Dengan cepat Dario melepaskan 2 tembakan kearah teras rumah dimana 2 orang penjaga berdiri.
Jret Jret!!
Satu penjaga tersungkur, peluru tepat mengenai kepalanya Namun satu lagi meleset, peluru menembus tembok.
Seorang penjaga lainnya menunduk dan menembak dengan membabi buta, pak Bira menarik baju Dario memaksa dia untuk menunduk. Hampir saja peluru menerjang tubuhnya.
Mendengar tembakan dilepaskan diarah depan, Sumanjono dan kawan kawan langsung lari kedepan lewat Jalan samping.
Dari arah samping Bakir menembakkan kearah seorang penjaga yang sedang berusaha menarik temannya yang tergeletak berlumuran darah.
Penjaga itu kaget dan mengundurkan diri,lari masuk kedalam.
"Semua mundur! Ada bahaya!!" tiba tiba Ridwan berteriak dari atas tembok.
Namun Bakir justru lari kearah pintu gerbang besi depan yang terkunci. Ia memeriksa tembok pintu yang ternyata ditembok kunci.
Dengan sekali tembak tembok itu pecah, ia langsung mendorong pintu gerbang terbuka. Dario terbengong bengong melihat kelakuan Bakir.
Dario dan lainnya langsung melarikan diri kedepan.
Sementara itu Asmoro yang melihat kejadian dibawah, ikut lari kearah depan dan membantu menarik seorang penjaga yang tertembak.
...~...
Ditengah derasnya hujan Pak Narto menyaksikan sebuah kilatan petir yang menyambar atas atap rumah, matanya terbelalak menyaksikan sosok besar berwarna hitam bertengger diatas bumbungan atap rumah.
Ia mengajak Ridwan duduk bersila diatas rumput. Mereka berdua menutup mata dan berdoa.
Sosok hitam besar itu kaget melihat adanya sebuah sinar putih yang melayang mendekati dirinya. Ia merasa dirinya kepanasan, dengan murka ia berdiri mencoba melawan. Tapi sinar putih itu terlalu kuat, dengan suara yang melengking ia terbang keatas dan menghilang.
Pak Narto berdiri dan berlari kearah rombongan Dario.
"Kita harus masuk dan bebaskan mereka sekarang! Mumpung bahaya setan itu lari..Ayo kita masuk lagi!"
"Hah?! Amankah dari setan itu??" Tanya Dario.
"Sementara ini aman! Ayo kalau mau kita masuk sekarang!" ucap Pak Narto dibawah derasnya air hujan yang turun.
"Ayok..kita masuk, kalian ikuti aku! Cepat!!"
Dario diikuti 6 orang polisi itu kembali berlari masuk kepekarangan rumah.
"Benar Dario! Ini kesempatanmu membebaskan mereka!" kata Nuri ditelinga Dario.
"Nuri mereka ada dimana?!" kata Dario.
"Lantai bawah, penjahat penjahat dikamar CCTV lantai atas. Hati hati!" teriak Nuri ditelinga Dario.
"Oke! Kalian menyerang kelantai atas,aku dan Pak Bira kebawah! Hati hati! let's go!!" perintah Dario kepada pasukan kecilnya.
...~...
"Mam! Ada suara tembakan diatas! Hei Ada suara tembakan diatas!!" teriak Toni kepada para tawanan disana sambil memegang perutnya yang masih sakit.
Imam dan lainnya sontak berdiri dan mencoba mendengarkan apa yang sedang terjadi.
Mereka mendengar teriakan orang dan gerakan berbisik dilantai atas, tapi tidak bisa mengerti apa yang terjadi.
"Kemungkunan ada penyerangan,entah dari mana..kalian semua berdiri!" teriak Imam.
Mereka semua terdiam, memandang keatas anak tangga dengan penuh harapan.
Dario dan pak Bira menuruni tangga dengan penuh kehati hatian.
Toni,Imam dan lainnya kaget melihat 2 orang turun dengan pistol ditangan. Mereka semua mundur dan merapatkqn punggung mereka ketembok.
"Itu mereka! Para tawanan!" teriak Nuri dikuping Dario.
...~...
"Jangan takut! Kami polisi!" teriak Dario menuruni tangga dengan langkah cepat mendekati orang orang yang ditawan.
Imam yang pertama tama bergerak melangkahkan kaki mendekat.
"Apakah betul kalian dari kepolisian?" Tanya Imam.
"Ya betul kita harus segera keluar dari sini!"
Perasaan gembira langsung muncul didada para tahanan. Saking gembiranya Toni melepaskan air matanya.
"Kami terikat dengan rantai!" ucap Imam sambil memperlihatkan borgol ditangan yang terikat dengan rantai ketembok.
"Mundur! Aku akan tembakan kerantai!" ujar Dario.
Dario membidikkan pistol kerantai dengan sekali tembak rantai itu putus, meskipun tangan kanan Imam sedikit terguncang. Namun kini rantai itu putus.
"Pak, jangan pakai pistol biar Saya yang tembak agar tidak terdengar dari atas" kata Dario.
Ahirnya ke 4 tawanan itu berhasil dilepaskan dari rantai meskipun demikian borgol masih menggantung tapi mereka sudah tidak terikat lagi.
"Ayok! Kita semua keatas..ikuti aku!" perintah Dario.
Satu persatu anak tangga mereka naiki, tanpa mengeluarkan sedikitpun suara langkah kaki.
Pada saat yang sama...
"Pak kita diserang!" teriak Asmoro kaget melihat Salah satu anggota timnya ditembak orang dari luar, ia tidak menyangka bahwa yang menembak adalah Dario. Saking paniknya ia tidak menengok kearah satu latar monitor yang mana jelas jelas disana Dario berdiri disamping pohon sambil membidikkan pistolnya.
Suginan membungkukkan tubuhnya menyaksikan apa yang terjadi dibawah. Ia langsung mengeluarkan pistol Glock dari balik jaket hitamnya.
"Aku akan keluar! Kamu call bu Ratna ceritakan apa yang terjadi!"
"Baik pak!" Asmoro langsung menelpon bos besarnya.
Tanpa diketahui Asmoro sebelum ia keluar kamar, Suginan memencet angka 666 diponselnya.
"Abort! Tinggalkan semua,keluar lewat tutup saluran air! SEKARANG!!" Suginan menerima pesan dari seseorang.
Ia kembali masuk kekamar CCTV dan mengunci pintu.
"Asmoro! Tembak siapapun yang hendak masuk! Aku akan sedang dari bawah!" Suginan membuka jendela dan loncat keluar.
Asmoro tertinggal sendirian, panik dan bingung menyergao dirinya.
"Anjing! Aku sendirian!!" teriak Asmoro,ia mengeluarkan pistol dan membuka pintu pelan pelan.
Dari kamarnya ia bisa melihat ada beberapa orang menaiki anak tangga dengan pistol ditangan mereka.
Ia membidikkan pistol dan menembak 3 sampai 4 peluru.
Kali ini Patriot yang melihat pertama kali ketika ada sebuah tangan mengacungkan pistol kearah mereka.
"Awas! Ada yang mau nembak!!' teriak Patriot, Namun sayang Sumanjono yang naik tangga paling depan tidak melihat.
Dhar Dhar Dhar Dhar!!!
Dari empat peluru satu menembus perut Sumanjono, ia terpelanting dan roboh.
Bakir dan Patriot menunduk dan bertiarap, Kali ini Bakir membalas tembakan. Tembakan ya membabi buta, tidak karuan tapi tertutup lurus kepintu kamar diatas itu.
Asmoro menarik diri dan masuk kekamarnya lagi, nafasnya terengah engah. Keringat bercucuran deras dikeningnya dan membasahi kedua matanya.
Dengan tangan kiri ia mengusap keringat berkali kali, tangannya gemetar.
...~...
Tiba tiba dari arah bawah, seseorang menembak keatas! Koko seorang anak buah Suginan yang bersembunyi dibalik lemari membidikkan kearah Patriot.
"Kita terjebak!" teriak Patriot sambil melepaskan tembakan kebawah.
Saat itu Dario dan rombongannya sudah berada diatas, ia melihat pertempuran yang tidak seimbang. Ia mengangkat pistol dan menembak kearah Koko.
Jret Jret!!
Koko langsung tumbang tertembus timah panas, satu peluru menembus iga samping dan satu lagi menembus lehernya.
"Kita keluar rumah!! Ayok semuanya lari keluar!!" teriak Dario.
Berhamburan mereka lari dilantai dasar rumah berusaha mencapai pintu depan.
Imam memapah Toni, mereka lari paling terahir. Tubuh Toni bergetar, ketakutan menghampiri perasaannya.
"Ayo Ton! Aku bantu! Kita harus selamatkan diri!!"
Kata Imam memberi semangat.
Dario menoleh kebelakang kearah Imam dan Toni, ia menghentikan langkah dan berlari kebelakang. Pistol ia selipkan dipinggang, dengan sekitar tenaga ia menarik Toni yang kepayahan.
"Cepat! Kita keluar dari rumah celana ini!" teriaknya.
"Bapak keluar kemobil, Saya mau Bantu mereka!!" teriak pak Bira.
Dario sudah tidak menghiraukan apa apa, yang Ada dipikirannya ia harus menyelamatkan mereka..
...∆∆∆∆∆...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments