Isander dengan cepat membalikkan tubuhnya dan menutup satu telinga Meisya untuk mengurangi dampak suara keras teriakan dari monster.
“Ayah, makhluk apa itu? Meisya takut!“ Meisya yang melihat monster ini sekilas, langsung membenamkan wajahnya dan tak berani melihat monster lagi.
“Jangan takut, Meisya. Ada Ayah yang menjagamu.“ Isander mengusap punggung Meisya yang gemetar dan mencoba menenangkan diri Meisya. “Sekarang kamu tutup matamu dan peluk Ayah dengan erat. Ayah akan mengalahkan monster ini untuk Meisya.“
“Baik, Meisya akan memeluk Ayah sekarang.“
Setelah kalimat itu keluar, Meisya memeluk leher Isander dan memejamkan matanya. Terlihat bulu mata lentik Meisya bergetar karena dirinya masih merasa takut.
Merasakan Meisya memeluknya, Isander mempertajam pandangannya ke arah monster ikan yang aneh dan jelek di depannya.
Tatapan Isander membuat monster ini merasa terprovokasi. Monster bergerak dengan keempat kakinya dan merangkak cepat menuju Isander.
Melihat monster mulai melakukan penyerangan, mulut Isander melengkung membentuk senyuman.
Dalam penglihatannya, gerakan monster ini terlihat lambat, sangat mudah untuknya menghindar.
Gerakan yang lamban berasal dari dampak ukuran tubuhnya yang besar, ukuran monster ini melebihi ukuran sapi jantan.
Kaki Isander menekuk, kemudian menendang tanah hingg tubuhnya terhempas jauh meninggalkan tempat dia berdiri sebelumnya.
Monster ini terkejut melihat target mangsanya terbang, padahal sebentar lagi dia bisa menggigit makhluk kecil ini dan merobek dagingnya, menjadikannya sebagai makanan.
Isander tersenyum begitu melihat monster ikan ini terdiam sesaat seperti orang yang terkejut karena sesuatu yang mengejutkan.
Dengan santai Isander menatap balik pandangan mata monster ikan yang penuh dengan amarah.
Sebelum melompat, Isander mencoba mengaktifkan kekuatan kayunya, tetapi itu tidak berfungsi, sebab pohon-pohon jauh dari tempat ini.
Pohon terdekat saja jaraknya sekitar 30 meter dari tempatnya berdiri itu terlalu jauh dan tak memiliki waktu untuk mendatangkan pohon ke sini.
Kemampuan Wood Control hanya bisa digunakan apabila di sekitar terdapat pohon atau benda yang bersifat kayu. Jika tidak ada itu semua, Isander tidak bisa menggunakan kemampuannya.
Sejak awal monster ini bergerak sampai dirinya mendarat setelah menghindar, Isander terus mencoba mengaktifkan kekuatannya. Namun, pohon-pohon yang ia bisa kendalikan terlalu jauh darinya, itu tidak bisa digunakan secara efektif, apalagi efesien.
Isander akan mencoba untuk memindah pohon-pohon agar lebih dekat dengannya.
Chuaakks!
Monster ini meraung lagi dengan diselimuti perasaan marah yang melonjak.
Berikutnya, monster ini merangkak dengan kecepatan yang tinggi menuju Isander.
Melihat jarak monster yang masih jauh dan kecepatan merangkak nya tidak secepat gerakannya, Isander mengambil sebuah batu berukuran sekepalan tangan orang dewasa yang tak jauh dari kakinya, kemudian mata Isander terkunci pada bagian kepala monster yang serupa dengan kepala ikan yang agak pipih vertikal.
Suara langkah kaki monster ini makin jelas terdengar di telinga Meisya, artinya monster tersebut makin dekat dengan Ayah dan dirinya.
Meisya terus menekan rasa takut dihatinya sambil berharap mereka berdua selamat dari ancaman monster.
Begitu jarak di antara Isander dan monster makin mengecil, tiba-tiba sebuah siluet bayangan hitam kecil melesat sangat cepat hingga menembus tubuh monster.
Monster ikan ini mendadak berhenti merangkak dan berdiri diam tak bergerak sejenak di tempat, kemudian tubuh monster ini miring hingga akhirnya jatuh secara lambat.
Bam!
Sebuah darah berwarna merah gelap yang hampir mendekati warna hitam keluar dari kepala monster ini.
Jika dilihat dengan jelas, terdapat sebuah lubang berukuran kepalan tangan orang dewasa di kepala monster yang menembus hingga bagian tubuh belakang.
“Satu lemparan batu mati begitu saja? Apakah lemparannya terlalu keras?“ Isander berkata sambil melihat tangan kanannya.
“Ayah, apakah monsternya sudah dikalahkan?“ Meisya masih memejamkan matanya dan memeluk tubuh Isander. Mendengar tidak ada gerakan, Meisya berpikir monster tersebut telah dikalahkan oleh Isander.
“Sudah, Sayang. Namun, Ayah harus membuang monster ini. Ayah akan memberi tahu Meisya kalau sudah dibuang.“
Meisya mengangguk. “Meisya akan menunggu.“
Setelah itu, Isander berjalan menuju mayat monster yang mirip ikan dan memiliki empat kaki. Untuk beberapa saat, Isander melihat bentuk dari keseluruhan monster satu ini.
Isander menjadi yakin bahwa monster ini memang berjenis ikan, tetapi Isander berspekulasi bahwa monster ini mengalami mutasi sehingga menumbuhkan empat kaki yang memiliki tiga cakar.
Kaki ini masih diselimuti sisik layaknya sisik ikan, dan mempunyai sendi lutut yang terdapat sesuatu yang mencuat keluar.
Tangan Isander terulur dan ia menyentuh sesuatu yang keluar dari sendi ini. “Kayu? Sesuatu ini terbuat dari kayu?“
Begitu Isander pegang, ternyata sesuatu tersebut adalah kayu, sebab memiliki serat layaknya sebuah kayu.
“Aneh, mengapa aku tidak merasakan kendali pada kayu ini?“ Isander merenung sambil mengamati lebuh lanjut seputar tumbuh monster ikan. “Kayu keluar dari tubuh, berarti monster ini terbuat dari tumbuhan?“
“Jika iya, mengapa aku tidak bisa merasakan kendali terhadap kayu yang keluar ini? Aku sama sekali tidak mengerti.“ Isander bingung dengan fakta ini, ia tidak salah lihat, kayu memang keluar dari sendi monster ini. Namun, ia hanya melihat kayu pada bagian sendi lutut saja, selebihnya tidak ada.
Diingat-ingat lagi, Isander juga melihat akar panjang yang muncul di tubuh monster kucing besar. Akar tersebut juga sama, Isander tidak bisa mengendalikan layaknya kayu sungguhan.
Begitu memikirkan ini, ia bergerak memegang kayu yang muncul dari sendi monster dan membuang mayat monster ini jauh dari tepi sungai.
Selanjutnya, Isander berlari dan pergi mengikuti aliran sungai, meninggalkan mayat monster di tempatnya tanpa ada peduli sedikit pun.
“Ayah, apakah monster itu sudah dibuang?“ tanya Meisya yang masih memejamkan matanya. Gadis kecil ini termasuk orang yang sabar.
Isander mengusap rambut panjang Meisya dengan penuh kasih sayang. “Sudah, Meisya boleh membuka mata sekarang. Monsternya sudah tidak ada lagi.“
Usai kata-kata itu keluar, Meisya membuka matanya dan langsung menatap wajah Isander yang tampan. “Ayah hebat! Bisa mengalahkan monster itu dan membuangnya! Meisya sayang Ayah!“
Meisya berseru memuji Isander dengan mata yang terkandung kekaguman yang tak tertahankan.
“Hahaha, Ayah hebat juga karena kamu, Sayang. Meisya adalah sumber kekuatan Ayah. Ayah tidak bisa hidup jika tidak ada Meisya. Jadi, jangan tinggalkan Ayah, ya? Ayah sayang Meisya.“
“Iya, Ayah! Meisya tidak akan pernah meninggalkan Ayah selamanya.“
Sesudahnya mengatakan itu, keduanya saling berpelukan, saling mengirimkan perasaan sayang satu sama lain. Isander tidak bisa menahan untuk tidak menciumi kening Meisya dengan lembut.
Bam! Bam! Bam!
Tepat ketika mereka berpelukan sambil Isander berjalan, terdengar suara langkah kaki yang berat di telinga keduanya.
Mendengar ini dengan jelas, Isander langsung berbalik ke belakang dan memalingkan kepalanya untuk melihat sesuatu yang ada di belakangnya.
Dalam pandangannya, Isander melihat sekelompok monster yang mirip dengan monster ikan yang baru saja ia bunuh.
Kumpulan monster ikan ini berjumlah belasan, Isander tidak tahu tepatnya berapa, yang paling pasti ia harus pergi dan lari dari kejaran mereka kelompok monster ini.
Namun, begitu Isander membalikkan badannya lagi ke arah semula, ia melihat sebuah kelompok monster yang sama sedang berlari ke arahnya.
Ternyata bukan hanya dari belakang, monster-monster bajingan ini juga muncul dari arah depan.
“Sial! Monster ikan!"
Isander memasang posisi siaga sambil menatap monster-monster yang makin dekat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
息子D.Put
.
2023-08-25
2
Just Love It
lha itu monster ikan mau tawuran x y
2023-07-26
3
Lari Ada Wibu
mantap thor
2023-07-18
3