Penembakan dipom bensin.

Tidak lama setelah mereka meninggalkan rumah kontrakan ditikungan Jalan kedua, Asmoro mengatakan bahwa ia akan berhenti didepan ujung Jalan.

"Itu, pak Ajun sudah siap disana" ucap Asmoro sambil menunjuk kedepan dimana seorang laki laki sedang berdiri sambil merokok.

Dario tersenyum sendiri, ia tergelitik pikirannya melihat kelakuan Asmoro. Apakah dia pikir saya anak kemarin sore, lagian mana mungkin seorang Ajun komisaris menunggu jemputan dipinggiran Jalan raya.

Ketika mobil menepi dan berhenti Dario langsung membuka pintu untuk pindah kebelakang, Namun dilarang oleh Asmoro.

"Ga apa apa pak, biar pak Ajun duduk dibelakang, bapak duduk didepan saja" ucap Asmoro sambil tersenyum.

Terlambat sudah, orang yang disebut Ajun Komisaris itu sudah masuk dan duduk dibelakang. Aneh, ia tidak bicara apa apa, hanya memandang kearah luar jendela.

"Oke kita berangkat" ucap Asmoro.

Setelah berjalan sepuluh menit Asmoro menepikan kendaraan dan masuk kearah sebuah pom bensin, bukan untuk membeli bensin tapi ia justru memarkirkan kendaraan disamping toilet agak sedikit jauh dari kerumunan orang yang membeli bensin.

Dario ingat bahwa kaca jendela berwarna hitam gelap jadi orang luar tidak bisa melihat kedalam.

"Sebentar pak, Saya mau kekamar kecil dulu ya" Asmoro keluar meninggalkan Dario dan Ajun Komisaris yang aneh itu didalam mobil.

"Siapkan pistolmu" bisik Nuri.

Dario memiringkan badannya,punggung ia tempelkan kekaca jendela dan tangan kanannya merogoh kedalam Jaket memegang gagang pistol.

Kurang dari 5 detik setelah Asmoro keluar tiba tiba orang yang duduk dibelakang mengeluarkan seutas tali dari saku jaketnya. Ia pelan pelan mendekat kearah Dario yang sedang memandang kedepan.

"Awas dibelakangmu Dario!" bisik Nuri sedikit berteriak.

Dari kaca dashboard Dario sempat melihat orang itu mengangkat kedua tangannya. Dengan cepat Dario mengeluarkan pistol, ia membalikkan tubuhnya. Ujung pistol ia arahkan kedada orang itu.

Jret Jret..

Peluru terlepas, ditembakkan dari pistol yang memakai alat peredam suara.

Orang itu terjerembab kebelakang kursi, tidak banyak darah yang keluar. Namun 2 lobang terlihat didadanya, darah mulai merembes keluar.

Kepala orang itu menghadap keatas atap mobil, mulutnya menganga, kedua matanya melotot. Mati dengan sia sia.

Dario mendekatkan dirinya ketubuh orang itu, ia meraba raba celana belakang. Menemukan sebuah dompet dari kantong belakang celana.

Dengan cepat Dario mengambil KTP dan sebuah kartu keanggotaan kepolisian kepunyaan orang itu, ternyata dia seorang polisi dari Polsek Kota Malang. Gila! semuanya terlibat! Bahaya ini!

Ia keluar dari mobil dan berjalan dengan cepat kearah halte bis disebrang jalan. Tanpa pikir panjang ia naik kesebuah bis yang kebetulan berhenti.

Selang sepuluh menit kemudian Asmoro berjalan kembali kearah mobilnya. Gayanya berjalan ia lakukan seakan tidak ada apa apa, santai keliatannya, padahal dibalik kaca mata hitamnya matanya liar melirik kekiri dan kekanan, memeriksa apakah ada orang yang memperhatikan.

Kira kira sepuluh langkah menuju kendaraan, ia tertegun melihat pintu depan mobil tidak tertutup rapat. Dengan langkah cepat ia mendatangi kendaraannya.

Tubuhnya bergetar, matanya terbelalak melihat temannya tersungkur dijok belakang dengan darah yang membasahi tubuhnya.

Ia melihat sekeliling area pom bensin, tidak ada satupun yang menduga adanya sebuah perkelahian bahkan ketika tadi ia dikamar toilet umumpun tidak mendengar suara letusan senjata. Nampaknya kejadian berlangsung cepat dan reserse itu pasti menggunakan peredam suara.

Asmoro menutup pintu kendaraan dan menelpon seseorang

"Buk, rencanaku gagal! Seorang anak buahku mati tertembak!" ujarnya ditelepon.

"Lho ko bisa? Reserse itu yang nembak?!"

"Ya siapa lagi buk! Saya minta perlindungan, apa yang harus kulakukan sekarang?"

"Cepat kontak Suginan sekarang, Tanya bagaimana langkah selanjutnya. Sekarang merapat kerumah saja ngumpul disana jangan kemana mana"

"Baik, laksanakan..tapi saya mau buang mayat teman dulu buk"

"Saya akan minta Joko segera ketempatmu..dimana lokasinya?"

"Jalan Supratman buk,pom bensin pertama"

"Oke tenang, saya suruh Joko kesana.Kamu call Suginan sekarang"

"Siap!"

...~...

Sementara itu didalam bus Dario mengontak kepala Bareskrim Jakarta, bosnya.

"Pak, saya baru saja menembak mati seseorang. Ternyata Asmoro kontak saya diSurabaya sudah mengatur seorang algojo yang kebetulan seorang anggota polisi setempat untuk membunuh saya tapi untung saya lebih cepat bertindak hingga dia mati tertembak!"

"Lho ko jadi begitu..gila semua ikut bertanggung jawab. Makanya saya curiga kenapa tiba tiba meeting dengan kabareskimsus menjadi pagi hari padahal kita sepakatan untuk adakan meeting agak siang"

"Ini saya dalam keadaan bahaya, sebaiknya saya batalkan ketemu saja dengan kabareskrimsus. Rencana kerja Hari ini biar saya ketemu dengan tim Jakarta saja dan nanti kita atur dari sana pak"

"Iya itulah yang saya pikiran, coba saya kontak dulu ke kabareskrimsus sekalian saya mau liat bagaimana tanggapannya"

"Siap pak! Saya sekarang menuju ketempat pertemuan dengan tim meskipun masih pagi lebih Baik saya menghindar dari kantor Kapolda..Saya tidak tau siapa kawan atau Lawan"

"Oke setuju..hati hati dengan pergerakanmu"

"Siap! Mohon ijin out dulu pak"

...~...

Dengan sekali dorong tubuh mayat itu terjungkal kebawah jurang. Asmoro kemudian kembali masuk kemobilnya, ia sempet melihat kearah jok kursi belakang. Ada 4 gumpalan darah berceceran.

"Saya menuju kerumah sekarang" itulah pesan pendek WhatsApp yang ia kirimkan ke Ratna.

Pada saat ketika pesan itu masuk, Ratna sedang duduk bersila disamping tempat tidurnya. Ia hanya mengenakan sehelai kain tipis menutup aurat bagian bawah, pikiran ia kosongkan dan membaca beberapa mantra. Asap dupa memenuhi ruang kamar tidurnya.

"Ya Karatzi..Apakah saya bisa bicara? Apabila dikasih waktu hadirlah" ucap Ratna pelan.

Lobang hidung Ratna bergerak, ia mengendus bau amis darah disekitarnya. Ratna tersenyum ia tau sang pangeran dunia gelap akan hadir.

Krek krek krek... Langkah kaki berat seakan menekan tembok dinding disebelah depan dekat pintu masuk.

Hembusan nafas terdengar tidak jauh dari tempat Ratna duduk.

"Aku hadir Ratna..." suara Karatzi menggema.

Ratna membuka matanya, menatap kedepan. Nampaknya sosok Karatzi turun dari langit langit atas kamarnya. Ia merayap seperti seekor laba laba. Kedua kakinya yang panjang dilekukkan merayap kebawah dan kedua tangannya seperti sepasang belalai merayap turun.

Wajahnya lonjong, taringnya panjang dan air liurnya menetes kelantai menjijikkan.

Namun meskipun penampakan itu mengerikan, bagi Ratna seakan ia kedatangan suaminya. Ia merasa gembira bak seorang gadis yang ahirnya bisa melihat pacarnya yang sudah lama pergi kini kembali.

Ratna melepaskan kain penutup tubuh, ia kini telanjang bulat pasrah menerima kedatangan wujud setan itu ketika Karatzi membelai pipinya dengan jari jari tangannya yang berkuku panjang.

"Sebentar lagi aku akan menambah kekuatan kepada tubuhku atas persembahanmu, aku dengar dari Alexir kamu mempunyai 4 anak manusia yang akan kau berikan"

"Ya lord Karatzi, semuanya untukmu"

"Hahaha!" suara ketawanya keras menggema, ia kemudian mendorong tubuh Ratna hingga terjengkang kebelakang.

"Hmmmm.." gumam Karatzi.

...∆∆∆∆∆...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!