Bab 3: Tersesat di Hutan

Setelah pemberitahuan itu muncul dalam benaknya, Isander merasakan sebuah energi asing yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

Tidak ada rasa sakit, melainkan sensasi hangat yang tersebar ke sekujur tubuh hingga ke sela-sela jarinya. Energi ini terus mengisi sesuatu di dalam tubuhnya selama beberapa detik.

Isander menikmati perasaan ini, tetapi dia harus menunda dan mengabaikan perasaan nyaman pada tubuhnya.

Pasalnya, di depan pintu kamar sudah terdapat sosok monster tersebut tengah berdiri sambil memindai seluruh isi kamar.

Mengintip dari sela pintu lemari, Isander bisa melihat sepasang mata merah menyala dari sosok makhluk ini.

Bentuk monster ini hampir sama dengan binatang jenis Famili Felidae alias kucing yang berukuran besar. Ada perbedaan yang menonjol, yakni tubuh makhluk ini dipenuhi oleh luka dan lumut hijau di bagian tertentu.

Makhluk tersebut lebih mirip dengan macan yang terkena virus zombie. Beberapa bagian tubuh terluka parah, kulitnya robek sehingga mengekspos darah dan daging di dalamnya.

Tepat setelah Isander selesai mengintip, ia merasakan energi asing tersebut menghilang, digantikan oleh perasaan aneh dari tubuhnya, seolah Isander bisa mengendalikan sesuatu layaknya bagian pada tubuh.

Isander menatap Meisya yang ketakutan dan memberikan sebuah tatapan yang memiliki arti.

Meisya tahu apa maksudnya dan kemudian ia memeluk Isander lebih erat sembari memejamkan matanya.

Gerakan Isander saat menoleh dapat tidak sengaja dilihat oleh monster ini yang sedang memindai lemari di dalam kamar.

Berikutnya, monster tersebut meraung dan melompat ke arah lemari dengan cepat.

Krahhh!

Isander terkejut dengan gerakan cepat monster tersebut, kemudian ia tanpa sadar mendorong pintu lemari dan melompat ke arah lain.

Brakk!

Lemari tempat persembunyian Isander hancur dalam sekali serangan.

Beruntungnya, Isander berhasil lolos dari terkaman monster, ia berdiri di pojok seberang lemari sambil menggendong Meisya di tangan kirinya.

Berbagai emosi muncul di wajah Isander. Terkejut, takut, senang, dan panik, bersatu dalam satu ekspresi.

Setelah menghindari serangan monster, Isander merasakan perbedaan dari tubuhnya, sesuatu hal telah disadari olehnya.

Pada saat ini, Isander menaruh perhatian penuhnya pada monster yang perlahan bangkit setelah menabrak lemari dan menghancurkannya.

Secara perlahan dan diam-diam, Isander menggerakkan kakinya dan mulai menjauhi keberadaan monster besar ini. Ia berjalan mundur sedikit demi sedikit ke arah pintu kamar dengan tatapan mata yang terus mengawasi monster.

Meisya masih memeluk Isander sambil menutup matanya, juga berusaha menahan untuk tidak teriak. Gadis kecil ini tahu bahwa Ayahnya sedang menghadapi monster.

Suara kayu hancur sebelumnya sudah menjadi tanda sesuatu telah terjadi dengan Ayahnya.

Grrr!

Monster sebesar harimau ini menggelengkan kepalanya, rasa pusing dirasakan setelah menghancurkan lemari berkeping-keping, kemudian membalikkan tubuhnya dan langsung mencari sosok Isander.

Segera, sesosok manusia yang berusaha mendekati pintu kamar masuk ke dalam penglihatannya, itu adalah Isander yang mencoba untuk kabur.

Monster ini menjadi marah dan meraung keras sebelum melancarkan serangannya.

Krahhh!

Saat berikutnya, sosok monster tersebut melesat cepat menuju Isander seraya mengedepankan cakar tajamnya.

Siluet hitam tersebut melintas sangat cepat ke arah Isander dan Meisya berada.

Dalam 1 detik, monster tersebut sudah berada di depan Isander dan cakar tajam monster tersebut hendak menyentuh wajah Isander

Namun, begitu cakar tajam yang berkilau itu ingin melukai kulit wajah Isander, dengan jaraknya tinggal 2 sentimeter lagi, tiba-tiba tubuh monster tersebut berhenti udara dan tak bisa maju.

Monster tersebut tercengang dan tak mengerti apa yang terjadi.

Ketika melihat ke belakang, monster tersebut melihat kedua kaki belakangnya dan tubuh bagian belakang dililit oleh kayu yang muncul dari dinding rumah.

Lilitan kayu ini sangat kuat sehingga bisa mengangkat tubuh monster ini di atas lantai tampak seperti mengambang.

Tidak tahu kapan kayu tersebut tiba-tiba muncul, padahal monster ini sama sekali tidak merasakan keberadaan kayu yang mengikat kakinya.

“Keren!“

Melihat ini, Isander berseru dan memuji apa yang telah dilakukannya.

Apa yang diberikan Sistem kepadanya benar-benar nyata. Isander bisa merasakan kesadaran pada kayu-kayu di sekitarnya, termasuk dinding rumah dan segala sesuatu benda yang terbuat dari kayu.

Grahhh!

Monster di depan Isander tiba-tiba meronta-ronta berusaha melepaskan ikatan kayu di tubuhnya.

Kedua kaki depan monster ini terayun ke arah Isander mencoba untuk menjangkau tubuh Isander dan ingin segara mencabik.

Melihat kesempatan ini, Isander berbalik dengan cepat dan berlari keluar dari dalam rumah.

Isander tahu bahwa ikatan kayu yang dia buat tidak akan bertahan lama.

Hal itu merupakan keterbatasannya sekarang, Isander tidak bis mengendalikan kemampuannya secara maksimal, butuh latihan untuk bisa menggunakan kemampuannya dengan baik dan andal.

Ketika keluar rumah, Isander mencoba kemampuannya lagi.

Tangan kanannya terulur ke depan dengan kelima jari terbuka, sebuah energi aneh tersalurkan dari dalam tubuh Isander dan terfokus pada tangannya.

Di detik berikutnya, serpihan pintu kayu yang rusak bergerak dan melayang. Setelah itu, kepingan kayu tersebut menyatu dengan dinding rumah, mengisi lubang pintu dan menjadikannya rumah tanpa pintu.

Kendali Isander masih payah, bekas lubang pintu masih bisa dilihat secara kasar. Namun, untuk sekarang sudah cukup, setidaknya bisa menahan monster yang ada di dalam untuk beberapa waktu.

Dengan gegas Isander berlari menuju suatu arah yang sesuai dengan ingatan Isander terdahulu.

“Ayah, apakah monster itu sudah mati?“

Meisya yang sejak awal diam dan memeluknya tiba-tiba bertanya sambil menatap wajah Isander dengan ekspresi yang takut.

Isander terus berjalan sambil mengelus kepala Meisya, “Tidak, tetapi Ayah berhasil mengurung monsternya di rumah.'

“Eh? Lalu sekarang kita tinggal di mana, Ayah? Rumah kita sudah ditempati monster jahat.“ Meisya menjadi bingung, ia menatap sepasang mata Isander dengan pandangan minta penjelasan.

“Kita akan mencari rumah baru, Sayang. Desa sudah tidak aman, semua orang sudah pergi.“ Isander menampilkan senyuman di setiap dirinya berbicara.

“Pergi?“ Pupil mata Meisya membesar sesaat, kemudian merentangkan tangannya dan kembali memeluk leher Isander. “Semoga mereka bahagia di tempat barunya, ya, Ayah.“

Mendengar ini, tubuh Isander tersentak, matanya sedikit membelalak. Tangan kanan Isander mengelus punggung kecil Meisya dan mengangguk. “Ya, Ayah yakin mereka bahagia di sana.“

Dari sini, Isander tahu bahwa Meisya ini adalah anak yang pintar. Mengerti apa yang dikatakan oleh orang dewasa tanpa harus menjelaskan lebih lanjut.

Sangat jarang anak kecil yang pintar seperti Meisya.

Saat ini, kaki Isander terus melangkah di antara rerumputan. Di luar desa tempat tinggal Isander terdapat hutan. Pohon-pohon besar tumbuh di sini, tidak terlalu banyak, jarak antara pohon pun cukup jauh.

Kurang dari 20 menit berjalan, Isander masih tidak menemukan jalan meski hanya setapak yang sempit.

Selama berjalan, Isander selalu memasang kewaspadaan yang tinggi. Mengingat monster tadi berasal dari area luar desa, artinya ada kemungkinan untuk bertemu monster yang sama di hutan ini.

Isander masih teringat dengan pria tua yang mengingatkannya tadi. Pria itu bernama Paman Raul, salah satu orang yang cukup dekat dengan Isander. Meisya kenal dengan Paman Raul, di jalan ia sempat bertanya keberadaan Paman Raul.

Pertanyaan Meisya dijawab dengan jujur oleh Isander dengan kata-kata yang halus. Meisya paham kalimat Isander, dan ia menangis di gendongan Isander.

Ketika berlari dari rumah, Isander melihat genangan darah di dekat area rumah, hanya darah dan tidak ada mayat. Isander langsung tahu pemilik darah tersebut. Paman Raul berteriak di sebelah rumahnya, arahnya sesuai dengan letak genangan darah berada.

Awalnya Isander berniat untuk menguburkan mayat Paman Raul jika masih ada potongan tubuh mayat Paman Raul. Sayangnya itu tidak ada, dan Isander membatalkan rencananya.

“Omong-omong, bagaimana caranya ayah mengurung monster jahat itu? Aku mendengar Ayah melangkahkan kaki dengan cepat seperti orang yang sedang kabur dan suara sesuatu yang rusak,” Meisya bertanya dengan keingintahuan yang besar.

Pertanyaan Meisya sudah disiapkan jawabannya oleh Isander lebih dahulu. Ia memandang wajah imut Meisya dan berkata sambil tersenyum, “Sebenarnya, Ayah itu kuat, tidak sulit untuk mengurung monster.“

“Woah! Sungguh? Ayah tidak berbohong, kan?“ Meisya tercengang dan ia menatap Isander dengan heboh.

Isander mengangguk tegas terlihat meyakinkan.

“Bagaimana caranya, Ayah? Meisya ingin tahu.“

“Caranya dengan mengandalkan otak. Jadi, Ayah menghindari serangan monster itu sampai-sampai monster itu terperangkap oleh dampak yang ditimbulkan oleh serangannya sendiri. Alhasil, monster itu terjebak di kamar dan kemudian ayah menutup pintu dan dihalangi dengan beberapa benda sehingga pintu tidak akan mudah terbuka.“

Usai mendengar penjelasan Isander, pupil mata Meisya penuh oleh bintang-bintang, ia kagum dengan Ayahnya yang pintar dan kuat. “Hebat! Ayah memang kuat! Aku bangga dengan Ayah!“

Pujian dari anak memang terbaik, Isander merasa bahagia dipuji oleh Meisya. Mau tidak mau Isander mencium pipi Meisya dengan rasa kasih sayang.

Beberapa menit berlalu, mereka masih berjalan di antara banyak pepohonan.

“Ayah, sampai kapan kita harus berjalan di hutan ini?“

Meisya turun dari pangkuan Isander atas kemauannya sendiri. Gadis kecil ini tidak rela Ayahnya berjalan kaki sendirian, ia berinisiatif menemani Ayahnya berjalan di hutan.

Telinga Isander mendengar pertanyaan Meisya, ia menundukkan pandangannya dan melihat Meisya yang asyik berjalan sambil berpegangan tangan dengannya. “Mungkin setengah jam lagi. Sabar, Gadis Kesayangan Ayah.“

“Baik, Meisya yang cantik akan sabar mulai sekarang!“ Meisya mengangguk cepat menandakan dirinya paham.

Isander tersenyum ketika mendengar ucapan Meisya, tidak tahan lagi dirinya untuk tidak mengusap lembut kepala kecil Meisya.

Selang 30 menit kemudian, mereka masih berjalan di dalam hutan. Keduanya sama sekali tidak melihat pemandangan lain selain pohon besar, rumput, dan jenis tanaman lain.

Sema sekali tidak melihat danau atau pun desa.

“Ayah, aku lelah, bolehkah aku digendong lagi?“ Meisya mendongak ke atas dan bertanya kepada Isander.

“Boleh, Sayang. Buka kedua tanganmu.“

Setelah mengatakan itu, Meisya mengikuti perintah Isander dan membuka tangannya, kemudian Isander mengangkat tubuh Meisya dengan hati-hati.

Meisya merasa sangat bosan, ia memainkan rambut Isander yang hampir menyentuh telinga untuk meringankan rasa bosannya.

Merasakan sentuhan Meisya, tanpa sadar Isander tersenyum. “Kamu bosan, ya?“

“Umm … iya, Ayah. Meisya bosan berjalan di hutan.“ Meisya menganggukkan kepala kecilnya. “Kapan kita keluar dari hutan, Ayah?“

“Ayah juga tidak tahu, Ayah tidak memiliki peta. Meisya yang sabar saja,” ucap Isander yang kakinya sudah terasa pegal-pegal.

“Baik, Ayah. Meisya mengerti,” jawab Meisya dengan tatapan yang lembut, “tetapi apakah ayah tidak lelah? Dari tadi Ayah berjalan sambil menggendongku.“

“Tidak lelah, Ayah kuat.“ Isander tersenyum meski tubuh bagian bawah sudah terasa sakit.

Meisya tidak memercayai ucapan Ayahnya, sebab sudah banyak butiran keringat yang keluar dari tubuh Ayahnya. “Turunkan aku, Ayah. Aku tidak mau menjadi beban untuk Ayah.“

“Baiklah, Meisya jalan dahulu sekarang, nanti Ayah akan gendong lagi.“

Setelah itu, Isander menurunkan tubuh kecil Meisya ke bawah. Keduanya berjalan menelusuri hutan tanpa ada petunjuk.

Lebih dari 2 jam mereka berjalan, akhirnya Isander tumbang dan butuh istirahat.

Tubuh Isander ini sangat lemah karena asupan gizi dan nutrisi yang kurang. Bisa dilihat dari lengannya yang kurus dan betisnya yang tipis.

Berjalan selama ini sudah menjadi sesuatu yang luar biasa. Makan saja dia bergantung pada orang lain, dia melakukan barter dengan orang di desa untuk sesuap makanan. Ia tidak bisa berburu hewan.

“Ayah, apa kamu masih terasa sakit kakinya?“

Melihat Isander yang duduk bersandar dengan wajah yang kelelahan, Meisya memandang Isander dengan penuh rasa khawatir.

“Masih, tetapi Ayah pikir sebentar lagi Ayah akan kembali seperti biasa lagi,” Isander berkata sambil berusaha tidak terlihat begitu lelah di depan Meisya.

Mata Meisya berkedip berkali-kali, dan ia berkata penuh harap, “Semoga Ayah bisa cepat pulih dan menjadi lebih kuat supaya bisa berjalan dengan sangat lama.“

Kalimat Meisya seperti anak kecil yang berharap sesuatu yang mustahil menjadi kenyataan.

Namun, begitu kata-kata Meisya keluar, suara mekanis Sistem yang kaku mendadak muncul di telinga Isander.

[Ding! Terdeteksi Bahwa Meisya Memiliki Keinginan! Sistem Memberikan Anda Magnetar Body!]

Terpopuler

Comments

Luxman Al Hakim

Luxman Al Hakim

nex

2023-07-22

4

Taaku

Taaku

sip

2023-05-25

2

King

King

👍🏻👍🏻

2023-04-28

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Menyeberang Dunia?
2 Bab 2: Makan Ayam Bakar
3 Bab 3: Tersesat di Hutan
4 Bab 4: Integrasi Magnetar Body
5 Bab 5: Status Diri
6 Bab 6: Objek Pelatihan
7 Bab 7: Monster Ikan
8 Bab 8: Hentakkan Kaki
9 Bab 9: Seorang Wanita Aneh
10 Bab 10: Asal Daerah Giya
11 Bab 11: Rumah Pohon
12 Bab 12: Jenis Agter
13 Bab 13: Latihan Satu Malam
14 Bab 14: Pergi ke Rain Settlement
15 Bab 15: Mengungkapkan Kekuatan
16 Bab 16: Giya Bingung
17 Bab 17: Laporan kepada Ketua Pemukiman
18 Bab 18: Hadiah untuk Meisya
19 Bab 19: Mencari Barang
20 Bab 20: Kerja Bagus
21 Bab 21: Koin Mata Uang Dunia
22 Bab 22: Melawan Belasan Catagtress
23 Bab 23: Pengakuan Warga Pemukiman
24 Bab 24: Membantu Berburu
25 Bab 25: Berangkat Misi
26 Bab 26: Pergi ke Tempat Misi
27 Bab 27: Bakteri Ganas
28 Bab 28: Rencana di Rumah Pohon
29 Bab 29: Hadiah Baru Isander
30 Bab 30: Sirip Monster
31 Bab 31: Senjata Kebangkitan?
32 Bab 32: Menemukan Sungai Lain
33 Bab 33: Memperkuat Jembatan
34 Bab 34: Berniat Membantu
35 Bab 35: Mulai Pertarungan Banteng Merah
36 Bab 36: Banteng Merah Mati
37 Bab 37: Mengubur Jasad Banteng Merah
38 Bab 38: Bermesraan Depan Giya & Nina
39 Bab 39: Berpisah dengan Sejoli
40 Bab 40: Membuat Rumah Pohon Baru
41 Bab 41: Pemusnahan yang Malas
42 Bab 42: Penyerangan Kedua Wanita
43 Bab 43: Tidak Menepati Janji
44 Bab 44: Menguburkan Pasangan Tidak Beruntung
45 Bab 45: Meninggalkan Kedua Makam
46 Bab 46: Kemampuan Defensif Baru
47 Bab 47: Sampai di Rain Settlement
48 Bab 48: Keanehan Terjadi
49 Bab 49: Mengobrol dengan Pak Tole
50 Bab 50: Makan Malam yang Aneh
51 Bab 51: Warga yang Aneh
52 Bab 52: Melawan Pak Tole
53 Bab 53: Muntahan Jorok
54 Bab 54: Monster yang Merepotkan
55 Bab 55: Perubahan Spidgarets.
56 Bab 56: Kebenaran Pak Tole
57 Bab 57: Pak Ghandi Menghilang
58 Bab 58: Peningkatan Kemampuan
59 Bab 59: Perkebunan Wangi
60 Bab 60: Dua Orang Asing
61 Bab 61: Pasangan Mencurigakan
62 Bab 62: Sedikit Curiga
63 Bab 63: Menemukan Pelaku Ayam Hilang
64 Bab 64: Panggilan Minta Tolong
65 Bab 65: Tarian Tombak Hitam
66 Bab 66: Pembersihan
67 Bab 67: Sungai Bersih
68 Bab 68: Bergabung ke Kelompok
69 Bab 69: Kelompok Terbentuk
70 Bab 70: Mode Beast yang Aneh
71 Bab 71: Peningkatan Kekuatan Para Anggota
72 Bab 72: Beaster Badge Tak Diketahui
73 Bab 73: Kelompok Aneh
74 Bab 74: Sampai di Kota
75 Bab 75: Meisya Bijaksana
76 Bab 76: Kelompok Aneh
77 Bab 77: Kabar Baik
78 Bab 78: Membuat Rumah Kayu
79 Bab 79: Memburu Monster Kota Garuda
80 Bab 80, Goatager Dibasmi
81 Bab 81: Bertemu Cenagon
82 Bab 82: Monster Rusa
83 Bab 83: Regenerasi yang Kuat
84 Bab 84: Anak Monster Rusa
85 Bab 85: Membantai Monster Semalaman
86 Bab 86: Keakraban Cenagon
87 Bab 87: Monster Misterius
88 Bab 88: Monster yang Menyedihkan
89 Bab 89: Monster Kelabang Kuat
90 Bab 90: Orang yang Dikenal
91 Bab 91: Anak Buah Kelabang Keluar
92 Bab 92: Identitas Cenagon
93 Bab 93: Pencipta Cenagon Sangat Kuat?
94 Bab 94: Penjual Gelang?
95 Bab 95: Kemampuan yang Tepat
96 Bab 96: Jejak Kaki Monster
97 Bab 97: Anggota Baru
98 Bab 98: Kebangkitan Dua Gadis
99 Bab 99: Mulai Menguji Kemampuan Gadis Remaja
100 Bab 100: Memeriksa Pemukiman
101 Bab 101: Dua Gadis Pemula
102 Bab 102: Pergi ke Kota Komodo
103 Bab 103: Pemimpin Monster Tiap Level
104 Bab 104: Sesuatu yang Aneh
105 Bab 105: Membantai Tanaman Aneh
106 Bab 106: Sosok Mengejutkan
107 Bab 107: Kekecewaan Isander
108 Bab 108: Garuda Comity Melawan Deegiant
109 Bab 109: Biar Aku Saja
110 Bab 110: Isander Melawan Deegiant
111 Bab 111 Akhir Deegiant
112 Bab 112: Permintaan Maaf Sesungguhnya
113 Bab 113: Nama Baru Rusa
114 Bab 114: Kimaya yang Unik dan Misterius
115 Bab 115: Sampai di Kota Komodo
116 Bab 116: Bertemu Aqila dan Temannya
117 Bab 117: Perpisahan dengan Aqila
118 Bab 118: Kebangkitan Elemen Kedua Aqila
119 Bab 119: Aqila yang Beruntung
120 Bab 120: Ikut ke Kelompok Agter
121 Bab 121: Gelombang Kedua Serbuan
122 Bab 122: Pertempuran yang Makin Panjang
123 Bab 123: Debut Awal Isander
124 Bab 124: Mengakhiri Serbuan Monster
125 Bab 125: Serbuan Monster Tambahan
126 Bab 126: Bertemu Kelompok Penguntit
127 Bab 127: Kejadian Tak Terduga
128 Bab 128: Penyerangan Tiba-tiba
129 Bab 129: Datang Tepat Waktu
130 Bab 130: Masuk ke Mode Serius
131 Bab 131: Monster Berevolusi
132 Bab 132: Tangan Raksasa
133 Bab 133: Kembali dan Mengobrol
134 Bab 134: Membantu Pemulihan Kota
135 Bab 135: Tidak Sengaja Mencuri
136 Bab 136: Menemukan Candi Borobudur Rusak
137 Bab 137: Peningkatan Kedua Anak Burung
138 Bab 138: Menemukan Benda Misterius
139 Bab 139: Pengakuan Isander
140 Bab 140: Informasi Goron
141 Bab 141: Peningkatan Semua Anggota
142 Bab 142: Obrolan Santai Cenagon
143 Bab 143: Kejadian yang Menyebalkan
144 Bab 144: Pelaku yang Misterius
145 Bab 145: Aqila Datang
146 Bab 146: Pelaku Sementara
147 Bab 147: Ada Rasa
148 Bab 148: Bimbang Hati
149 Bab 149: Melawan Dua Monster S
150 Bab 150: Tamu Luar Biasa
151 Bab 151: Pertemuan Anggota Komplit
152 Bab 152: Monster C yang Jarang
153 Bab 153: Menebak Monster S
154 Bab 154: Hubungan Isander dan Aqila
155 Bab 155: One Shoot One Kill
156 Bab 156: Rencana Pemulihan
157 Bab 157: Pengukuran Tinju
158 Bab 158: Melanjutkan Perjalan Cilacap
159 Bab 159: Monster Pengisap
160 Bab 160: Melanjutkan ke Monster S lainnya
161 Bab 161: Gorgoter atau Elgoter?
162 Bab 162: Monster Gorgoter Aneh
163 Bab 163: Menghabisi Gorgoter
164 Bab 164: Latihan Melawan Monster S
165 Bab 165: Dua Pilihan
166 Bab 166: Masalah Persimpangan Sosial
167 Bab 167: Kabar Gembira Reza
168 Bab 168: Bukti Monster Baru
169 Bab 169: Minuman Meresahkan
170 Bab 170: Enam Monster Elgoter
171 Bab 171: Supreme Elgoter Begitu
172 Bab 172: Orang Misterius?
173 Bab 173: Pengkhianatan?
174 Bab 174: Giya Pengintip
175 Bab 175: Wanita Memang Tak Terduga
176 Bab 176: Tindakan Mendadak Cenagon
177 Bab 177: Hadiah dari Cenagon
178 Bab 178: Sparing dengan Cenagon
179 Bab 179: Tato Baru
180 Bab 180: Anomali Besar
181 Bab 181: Bertahan Sejenak
182 Bab 182: Bertemu Kei dan Timnya
183 Bab 183: Kedatangan Garuda Comity
184 Bab 184: Diskusi Bersama Kei
185 Bab 185: Pegunungan Purbalingga
186 Bab 186: Kemampuan Baru Tak Terlihat
187 Bab 187: Perekrutan yang Untung
188 Bab 188: Kemampuan Anggota Berevolusi
189 Bab 189: Kemampuan Fusion
190 Bab 190: Ketidaksengajaan
191 Bab 191: Dua Anggota Menjadi Kuat
192 Bab 192: Kebangkitan Kedua Reza
193 Bab 193: Monster S Menghilang
194 Bab 194: Menghabisi Monster S
195 Bab 195: Rencana Salah
Episodes

Updated 195 Episodes

1
Bab 1: Menyeberang Dunia?
2
Bab 2: Makan Ayam Bakar
3
Bab 3: Tersesat di Hutan
4
Bab 4: Integrasi Magnetar Body
5
Bab 5: Status Diri
6
Bab 6: Objek Pelatihan
7
Bab 7: Monster Ikan
8
Bab 8: Hentakkan Kaki
9
Bab 9: Seorang Wanita Aneh
10
Bab 10: Asal Daerah Giya
11
Bab 11: Rumah Pohon
12
Bab 12: Jenis Agter
13
Bab 13: Latihan Satu Malam
14
Bab 14: Pergi ke Rain Settlement
15
Bab 15: Mengungkapkan Kekuatan
16
Bab 16: Giya Bingung
17
Bab 17: Laporan kepada Ketua Pemukiman
18
Bab 18: Hadiah untuk Meisya
19
Bab 19: Mencari Barang
20
Bab 20: Kerja Bagus
21
Bab 21: Koin Mata Uang Dunia
22
Bab 22: Melawan Belasan Catagtress
23
Bab 23: Pengakuan Warga Pemukiman
24
Bab 24: Membantu Berburu
25
Bab 25: Berangkat Misi
26
Bab 26: Pergi ke Tempat Misi
27
Bab 27: Bakteri Ganas
28
Bab 28: Rencana di Rumah Pohon
29
Bab 29: Hadiah Baru Isander
30
Bab 30: Sirip Monster
31
Bab 31: Senjata Kebangkitan?
32
Bab 32: Menemukan Sungai Lain
33
Bab 33: Memperkuat Jembatan
34
Bab 34: Berniat Membantu
35
Bab 35: Mulai Pertarungan Banteng Merah
36
Bab 36: Banteng Merah Mati
37
Bab 37: Mengubur Jasad Banteng Merah
38
Bab 38: Bermesraan Depan Giya & Nina
39
Bab 39: Berpisah dengan Sejoli
40
Bab 40: Membuat Rumah Pohon Baru
41
Bab 41: Pemusnahan yang Malas
42
Bab 42: Penyerangan Kedua Wanita
43
Bab 43: Tidak Menepati Janji
44
Bab 44: Menguburkan Pasangan Tidak Beruntung
45
Bab 45: Meninggalkan Kedua Makam
46
Bab 46: Kemampuan Defensif Baru
47
Bab 47: Sampai di Rain Settlement
48
Bab 48: Keanehan Terjadi
49
Bab 49: Mengobrol dengan Pak Tole
50
Bab 50: Makan Malam yang Aneh
51
Bab 51: Warga yang Aneh
52
Bab 52: Melawan Pak Tole
53
Bab 53: Muntahan Jorok
54
Bab 54: Monster yang Merepotkan
55
Bab 55: Perubahan Spidgarets.
56
Bab 56: Kebenaran Pak Tole
57
Bab 57: Pak Ghandi Menghilang
58
Bab 58: Peningkatan Kemampuan
59
Bab 59: Perkebunan Wangi
60
Bab 60: Dua Orang Asing
61
Bab 61: Pasangan Mencurigakan
62
Bab 62: Sedikit Curiga
63
Bab 63: Menemukan Pelaku Ayam Hilang
64
Bab 64: Panggilan Minta Tolong
65
Bab 65: Tarian Tombak Hitam
66
Bab 66: Pembersihan
67
Bab 67: Sungai Bersih
68
Bab 68: Bergabung ke Kelompok
69
Bab 69: Kelompok Terbentuk
70
Bab 70: Mode Beast yang Aneh
71
Bab 71: Peningkatan Kekuatan Para Anggota
72
Bab 72: Beaster Badge Tak Diketahui
73
Bab 73: Kelompok Aneh
74
Bab 74: Sampai di Kota
75
Bab 75: Meisya Bijaksana
76
Bab 76: Kelompok Aneh
77
Bab 77: Kabar Baik
78
Bab 78: Membuat Rumah Kayu
79
Bab 79: Memburu Monster Kota Garuda
80
Bab 80, Goatager Dibasmi
81
Bab 81: Bertemu Cenagon
82
Bab 82: Monster Rusa
83
Bab 83: Regenerasi yang Kuat
84
Bab 84: Anak Monster Rusa
85
Bab 85: Membantai Monster Semalaman
86
Bab 86: Keakraban Cenagon
87
Bab 87: Monster Misterius
88
Bab 88: Monster yang Menyedihkan
89
Bab 89: Monster Kelabang Kuat
90
Bab 90: Orang yang Dikenal
91
Bab 91: Anak Buah Kelabang Keluar
92
Bab 92: Identitas Cenagon
93
Bab 93: Pencipta Cenagon Sangat Kuat?
94
Bab 94: Penjual Gelang?
95
Bab 95: Kemampuan yang Tepat
96
Bab 96: Jejak Kaki Monster
97
Bab 97: Anggota Baru
98
Bab 98: Kebangkitan Dua Gadis
99
Bab 99: Mulai Menguji Kemampuan Gadis Remaja
100
Bab 100: Memeriksa Pemukiman
101
Bab 101: Dua Gadis Pemula
102
Bab 102: Pergi ke Kota Komodo
103
Bab 103: Pemimpin Monster Tiap Level
104
Bab 104: Sesuatu yang Aneh
105
Bab 105: Membantai Tanaman Aneh
106
Bab 106: Sosok Mengejutkan
107
Bab 107: Kekecewaan Isander
108
Bab 108: Garuda Comity Melawan Deegiant
109
Bab 109: Biar Aku Saja
110
Bab 110: Isander Melawan Deegiant
111
Bab 111 Akhir Deegiant
112
Bab 112: Permintaan Maaf Sesungguhnya
113
Bab 113: Nama Baru Rusa
114
Bab 114: Kimaya yang Unik dan Misterius
115
Bab 115: Sampai di Kota Komodo
116
Bab 116: Bertemu Aqila dan Temannya
117
Bab 117: Perpisahan dengan Aqila
118
Bab 118: Kebangkitan Elemen Kedua Aqila
119
Bab 119: Aqila yang Beruntung
120
Bab 120: Ikut ke Kelompok Agter
121
Bab 121: Gelombang Kedua Serbuan
122
Bab 122: Pertempuran yang Makin Panjang
123
Bab 123: Debut Awal Isander
124
Bab 124: Mengakhiri Serbuan Monster
125
Bab 125: Serbuan Monster Tambahan
126
Bab 126: Bertemu Kelompok Penguntit
127
Bab 127: Kejadian Tak Terduga
128
Bab 128: Penyerangan Tiba-tiba
129
Bab 129: Datang Tepat Waktu
130
Bab 130: Masuk ke Mode Serius
131
Bab 131: Monster Berevolusi
132
Bab 132: Tangan Raksasa
133
Bab 133: Kembali dan Mengobrol
134
Bab 134: Membantu Pemulihan Kota
135
Bab 135: Tidak Sengaja Mencuri
136
Bab 136: Menemukan Candi Borobudur Rusak
137
Bab 137: Peningkatan Kedua Anak Burung
138
Bab 138: Menemukan Benda Misterius
139
Bab 139: Pengakuan Isander
140
Bab 140: Informasi Goron
141
Bab 141: Peningkatan Semua Anggota
142
Bab 142: Obrolan Santai Cenagon
143
Bab 143: Kejadian yang Menyebalkan
144
Bab 144: Pelaku yang Misterius
145
Bab 145: Aqila Datang
146
Bab 146: Pelaku Sementara
147
Bab 147: Ada Rasa
148
Bab 148: Bimbang Hati
149
Bab 149: Melawan Dua Monster S
150
Bab 150: Tamu Luar Biasa
151
Bab 151: Pertemuan Anggota Komplit
152
Bab 152: Monster C yang Jarang
153
Bab 153: Menebak Monster S
154
Bab 154: Hubungan Isander dan Aqila
155
Bab 155: One Shoot One Kill
156
Bab 156: Rencana Pemulihan
157
Bab 157: Pengukuran Tinju
158
Bab 158: Melanjutkan Perjalan Cilacap
159
Bab 159: Monster Pengisap
160
Bab 160: Melanjutkan ke Monster S lainnya
161
Bab 161: Gorgoter atau Elgoter?
162
Bab 162: Monster Gorgoter Aneh
163
Bab 163: Menghabisi Gorgoter
164
Bab 164: Latihan Melawan Monster S
165
Bab 165: Dua Pilihan
166
Bab 166: Masalah Persimpangan Sosial
167
Bab 167: Kabar Gembira Reza
168
Bab 168: Bukti Monster Baru
169
Bab 169: Minuman Meresahkan
170
Bab 170: Enam Monster Elgoter
171
Bab 171: Supreme Elgoter Begitu
172
Bab 172: Orang Misterius?
173
Bab 173: Pengkhianatan?
174
Bab 174: Giya Pengintip
175
Bab 175: Wanita Memang Tak Terduga
176
Bab 176: Tindakan Mendadak Cenagon
177
Bab 177: Hadiah dari Cenagon
178
Bab 178: Sparing dengan Cenagon
179
Bab 179: Tato Baru
180
Bab 180: Anomali Besar
181
Bab 181: Bertahan Sejenak
182
Bab 182: Bertemu Kei dan Timnya
183
Bab 183: Kedatangan Garuda Comity
184
Bab 184: Diskusi Bersama Kei
185
Bab 185: Pegunungan Purbalingga
186
Bab 186: Kemampuan Baru Tak Terlihat
187
Bab 187: Perekrutan yang Untung
188
Bab 188: Kemampuan Anggota Berevolusi
189
Bab 189: Kemampuan Fusion
190
Bab 190: Ketidaksengajaan
191
Bab 191: Dua Anggota Menjadi Kuat
192
Bab 192: Kebangkitan Kedua Reza
193
Bab 193: Monster S Menghilang
194
Bab 194: Menghabisi Monster S
195
Bab 195: Rencana Salah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!