot One Kill
156 Bab 156: Rencana Pemulihan
157 Bab 157: Pengukuran Tinju
158 Bab 158: Melanjutkan Perjalan Cilacap
159 Bab 159: Monster Pengisap
160 Bab 160: Melanjutkan ke Monster S lainnya
161 Bab 161: Gorgoter atau Elgoter?
162 Bab 162: Monster Gorgoter Aneh
163 Bab 163: Menghabisi Gorgoter
164 Bab 164: Latihan Melawan Monster S
165 Bab 165: Dua Pilihan
166 Bab 166: Masalah Persimpangan Sosial
167 Bab 167: Kabar Gembira Reza
168 Bab 168: Bukti Monster Baru
169 Bab 169: Minuman Meresahkan
170 Bab 170: Enam Monster Elgoter
171 Bab 171: Supreme Elgoter Begitu
172 Bab 172: Orang Misterius?
173 Bab 173: Pengkhianatan?
174 Bab 174: Giya Pengintip
175 Bab 175: Wanita Memang Tak Terduga
176 Bab 176: Tindakan Mendadak Cenagon
177 Bab 177: Hadiah dari Cenagon
178 Bab 178: Sparing dengan Cenagon
179 Bab 179: Tato Baru
180 Bab 180: Anomali Besar
181 Bab 181: Bertahan Sejenak
182 Bab 182: Bertemu Kei dan Timnya
183 Bab 183: Kedatangan Garuda Comity
184 Bab 184: Diskusi Bersama Kei
185 Bab 185: Pegunungan Purbalingga
186 Bab 186: Kemampuan Baru Tak Terlihat
187 Bab 187: Perekrutan yang Untung
188 Bab 188: Kemampuan Anggota Berevolusi
189 Bab 189: Kemampuan Fusion
190 Bab 190: Ketidaksengajaan
191 Bab 191: Dua Anggota Menjadi Kuat
192 Bab 192: Kebangkitan Kedua Reza
193 Bab 193: Monster S Menghilang
194 Bab 194: Menghabisi Monster S
195 Bab 195: Rencana Salah
Episodes

Updated 195 Episodes

1
Bab 1: Menyeberang Dunia?
2
Bab 2: Makan Ayam Bakar
3
Bab 3: Tersesat di Hutan
4
Bab 4: Integrasi Magnetar Body
5
Bab 5: Status Diri
6
Bab 6: Objek Pelatihan
7
Bab 7: Monster Ikan
8
Bab 8: Hentakkan Kaki
9
Bab 9: Seorang Wanita Aneh
10
Bab 10: Asal Daerah Giya
11
Bab 11: Rumah Pohon
12
Bab 12: Jenis Agter
13
Bab 13: Latihan Satu Malam
14
Bab 14: Pergi ke Rain Settlement
15
Bab 15: Mengungkapkan Kekuatan
16
Bab 16: Giya Bingung
17
Bab 17: Laporan kepada Ketua Pemukiman
18
Bab 18: Hadiah untuk Meisya
19
Bab 19: Mencari Barang
20
Bab 20: Kerja Bagus
21
Bab 21: Koin Mata Uang Dunia
22
Bab 22: Melawan Belasan Catagtress
23
Bab 23: Pengakuan Warga Pemukiman
24
Bab 24: Membantu Berburu
25
Bab 25: Berangkat Misi
26
Bab 26: Pergi ke Tempat Misi
27
Bab 27: Bakteri Ganas
28
Bab 28: Rencana di Rumah Pohon
29
Bab 29: Hadiah Baru Isander
30
Bab 30: Sirip Monster
31
Bab 31: Senjata Kebangkitan?
32
Bab 32: Menemukan Sungai Lain
33
Bab 33: Memperkuat Jembatan
34
Bab 34: Berniat Membantu
35
Bab 35: Mulai Pertarungan Banteng Merah
36
Bab 36: Banteng Merah Mati
37
Bab 37: Mengubur Jasad Banteng Merah
38
Bab 38: Bermesraan Depan Giya & Nina
39
Bab 39: Berpisah dengan Sejoli
40
Bab 40: Membuat Rumah Pohon Baru
41
Bab 41: Pemusnahan yang Malas
42
Bab 42: Penyerangan Kedua Wanita
43
Bab 43: Tidak Menepati Janji
44
Bab 44: Menguburkan Pasangan Tidak Beruntung
45
Bab 45: Meninggalkan Kedua Makam
46
Bab 46: Kemampuan Defensif Baru
47
Bab 47: Sampai di Rain Settlement
48
Bab 48: Keanehan Terjadi
49
Bab 49: Mengobrol dengan Pak Tole
50
Bab 50: Makan Malam yang Aneh
51
Bab 51: Warga yang Aneh
52
Bab 52: Melawan Pak Tole
53
Bab 53: Muntahan Jorok
54
Bab 54: Monster yang Merepotkan
55
Bab 55: Perubahan Spidgarets.
56
Bab 56: Kebenaran Pak Tole
57
Bab 57: Pak Ghandi Menghilang
58
Bab 58: Peningkatan Kemampuan
59
Bab 59: Perkebunan Wangi
60
Bab 60: Dua Orang Asing
61
Bab 61: Pasangan Mencurigakan
62
Bab 62: Sedikit Curiga
63
Bab 63: Menemukan Pelaku Ayam Hilang
64
Bab 64: Panggilan Minta Tolong
65
Bab 65: Tarian Tombak Hitam
66
Bab 66: Pembersihan
67
Bab 67: Sungai Bersih
68
Bab 68: Bergabung ke Kelompok
69
Bab 69: Kelompok Terbentuk
70
Bab 70: Mode Beast yang Aneh
71
Bab 71: Peningkatan Kekuatan Para Anggota
72
Bab 72: Beaster Badge Tak Diketahui
73
Bab 73: Kelompok Aneh
74
Bab 74: Sampai di Kota
75
Bab 75: Meisya Bijaksana
76
Bab 76: Kelompok Aneh
77
Bab 77: Kabar Baik
78
Bab 78: Membuat Rumah Kayu
79
Bab 79: Memburu Monster Kota Garuda
80
Bab 80, Goatager Dibasmi
81
Bab 81: Bertemu Cenagon
82
Bab 82: Monster Rusa
83
Bab 83: Regenerasi yang Kuat
84
Bab 84: Anak Monster Rusa
85
Bab 85: Membantai Monster Semalaman
86
Bab 86: Keakraban Cenagon
87
Bab 87: Monster Misterius
88
Bab 88: Monster yang Menyedihkan
89
Bab 89: Monster Kelabang Kuat
90
Bab 90: Orang yang Dikenal
91
Bab 91: Anak Buah Kelabang Keluar
92
Bab 92: Identitas Cenagon
93
Bab 93: Pencipta Cenagon Sangat Kuat?
94
Bab 94: Penjual Gelang?
95
Bab 95: Kemampuan yang Tepat
96
Bab 96: Jejak Kaki Monster
97
Bab 97: Anggota Baru
98
Bab 98: Kebangkitan Dua Gadis
99
Bab 99: Mulai Menguji Kemampuan Gadis Remaja
100
Bab 100: Memeriksa Pemukiman
101
Bab 101: Dua Gadis Pemula
102
Bab 102: Pergi ke Kota Komodo
103
Bab 103: Pemimpin Monster Tiap Level
104
Bab 104: Sesuatu yang Aneh
105
Bab 105: Membantai Tanaman Aneh
106
Bab 106: Sosok Mengejutkan
107
Bab 107: Kekecewaan Isander
108
Bab 108: Garuda Comity Melawan Deegiant
109
Bab 109: Biar Aku Saja
110
Bab 110: Isander Melawan Deegiant
111
Bab 111 Akhir Deegiant
112
Bab 112: Permintaan Maaf Sesungguhnya
113
Bab 113: Nama Baru Rusa
114
Bab 114: Kimaya yang Unik dan Misterius
115
Bab 115: Sampai di Kota Komodo
116
Bab 116: Bertemu Aqila dan Temannya
117
Bab 117: Perpisahan dengan Aqila
118
Bab 118: Kebangkitan Elemen Kedua Aqila
119
Bab 119: Aqila yang Beruntung
120
Bab 120: Ikut ke Kelompok Agter
121
Bab 121: Gelombang Kedua Serbuan
122
Bab 122: Pertempuran yang Makin Panjang
123
Bab 123: Debut Awal Isander
124
Bab 124: Mengakhiri Serbuan Monster
125
Bab 125: Serbuan Monster Tambahan
126
Bab 126: Bertemu Kelompok Penguntit
127
Bab 127: Kejadian Tak Terduga
128
Bab 128: Penyerangan Tiba-tiba
129
Bab 129: Datang Tepat Waktu
130
Bab 130: Masuk ke Mode Serius
131
Bab 131: Monster Berevolusi
132
Bab 132: Tangan Raksasa
133
Bab 133: Kembali dan Mengobrol
134
Bab 134: Membantu Pemulihan Kota
135
Bab 135: Tidak Sengaja Mencuri
136
Bab 136: Menemukan Candi Borobudur Rusak
137
Bab 137: Peningkatan Kedua Anak Burung
138
Bab 138: Menemukan Benda Misterius
139
Bab 139: Pengakuan Isander
140
Bab 140: Informasi Goron
141
Bab 141: Peningkatan Semua Anggota
142
Bab 142: Obrolan Santai Cenagon
143
Bab 143: Kejadian yang Menyebalkan
144
Bab 144: Pelaku yang Misterius
145
Bab 145: Aqila Datang
146
Bab 146: Pelaku Sementara
147
Bab 147: Ada Rasa
148
Bab 148: Bimbang Hati
149
Bab 149: Melawan Dua Monster S
150
Bab 150: Tamu Luar Biasa
151
Bab 151: Pertemuan Anggota Komplit
152
Bab 152: Monster C yang Jarang
153
Bab 153: Menebak Monster S
154
Bab 154: Hubungan Isander dan Aqila
155
Bab 155: One Shoot One Kill
156
Bab 156: Rencana Pemulihan
157
Bab 157: Pengukuran Tinju
158
Bab 158: Melanjutkan Perjalan Cilacap
159
Bab 159: Monster Pengisap
160
Bab 160: Melanjutkan ke Monster S lainnya
161
Bab 161: Gorgoter atau Elgoter?
162
Bab 162: Monster Gorgoter Aneh
163
Bab 163: Menghabisi Gorgoter
164
Bab 164: Latihan Melawan Monster S
165
Bab 165: Dua Pilihan
166
Bab 166: Masalah Persimpangan Sosial
167
Bab 167: Kabar Gembira Reza
168
Bab 168: Bukti Monster Baru
169
Bab 169: Minuman Meresahkan
170
Bab 170: Enam Monster Elgoter
171
Bab 171: Supreme Elgoter Begitu
172
Bab 172: Orang Misterius?
173
Bab 173: Pengkhianatan?
174
Bab 174: Giya Pengintip
175
Bab 175: Wanita Memang Tak Terduga
176
Bab 176: Tindakan Mendadak Cenagon
177
Bab 177: Hadiah dari Cenagon
178
Bab 178: Sparing dengan Cenagon
179
Bab 179: Tato Baru
180
Bab 180: Anomali Besar
181
Bab 181: Bertahan Sejenak
182
Bab 182: Bertemu Kei dan Timnya
183
Bab 183: Kedatangan Garuda Comity
184
Bab 184: Diskusi Bersama Kei
185
Bab 185: Pegunungan Purbalingga
186
Bab 186: Kemampuan Baru Tak Terlihat
187
Bab 187: Perekrutan yang Untung
188
Bab 188: Kemampuan Anggota Berevolusi
189
Bab 189: Kemampuan Fusion
190
Bab 190: Ketidaksengajaan
191
Bab 191: Dua Anggota Menjadi Kuat
192
Bab 192: Kebangkitan Kedua Reza
193
Bab 193: Monster S Menghilang
194
Bab 194: Menghabisi Monster S
195
Bab 195: Rencana Salah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!