“Ya, aku mengerti. Tidur saja, aku akan menjaga Meisya, aku juga tidak akan melakukan hal buruk padamu saat tidur,” kata Isander dengan santai. Ia akan memegang omongannya, tidak akan diingkari.
Tilikan mata Giya sempat ragu, tetapi ketika melihat wajah Isander yang serius, ia percaya pada Isander dan akan tidur di rumah pohon ini dengan Isander … serta anaknya.
Perlahan Giya merebahkan tubuhnya di lantai, kemudian menghadapkan tubuhnya ke arah dinding rumah pohon, wajah kasurnya tidak mau ditunjukkan kepada Isander, terlalu malu untuk dilihat.
Melihat Giya yang terbaring dan mulai tidur, Isander memejamkan matanya untuk mencoba melihat antarmuka Sistem di dalam kepalanya.
Statusnya belum berubah, semua kemampuan yang ia dapatkan tetap ada di level atau tingkat D.
Meskipun demikian, Isander bisa merasakan kendalinya terhadap pohon berkambium makin dalam daripada sebelumnya, ada kemajuan signifikan setelah melatih kemampuannya diam-diam.
Sepanjang jalan menuju rumah pohon, Isander mengasah kemampuan kendali pohon dan kaki tanahnya secara sembunyi-sembunyi, itu tidak diketahui oleh Giya, sebab Isander menggunakan kemampuan dalam skala kecil, hanya menggerakkan ranting dan membuat retakan kecil di tanah.
Latihan kecil itu ternyata dapat membantu dalam penguasaan kemampuannya.
Sementara itu, Magnetar Body tidak dilatih olehnya karena ia tidak tahu cara melatihnya, tetapi ia bisa merasakan bahwa tubuhnya bertambah kuat setiap detik walaupun sedikit.
Dengan memejamkan matanya, kemampuan mengendalikan kayu ia lakukan latihan lagi dalam diam.
Isander baru sadar bahwa kendali kayunya bisa berfungsi dalam beberapa meter darinya. Batasnya pada jarak 7 meter darinya berada.
Dengan ketinggian pohon yang ada di bawah 5 meter, Isander bisa menggerakkan pohon yang ada di sekitar jangkauan 7 meter.
Pohon yang ada di sebelah rumah pohon mengalami pergerakan abnormal dan gerakan itu halus hampir tidak kelihatan.
Kemampuan tanahnya tidak bisa digunakan oleh Isander, sebab dia berada di atas pohon dan bukan tanah. Kedua kemampuan ini memiliki syarat untuk digunakan, yakni harus ada sesuatu yang berhubungan dengan kemampuannya, seperti kemampuan kayu yang membutuhkan kayu. Kemampuannya tidak bisa menghasilkan kayu sendiri ataupun tanah sendiri.
Terpaksa Isander katakan bahwa 2 kemampuannya sangat tidak praktis karena tidak bisa mengadakan unsur dari yang dibutuhkan untuk pengendalian. Apabila dia berada di tempat yang tidak ada pohon dan tanah, ia benar-benar tidak bisa menggunakan kemampuannya, contohnya di dalam gedung, sama sekali tidak bisa menggunakan kedua kemampuan ini.
Sangat merepotkan, ia cuma bisa memanfaatkan fisiknya saja. Untungnya, Isander mendapatkan kemampuan fisik yang cukup untuk menutup kelemahannya. Namun, bagi Isander itu belum cukup.
Harus ada kemampuan lain yang bisa menutup semua kelemahan agar dirinya bisa berjuang hidup dan bertanding dengan monster-monster di dunia yang mengerikan ini. Isander tidak akan kalah, Meisya harus hidup di dunia dengan nyaman.
Sepanjang malam, Isander duduk tegak sembari memejamkan matanya. Ia mengasah kemampuannya dalam satu malam penuh.
Isander tidak begitu membutuhkan istirahat karena ia bisa merasakan bahwa tubuhnya tidak lagi butuh tidur, bahkan ia berpikir sepertinya dirinya tidak butuh makan dan minum.
Tampaknya Magnetar Body memiliki kemampuan lain, ia bisa hidup tanpa tidur, makan, dan minum.
Walaupun demikian, Isander akan tetap tidur, makan, dan minum jika dirinya ingin. Dia masih menganggap dirinya sebagai manusia yang membutuhkan keperluan biologis semacam itu.
Mentari pagi muncul dari ufuk timur dan mulai menerangi seluruh hutan.
Isander mengetahui matahari telah terbit, lantaran pohon yang ia ambil alih memiliki reaksi khusus saat disinari oleh cahaya mentari…
Mata Isander terbuka dan ia melihat Giya dan Meisya yang masih terlelap dalam tidur. Posisi Meisya berubah, ia kini sedang tidur miring, sedangkan Giya berpindah posisi dengan tubuhnya menghadap ke dirinya, Isander bisa melihat wajah Giya tidak seperti wajah normalnya ketika tidak tidur, wajahnya kini terlihat agak bengkak, efek normal dari tidur.
Keduanya masih tidur dan Isander tidak mau mengganggu mereka berdua, biarkan mereka bangun dengan sendirinya.
Salah satu Jendela rumah pohon sudah Isander buka sedikit sejak malam begitu Giya benar-benar tertidur. Jika tidak, udara dan oksigen tidak bisa masuk ke dalam, Meisya dan Giya akan merasa sesak dalam tidurnya kalau tak ada oksigen.
Begitu jendela dibuka, Isander mematikan lampu minyak agar rumah pohon tidak ditemukan oleh para monster.
Sebagian cahaya matahari lolos dari halangan dedaunan pohon hutan dan berhasil masuk ke dalam rumah pohon, tak sengaja sinar matahari menerpa wajah Giya yang sedang sibuk tidur.
Merasakan hangat dan terangnya cahaya di wajahnya, tidur Giya terganggu hingga dirinya terbangun dari tidur.
Saat membuka matanya, Giya melihat Isander yang duduk di sebelah Meisya yang masih berbaring di atas kain, Isander menatap anaknya dengan penuh kasih sayang.
Mengetahui Isander tidak memperhatikan dirinya yang memiliki wajah kasur saat tidur, Giya segera duduk dan bersandar pada dinding rumah pohon, tangannya terangkat untuk menutup mulutnya yang menguap.
“Apakah kamu tidak tidur semalam?“ Giya membenarkan posisi duduknya dan menoleh ke arah Isander. “Aku sepertinya tidak dibangunkan tadi malam.“
“Tidak, aku tidak tidur. Benar, aku tidak membangunkanmu.“ Isander tetap memandang Meisya yang tengah tidur dengan postur yang sangat lucu.
“Apa kamu tidak mengantuk sekarang?“ Giya memastikan Isander baik-baik saja setelah tidak tidur selama satu malam. “Jika kamu merasa ngantuk, kamu tidur saja di sini, aku akan menjaga Meisya sampai kamu bangun.“
“Aku sama sekali tidak merasa mengantuk, aku tidak apa-apa.“ Isander tersenyum dan meyakini Giya bahwa dirinya baik-baik saja meski tak tidur.
Diri Isander sendiri tidak apa-apa, ia tetap merasa bugar dan segara saat ini, sama seperti kemarin sebelum malam tiba.
“Baiklah.“ Giya memercayai apa yang diucapkan oleh Isander. Dilihat dari matanya, sosok Isander memang tampak segar dan tak sedikit pun ada aura yang terkesan lemas.
“Habis ini kamu mau ke mana?“ Giya penasaran dengan tujuan Isander setelah pergi dari rumah pohon ini.
Pertanyaan Giya tidak segera Isander jawab, ia menundukkan kepalanya sembari memegang dagunya tampak merenung.
Isander juga tidak tahu habis ini ingin ke mana. Tidak mungkin ia hidup di hutan dan jauh dari orang, terlalu bahaya. Namun, di sisi lain, Isander juga tidak mau hidup hidup di kota, sama sekali tidak ingin dijadikan alat oleh para pemegang kekuasaan di sana.
Jika dia menjadi alat, bagaimana nasib Meisya di masa depan nantinya. Kemungkinan besar Meisya juga hanya diperbudak oleh mereka para diktator jahat.
Lebih baik ia tidur atau tinggal di pemukiman luar kota daripada hidup di dalam kota, kalau perlu, Isander ingin membuat tempat tinggalnya yang aman, tanpa harus ada campur tangan orang lain.
“Aku tertarik dengan pemukiman yang kamu sebutkan kemarin, bolehkah kamu memberi tahu di mana tempatnya?“
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
Roni Rozali
semangat terus thot
2023-04-15
5
Yohanes Wijaya
semangat😊
2023-04-15
2
Dan T Reki
wah ternyata mentok
2023-04-15
2