“Teman baru aku, Pak Tole.“ Giya tersenyum. “Perkenalkan ini adalah Pak Tole, penjaga gerbang depan Rain Settlement.“
Pak Tole langsung tersenyum dan mengulurkan tangannya berniat berkenalan dengan Isander.
Tangan Isander mengambil tangan Pria tua di depannya daan berjabat tangan. “Namaku Isander Liam. Salam kenal, Pak Tole.“
“Salam kenal juga,” ucap Pak Tole dengan senyumannya yang ramah.
Penampilan Pak Tole ini tampak seperti orang tua yang berumur 40 tahun dan memiliki 3 orang anak yang mulai menginjak remaja dan dewasa. Garis-garis halus sudah timbul dan muncul di beberapa bagian wajahnya, sudut mata dan pipinya.
Beberapa detik melihat Pak Tole, Isander tidak merasakan hawa permusuhan dari pria di depannya ini. Sebaliknya, Pak Tole ini sangat ramah padanya.
“Apakah gadis lucu ini anak kamu?“ Mata Pak Tole sudah teralihkan oleh Meisya yang digendong oleh Isander.
“Ya, ini anakku.“ Isander mengangguk dan sedikit tersenyum.
“Baiklah, Pak Tole. Kami harus masuk ke dalam dan memberi tahu ketua pemukiman tentang kedatangan temanku.“
“Oke, semoga kamu dan anakmu betah di sini.“ Pak Tole memberikan jalan masuk dan mempersilakan Isander serta Giya masuk ke dalam.
“Terima kasih.“
Senyuman diperlihatkan Isander, dan tubuh sedikit menunduk, bentuk hormat Isander ke orang yang lebih tua.
Begitu Isander masuk ke dalam, ia melihat beberapa bangunan rumah yang dibuat dari kayu berdiri di beberapa bagian di dalam pemukiman ini.
Ada jalan tanah setapak hasil dari rumput yang dipotong lurus hingga menjadi jalur jalan orang-orang yang menghubungkan satu rumah ke rumah lainnya.
Pemukiman ini mengingatkan Isander dengan perkampungan yang ada di dalam gim zombie, lebih tepatnya gim di mana manusia terjangkit virus sehingga menjadi monster dengan tokoh utama pria berponi lempar pirang.
Di tengah dari pemukiman ini terdapat bangunan rumah yang sedikit lebih besar dan lahan kosong yang lumayan luas, cukup untuk dipakai bermain anak-anak.
Di sepanjang jalan, Isander melihat banyak orang yang keluar dari rumah. Pria, wanita, dan anak kecil keluar rumah dan menonton dirinya bersama Giya pergi ke rumah yang ada di tengah lahan kosong berumput.
“Agter Giya sedang bersama siapa? Apakah itu orang yang memiliki kekuatan juga?“
“Pria yang menggendong anak kecil? Apa itu pasangannya dan anak itu adalah anak Agter Giya?“
“Pria ini sangat tampan! Aku menyukainya!“
“Kurasa kita bertambah anggota, pemukiman ini makin ramai.“
“Gadis kecil yang digendong pria itu sangat lucu, mata besarnya terlihat penasaran!“
“…”
Telinga Isander bergerak, ia bisa mendengar semua celotehan orang-orang di pemukiman ini. Isander sama sekali tidak tergerak dan hanya tersenyum untuk memberikan kesan ramah.
Meisya sejak awal melihat tampilan pemukiman sudah sangat penasaran dan ingin tahu tentang apa yang ada di dalam tembok yang memiliki duri kayu besar.
Letak pemukiman ini agak dekat dengan persawahan dan bekas daerah pemukiman sebelum terjadinya kehancuran Bumi. Isander dan Giya melewati beberapa daerah yang terdapat reruntuhan pemukiman. Rumah yang terbuat dari dinding tembok, bangunan yang terbuat dari semen, dan segala bangunan yang ada sebelum kehancuran terjadi berubah menjadi reruntuhan.
Reruntuhan ini diceritakan oleh Giya bekas perkampungan atau desa yang ada di Kabupaten Bogor.
Rain Settlement masih termasuk ke dalam daerah Kabupaten Bogor.
Hutan di sini tidak begitu lebat dan banyak pohonnya, hanya ada beberapa spot yang memiliki pepohonan yang besar.
Tok! Tok! Tok!
Giya mengetuk pintu rumah kayu ini dengan tangannya beberapa kali, kemudian pintu tersebut terbuka, sosok Pria yang tua berambut putih panjang keluar dari rumah tersebut.
“Halo, Agter Giya.“ Pria tua ini agak menunduk ketika bertemu Agter. Tampaknya kedudukan seorang Agter memang lebih tinggi di mata orang biasa.
“Halo, Pak Ghandi Sudarsa. Aku ke sini ingin melaporkan bahwa ada orang yang ingin tinggal di pemukiman ini untuk beberapa waktu,” kata Giya yang langsung membahas tentang kedatangannya.
“Orang baru?“ Pak Ghandi menoleh perlahan ke pria yang berdiri di sebelah Giya. “Masuklah ke dalam, kita bicarakan di dalam rumah.“
“Baik.“
Setelah itu, mereka semua masuk ke dalam rumah kayu yang kelihatan kokoh.
Di dalam rumah ini terdapat beberapa kursi untuk duduk dan satu meja kayu yang dibuat seadanya.
Interior rumah sangat minimalis, ada beberapa barang seperti gelas kaca dan gelas plastik yang dijadikan pajangan dinding. Total rumah ini terbagi menjadi 3 ruangan, terdiri dari 1 ruang tamu, ruang kamar, dan ruang dapur. Semuanya yang ada di sini memiliki sistem tradisional, entah itu memasak dan lainnya.
“Silakan duduk!“ pinta Pria tua tersebut kepada Giya dan Isander. Pria tua ini duduk di salah satu kursi yang menghadap ke beberapa kursi.
Keduanya duduk di kursi seberang, dan saling bersebelahan. Meisya duduk di pangkuan Isander. Gadis kecil ini diam dan tak mengoceh. Ia masih penasaran dengan apa yang dilihatnya.
Bapak Ghandi melirik Isander sejenak dan berkata, “Perkenalkan dirimu, Nak.“
“Namaku Isander Liam dan ini anakku, Meisya Adira Nella.“ Isander duduk dengan santai dan mengungkapkan namanya dan nama panjang Meisya.
Begitu mendengar ini, Pak Ghandi mengangguk. “Kamu mau tinggal di sini?“
“Ya, aku butuh tempat istirahat untuk beberapa waktu.“ Isander tidak ragu dengan pilihannya.
“Apabila kamu ingin tinggal di sini, kamu harus berjasa juga untuk pemukiman ini.“ Pak Ghandi memasang wajah serius. “Semua orang di sini saling bekerja sama untuk hidup, tak ada yang gratis di dunia ini. Maka dari itu, apakah kamu sanggup untuk memberikan jasa untuk pemukiman ini?“
Tak perlu terburu-buru untuk menjawab, Isander terdiam sesaat dan bertanya, “Memberikan jasa, apakah maksudnya ikut bertugas di salah satu pekerjaan yang ada di sini?“
“Benar, Nak. Kamu harus ikut berburu atau kamu ikut membantu menjaga pemukiman ini, kamu juga bisa pergi menjadi tukang masak di pemukiman ini. Banyak pekerjaan di sini, kamu bebas memilih menjadi apa pun, asalkan memiliki kontribusi untuk memajukan pemukiman ini,” terang Pak Ghandi sambil menatap Isander. “Kecuali kamu adalah seorang Agter, kamu bisa bebas tinggal di sini.“
“Pak Ghandi, Isander sebenarnya adalah seorang Agter,” celetuk Giya pada Pak Ghandi.
Mata Pak Ghandi terbelalak sebab terkejut, dan kemudian ia menundukkan kepalanya seraya berkata, “Maaf, Agter Isander. Kukira kamu adalah orang biasa. Maafkan sikapku yang lancang.“
“Tidak mengapa. Kalau begitu, aku akan membuat pemukiman ini lebih baik. Apabila perlu bantuan, Pak Ghandi boleh mendatangi aku,” Isander berkata dengan ekspresi wajah yang biasa dan terdengar dapat dipercaya.
“Terima kasih, Agter Isander.“ Pak Ghandi mengubah sikapnya menjadi lebih hormat dan sopan.
Dari pemandangan ini, Isander dengan cepat menjadi tahu kedudukan Agter begitu dihormati oleh orang biasa di dunia ini, bagaikan para artis dan selebritas di dunia yang damai.
“Agter Isander bisa tinggal di rumah sebelah rumah Agter Giya. Seharusnya, Agter Giya tahu tempatnya,” Pak Ghandi memberi tahu tempat tinggal Isander.
Respons Giya dengan anggukan, ia tahu rumah yang disebut oleh Pak Ghandi.
Setelah mengobrol beberapa patah kata dan dalam waktu yang sebentar, keduanya keluar dari rumah Ketua Pemukiman Pak Ghandi dan berjalan ke arah selatan pemukiman.
Para penduduk pemukiman ini yang sedang bekerja mengolah makanan dan membuat barang dari kayu, mereka semua memandangi Isander dan Giya. Penasaran dengan sosok Isander dan Meisya.
Terjadi obrolan di antara mereka, terdengar sedang membahas tentang Isander. Tidak jauh yang dibicarakan tentang sosok Isander yang tampak kuat dan … tampan.
Segera, Isander dan Giya sampai di rumah kayu tempat kediaman Isander sekarang.
Giya ikut masuk ke dalam untuk melihat bagaimana tingkat kenyamanan rumah ini. Alhasil, rumah ini lumayan sama bentuk dan segi dalamnya dengan rumah yang ditinggali oleh Giya sendiri. Terasa nyaman dan aman. Ukurannya 25 meter persegi, terbilang kecil, tetapi sudah cukup untuk ditempati oleh 1 orang dewasa dan 1 anak kecil.
Di sebelah kiri rumah ini adal rumah Giya, di sebelah kiri adalah rumah teman Giya. Sementara itu, di seberang rumah Isander, Giya, temannya adalah deretan warga pemukiman di sini.
Wajar terlihat kosong, orang-orang yang mengisi rumah tersebut memiliki tugas untuk berburu dan mencari makan. Mereka ada di luar pemukiman.
“Isander, aku diam di sini hanya 2 hari saja. Setelah itu, aku akan pergi ke gunung untuk memburu monster lagi. Kamu ingin ikut atau diam di sini dan berbaur dengan orang-orang di pemukiman ini?“
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
mantap gan
kek bagusan Hunter
2025-04-04
0
Taaku
sip
2023-05-26
3
ο Δίας
tole nama bapa gua anjir🗿
2023-04-26
4