2 korban lagi.

"Mam,..sepertinya kita akan..akan mati disini, maafkan aku kalau..." Suara Toni terdengar terbata bata.

"Kalau ada salah padamu Mam" Ucap Toni lagi, wajahnya tertunduk lemas. Satu matanya bengkak cukup besar karena hantaman benda tumpul.

Tadi pagi Toni tidak mau mengambil makanan yang diberikan Jeri sang penjaga tahanan. Bahkan saking stresnya Toni membentak Jeri, ia mengatakan siap beradu fisik apabila dilepaskan ikatan borgolnya.

Jeri, sang pengawal sangat marah dan ia langsung menendang dan memukuli wajah Toni hingga berdarah darah.

Imam yang terikat tangannya tidak bisa berbuat banyak, ia hanya bisa menyaksikan temannya yang habis digebuki.

"Ton..bertahan, jangan putus asa..ayok kita berdoa kepada Allah agar kita dibebaskan dari sini..siapa tau ada yang datang menolong kita" Bisik Imam kepada sahabatnya yang duduk terkulai lemah disampingnya.

"Aku tidak kuat Mam, kayanya bangsat itu menghantam berkali kali didaerah ginjalku.."

Keduanya terdiam saat ketika ada 2 orang datang mendekati Jeri yang sedang duduk dibangku didepan ruang sel.

Imam sempat terkejut melihat 2 sosok itu memakai seragam polisi. Orang yang bernama Jeri dengan sigap berdiri dan memberi hormat.

"Jer, siapkan tempat didalam sel, akan ada lagi 2 yang bergabung"

"Siap pak Suginan!" jawab Jeri.

Imam menyimpan nama orang itu kedalam memorinya. Dia selalu berusaha positip, satu saat pasti ia akan lolos dan ketika ia lolos maka semua akan dibeberkan siapa siapa saja ada disana..Namun apabila dirinya selamat keluar tentunya.

Diam diam ia memohon kepada Tuhan agar diampunkan segala dosanya. Dirinya merasa sangat Kotor dan bergelimang dengan dosa dosa besar, Ia mengucapkan janji apabila selamat maka ia akan bertobat sebaik mungkin.

Imam menoleh ketemannya yang duduk bersila hanya ditutupi sehelai kain kotor. Wajahnya lebam membiru, tangannya memegang perutnya,mungkin menahan sakit akibat tendangan dan pukulan.

Imam menarik nafas dalam dalam..Ia menoleh kesekeliling ruang kamar tahanan. Nampaknya ini sebuah kamar dibawah tanah

...~...

Kontrakan rumah Nani di Jalan Tembi menjadi lokasi tempat mereka berkumpul. Sepanjang perjalanan Bambang dan Sandi terus menggoda Tania dan Nani. Semua keahlian dalam rayu merayu mereka keluarkan. Tania dan Nani terpingkel pingkel kegelian ketika Sandi menceritakan cerita lucu.

Kira kira setengah jam sebelum sampai rumah kontrakan Nani, Tania menyempatkan mengirim pesan ke Ratna.

"Setengah jam lagi sampe ke tempat Nani"

"Baik, dirumah Nani ada 2 plastic bag berikan ke tim pembersih. Mereka tau caranya" balas Ratna.

"Hei! Lagi ngapain?" ucap Sandi sambil memeluk tubuh Tania.

"Hihi..mau tau aja kamu"

Tania meliukan badannya kegelian ketika Sandi mencium lehernya berkali kali.

"Sabar sayang..sebentar lagi sampe..Tahan dong, buas sekali ya"

Bukannya berhenti Sandi malah tambah nafsu, Bambang yang duduk didepan tersenyum mendengar ******* nafas Tania. Pikirannya melayang tidak tahan lagi ingin cepat sampai ketujuan.

Benar saja, sesampainya mereka dirumah kontrakan Nani, Bambang langsung menggendong Nani masuk kedalam kamar tidur tanpa menghiraukan Sandi yang sudah bergumul dengan Tania dikursi sofa ruang depan.

Mereka tidak sadar sebelum masuk rumah Tania sudah memencet pesan WhatsApp yang sudah disiapkan kepada Tim pembersih yang dipimpin Suginan.

Kendaraan Suginan memang terparkir tidak jauh dari lokasi rumah kontrakan Nani. Ia menoleh kearah Joko seorang wakilnya.

"Siapkan tali pengikat, tidak lama lagi kita akan lakukan pembersihan"

"Siap 'dan!" jawab Joko.

Awan dilangit mendadak gelap, angin Mulai datang dan hujan rintik rintik turun ketanah. Suginan sempet melihat keluar,memperhatikan cuaca yang berubah.

"Hmm..sebentar lagi hujan" gumamnya.

"Bos,kita langsung parkir dan masuk dari arah belakang dapur saja. Kita tunggu dibelakang dari pada kita kehujanan" ucap Tarno seorang anak buah Suginan.

"Oke, kita masuk..jangan mengeluarkan suara ya"

Dengan mengendap endap 4 orang Masuk lewat pintu samping. Tiba tiba hujan turun dengan deras, perkirakan Tarno benar benar terjadi. Air hujan dengan deras turun menerpa genteng rumah, suaranya keras.

Dengan turunnya hujan yang lebat membuang birahi Sandi tambah memuncak, seakan tiada hari esok Sandi menggerakkan tubuhnya bagai seekor kuda liar yang menggila begitu juga dengan Bambang.

Saking hausnya, ditengah tengah pergumulan Sandi berhenti dan meraih gelas Coca cola dingin . Satu gelas ia habiskan dan kembali ia menuangkan Coca cola mengisi gelasnya yang kosong.

Setelah lima bekas menit mereka menghabiskan waktunya melepaskan dahaga birahi ahirnya Sandi tertidur pulas, bahkan ngoroknya terdengar keras.

Tania cepat cepat melepaskan dirinya dari pelukan Sandi dan memakai pakaiannya.

Ponsel ia rain dan mengontak Suginan.

"Hai..posisi dimana?" bisiknya.

"Kami siap dibelakang rumah,didapur"

"Oh oke..tapi Nani masih kerja bagaimana ini?"

"Kita akan masuk sekarang, tidak Ada waktu lagi"

"Oke"

Tania membuka pintu dapur, 4 orang langsung masuk kedalam. 2 orang langsung kesofa dan menggulung tubuh Sandi yang tergeletak tidur.

Suginan membuka pintu kamar, tanpa merasa malu ia langsung menghantamkan gagang pistol ke belakang kepala Bambang.

Nani terperanjat dan kaget, ia sempat teriak kaget. Nani tidak menyangka Suginan akan masuk tanpa terlebih dahulu memberikan abab aba. Dengan cepat Nani mendorong tubuh Bambang yang pingsan dan mengenakan pakaiannya yang berantakan dilantai.

"Aduuh! Ko tidak kasih tau dulu..ya ampun kaget saya!" ucapnya sambil mengenakan ****** ********.

"Sorry..waktunya mepet,kita harus bergerak cepat"

"Oke..aku sisiran dulu busyet!"

Dalam waktu tidak lama 2 kendaraan melaju meninggalkan rumah kontrakan Nani. Hujan masih turun dengan derasnya. 2 korban baru meringkuk dengan tangan dan kaki terikat dibagasi belakang kendaraan Suginan.

"Bu, kita sudah membawa 2 lagi dan sebentar lagi tiba dilokasi kita" ujar Tania.

"Bagus! Kalian memang anak anak pintar..Tahan mereka dulu, saya akan sampai Surabaya malam ini. Simpan dulu tahanan disana, minggu depan baru akan dilakukan persembahan"

"Siap ibu"

Pembicaraan terputus disitu, Nani tersenyum kearah Tania.

"Sebentar lagi kita akan pesta gila gilaan, aku sudah ga tahan"

"Aku juga sudah ga tahan ingin minum darah darah mereka, aneh ya setiap kali kita minum darah rasanya tenaga dibadan kita bertambah"

...~...

"Halo pak, besok bapak akan ketemu dengan Kasar reskrim, mau dijemput jam berapa?"

"Jam 9 pagi saja, soalnya pagi saya akan laporan sama kantor pusat dulu"

"Siap pak"

Dario langsung menutup pembicaraan dan mengontak Grab untuk menuju kearah perumahan Dharmo Raya.

Beberapa kali, semenjak ia berbicara dengan Asmoro kupingnya serasa mendengar suara Nuri yang mengatakan agar secepatnya kearah rumah di Dharmo Raya sebelum terlambat.

Sepertinya besok ia harus menyesal kendaraan pribadi. Memakai Grab memang ada kendala, ia tidak bisa bebas bergerak.

Selang sepuluh menit sebuah kendaraan Avanza putih mendekat, Dario langsung naik.

"Pak, nanti jangan parkir pas depan rumah, biar Saya Jalan sendiri kesana"

"Baik pak" jawab pak driver.

Dario mengeluarkan topi dari Janet dan mengenakannya, hujan memang deras turun tapi justru adanya hujan itulah yang akan membantu dirinya dalam memeriksa keadaan sekeliling lokasi.

...∆∆∆∆∆...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!