Tertangkapnya Rudi.

Semua anggota tim sudah bersiap diri didalam kendaraan yang terparkir diluar rumah makan. Sengaja kendaraan diparkir agak jauh agar tidak terlihat ketika hendak membuntuti.

Setelah satu jam mereka didalam restoran ahirnya pak Narto melihat kendaraan yang ditumpangi Dario keluar meninggalkan tempat itu .

"Itu dia! Ayo kita ikuti"

Jarak mereka Kira kira 300 meter antara satu dan lainnya. Pak Narto memandang tajam lurus kedepan, tangannya sudah gatel terus menerus ia mengelus gagang pistol didalam Jaket kulitnya.

"Pak Narto, saya mengabarkan bahwa sesuatu telah terjadi"

"Oh apa itu Nuri?"

"Telah terjadi pembunuhan, ada 2 korbannya. Malam ini akan dipersembahkan kepada setan dirumah Ratna"

"Waduh!"

"Setelah semua beres dengan urusan Dario secepatnya kerumah Ratna dan tangkap atau bunuh mereka"

"Baik Baik, akan Saya sampaikan pesan ini ke Pak Dario juga. Terima kasih Nuri"

"Satu lagi, disana akan ada iblis, berhati hatilah"

"Baik terima kasih"

Pak Narto menoleh kearah Ridwan dan pak Bira. Ridwan yang mendengar pembicaraan tadi Jadi gusar, kiranya inilah yang akan menjadi penyerangan yang berbahaya.

...~...

"Jadi sekarang kita kemana?" Tanya Dario didalam kendaraan pak Rudi.

"Kita menuju TKP kita akan memeriksa ulang sesuai dengan rencana awal" jawab pak Rudi.

Dario sempat melirik kebelakang lewat kaca spion sebelah kiri, Ada 2 Mobil dibelakang Mobil pak Rudi dan urutan ke 3 ia melihat mobil Pak Bira membuntuti.

Tepat setengah jam kemudian rombongan Dario sudah sampai disebuah gedung dimana dulu pernah terjadi pembunuhan dimana kasusnya sampai sekarang belum terpecahkan.

Pak Rudi dibantu Suginan melucuti pita polisi dipintu masuk gedung dan dengan menggunakan kunci yang disimpan dipolisi ia membuka pintu itu.

"Silahkan masuk dan periksa setiap kamar" ucap Pak Rudi.

Pintu gerbang terbuka, keadaannya masih sama seperti dulu ketika Dario datang. Tiba tiba pak Rudi mengatakan bahwa mereka harus memeriksa kamar dilantai atas.

"Tapi,kejadian pembunuhan bukannya Ada dilantai bawah?" Tanya Dario.

"Ya betul, tapi kita mulai dari atas saja" jawab pak Rudi.

Dario bingung kenapa lantai atas? disanakan hanya sebuah ruangan kerja yang bersih dan tidak ada apa apanya?

Dario merasakan keanehan, ketika Pak Rudi dan Suginan berjalan didepan tanpa pikir panjang ia mengeluarkan ponsel dan mengirim kode berupa tanda titik 3 kali kepada pak Narto.

Sekali lagi dengan kunci yang Pak Rudi miliki ia membuka pintu kamar atas.

"Silahkan Pak Dario periksa kamar ini saya akan kekamar satu lagi disamping kamar ini" ucap Pak Rudi kalem.

Dario melihat sosok Suginan masih tegak berdiri disampingnya, kenapa orang ini masih berdiri bukankah hausnya bersama Pak Rudi? Pikir Dario.

Ahirnya Dario memberikan isyarat agar orang itu masuk duluan..

"Tidak Pak, silahkan bapak duluan sebagai penyidik silahkan masuk duluan" ucap Suginan sambil menyodorkan tangan kanan mempersilahkan Dario masuk.

Dario ahirnya memasuki kamar itu diikuti dari belakang oleh Suginan.

Ketika Dario sedang menghadap kearah kaca memandang jendela, suara Nuri tiba tiba masuk.

"Awas dia akan tembak dari belakang!"

Dalam hitungan detik Dario melihat refleks dikaca Suginan menaikkan tangan kanan, sebuah Benda terlihat tergenggam ditangan.

Semuanya seperti bergerak secara lambat, detik detik itu seperti berada dalam alam mimpi. Dengan cepat Dario menarik pistol dari balik jaket dan memutar tubuhnya.

Jarak mereka sangat dekat satu dan lainnya..entah bagaimana, apakah Suginan gugup atau memang jarinya agak Kaku..seakan dalam detik itu ia terpana melihat Dario yang dengan sigap memutarkan tubuh sekaligus mengarahkan ujung pistol kedahinya.

Saat yang bersamaan, tim Melati dan tim Pak Narto sudah masuk kedalam rumah. 2 tembakan terdengar keras dan bergema nyaring dari kamar atas, kemudian disusul sebuah tembakan lagi.

Pak Bira, Pak Narto Ridwan dan lainnya mengangkat pistol dan mengarahkan keatas. Tiba tiba dari sebuah kamar keluar Pak Rudi yang juga sudah memegang pistol.

Pak Rudi yang berlari kecil keluar kamar tertegun melihat serombongan orang masuk, ia langsung mengarahkan pistol dan melepaskan tembakan.

Ridwanlah yang pertama melepaskan tembakan balasan dan mengenai betis kaki Pak Rudi. Ia langsung ambruk kelantai, pistol terlepas dari tangan.

"Stop jangan bergerak! Menyerah sekarang!!" teriak pak Bira sambil mengacungkan pistol keatas.

Pak Rudi mengangkat satu tangan tanda menyerah satu tangan lagi memegangi sebelah kakinya yang mengeluarkan banyak darah akibat tembakan.

Saat itu Dario sedang berjongkok, sebuah peluru telah menyerempet pundaknya tapi tidak parah. Dihadapannya terkapar Suginan dengan Luka tembakan dijidat yang langsung membinasakannya.

Dario masih bengong ketika kejadian yang baru saja terjadi telah menimpa dirinya. Telat beberapa detik maka ia akan mati.

"terima kasih Nuri,kamu telah menolong saya" bisiknya.

"Sukurlah Dario" bisik Nuri ditelinganya.

...~...

Pak Bira berlari keatas tangga diikuti lainnya, ia langsung menuju ketempat dimana suara tembakan datang.

Dengan sekali tendang pintu kamar terbuka, Pak Bira kaget melihat Dario dengan posisi jongkok memegang pundaknya.

"Pak! Bapak ketembok?!" teriak pak Bira.

"Entah ya, mungkin hanya keserempet!"

Pak Bira melewati mayat Suginan yang kini bersimbah darah mengalir dari keningnya.

"busyet! Pak Narto cepat kesini!" teriaknya.

Pak Narto bergegas masuk kekamar sebelah disana ia melihat Dario duduk terluka dan Ada seseorang tergeletak yang telah menjadi mayat.

"Kami berhasil menangkap orang yang bernama Rudi. Ia terluka kena tembakan dikakinya"

"Jangan bawa kekantor polisi kita interview dia disini saja!" ucap Dario.

Pak Narto memeriksa keadaan tubuh Dario, ternyata lukanya tidak membahayakan hanya berupa goresan peluru.

Ketiganya kemudian keluar dan menemui Pak Rudi yang terikat borgol kedua tangannya. Wajahnya pucat menahan sakit dikakinya yang tertembus peluru. Ia menundukkan kepala ketika Dario keluar dari kamar didampingi pak Narto dan pak Bira.

...~...

Ratna menunggu kedatangan Suginan, berkali kali ia mengecek jam tangan. Perintahnya dua jam yang lalu adalah, bereskan Dario setelah itu cepat kembali kerumah untuk pesta persembahan.

Ratna kawatir Karatzi dan Alexir akan datang lebih dulu, ia menginginkan semua anak buahnya siap ditempat.

Berulang kali ia mencoba call Suginan tidak Ada jawaban, Ratna juga mengontak pak Rudi tapi sama saja mereka tidak menjawab panggilan telepon.

Setelah cukup lama menunggu Ratna telah bilang kesabarannya. Ia berdiri dan mengenakan Jubah merahnya.

"Tania dan Nani kita tidak bisa menunggu Suginan lebih lama, kalian matikan lampu dan nyalakan lilin Lin, kenalkan Jubah kalian" perintah Ratna sambil berjalan kearah lemari mengeluarkan pisau belati.

Mereka berdiri mengelilingi sebuah tempat tidur disana terbujur 2 mayat laki laki, Lukman dan Darius.

"Mari kita mulai" ucap Ratna.

Wanita itu mengangkat pisau belati keatas kepalanya dan membacakan mantra.

Tania dan Nani terkejut ketika mendengar suara diatap seperti ada yang sedang berjalan. Bau anyir merebak memenuhi ruangan.

"Hhhrrrrrr..kalian sudah siapkan??" terdengar satu suara berat keluar dari dinding sebelah kiri.

Tania mencoba untuk tidak takut, ia pernah sekali melihat sosok Karatzi sedangkan Nani agak tenang karena sudah 2 Kali ia melihat Karatzi.

Tiba tiba dari ujung ruangan keluar 2 sosok besar berwarna hitam. Langkah kaki mereka berat dan setiap kali melangkah ada suara gemercing seperti suara rangkaian besi dikaki mereka.

"Oh lord Karatzi dan Alexier sudah tiba, silahkan mengambil persembahan kami ini" ucap Ratna.

Tania melihat sebuah tangan yang panjang berburu lebat dengan kuku kuku panjang mendekat ketempat tidur, tangan itu meraih belati dari tangan Ratna.

"Silahkan..silahkan santap makananmu"

...∆∆∆∆∆...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!