Suara alarm terdengar nyaring mengganggu Luna juga Leo yang masih bergelung dalam selimut. Merasa terganggu, Leo mengulurkan satu tangannya untuk meraih benda berbunyi nyaring itu, melihat angka yang tertera di sana yang masih menunjukan pukul lima pagi.
Setelah menekan tombl off dan kembali menyimpan benda tersebut di tempat semula, Leo kembali melingkarkan tangannya di pinggang polos Luna yang tertutup selimut tebal.
Semalam Leo sempat pasrah karena dalam waktu cukup lama tidak juga mendapat jawaban setuju tidaknya dari perempuan cantik yang jadi istrinya itu, tapi ternyata saat Leo hendak melepaskan pelukannya semalam tiba-tiba sebuah kata amat sederhana yang keluar dari mulut Luna walau dalam suara pelan menyerupai bisikan mampu membuat Leo mengembangkan senyum cerah.
Ya, istrinya itu mengizinkan dengan syarat bahwa Leo jangan dulu membuatnya hamil karena Luna tidak ingin jika harus menghentikan kuliahnya yang tinggal tiga semester lagi itu. Dengan sebuah kesepakatan tentang penundaan memiliki bayi akhirnya keduanya larut dalam aktivitas panas di malam hari yang gelap itu.
Leo mengembangkan senyumnya begitu lebar saat mengingat pergulatannya semalam. Mengecup kening sang istri yang masih tertidur dalam pelukannya, Leo menatap lama wajah istrinya yang damai dan terlihat semakin cantik apa lagi masih ada sisa-sisa keringat di pelipis wanita itu sisa aktivitas keduanya yang menjadi pengalaman pertama bagi Leo maupun Luna.
Luna menggeliat dalam tidurnya, merasa di perhatikan wanita itu mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya mata itu benar-benar terbuka dan wajah tampan Leo lah yang pertama kali ia lihat tengah tersenyum kearahnya begitu manis sampai Luna merasa pipinya menghangat.
“Selamat pagi istriku,” sapa Leo yang belum juga mengubah posisinya menatap sang istri.
“Pa-pagi,” Luna membalas dengan gugup.
Mengecup kening sang istri juga menjawil hidung mancungnya karena wajah merah malu yang membuat Leo gemas. Sedangkan Luna sendiri mencebikan bibirnya kesal dan melepaskan tangan Leo dari hidungnya.
“Gemasin banget sih istrinya Leo!” laki-laki tampan itu mengunyal pipi Luna yang mengembung lucu.
“Sakit Leo,” rengek Luna dengan manja, menambah kadar kegemasan di mata Leo.
Leo menarik selimut yang sedikit melorot untuk menutupi tubuh polos Luna. Tentu saja Luna terkejut dan baru menyadari bahwa dirinya tidak mengenakan apa pun di balik selimut tebal itu. Teringat akan kejadian semalam membuat wajah Luna memanas.
“Wajah kamu kenapa merah gitu, sakit?” cemas Leo yang menyentuh kening dan pipi sang istri.
“Gak! Awas ah, aku mau mandi,” ucap Luna menyingkirkan tangan Leo dari wajahnya dan bangkit dari tidurnya menuruni ranjang masih dengan selimut yang menutupi tubuhnya, berjalan masuk kedalam kamar mandi meninggalkan Leo yang sudah duduk di atas tempat tidur seorang diri.
“Yang, yakin mandinya gak mau barengan sama aku?”
Perkataan yang keluar dari mulut suaminya itu membuat Luna menutup pintu dengan sedikit bantingan membuat Leo tertawa di tempatnya.Tidak lupa Luna mengunci pintu kamar mandi agar suaminya itu tidak bisa menerobos masuk.
Selesai sarapan bersama Melinda dan Wisnu sambil membicarakan keberangkatan Leo siang nanti kini Luna dan Leo sudah berada di kamar, duduk di ranjang sambil menonton tayangan di layar televisi. Luna masih saja cemberut sejak selesai sarapan tadi mengingat suaminya akan pergi sekitar tiga jam lagi.
Kepergian Leo kali ini memang untuk mengurus tentang kepindahannya kembali kenegara kelahirannya ini, tapi tetap saja Luna sedih dan sedikit tidak rela.
“Kayak cewek apaan aja gue, baru di tidurin eh udah mau di tinggal lagi, nasib emang.”
Leo yang sedari tadi mendengar gerutuan istrinya itu hanya terkekeh geli, walau sebenarnya dirinya juga tidak tega untuk menunggalkan sang istri meski hanya beberapa hari. Ingat mereka masih pengantin baru dan wajar bukan jika keduanya merasa berat?
“Udah dong jangan cemberut aja, sebentar lagi aku pergi loh, dan gak akan ketemu untuk beberapa hari kedepan. Yakin gak mau ngabisin waktu bareng suami tampan kamu ini untuk beberapa jam kedepan? Yakin nanti gak akan kangen?” Leo menggoda istrinya yang masih saja merajuk dan selalu menolak saat Leo menyentuhnya.
“Jangan kegeeran kamu, siapa juga yang akan kangen!” judes Luna berkata yang mampu membuat Leo terkekeh geli.
“Ya, siapa tahu aja nanti kamu kangen. Kalau aku kan udah jelas pasti bakalan kangen banget sama kamu,” balas Leo seraya menusuk-nusuk pipi Luna yang mengembung lucu karena cemberut.
“Jangan sentuh-sentuh!” galak perempuan cantik itu berucap seraya menepis tangan Leo.
“Semalam aku sentuh-sentuh kamu malah keenakan. Yakin gak mau aku sentuh?” Leo malah semakin menggoda istrinya yang wajahnya sudah memerah padam antara malu dan kesal.
“Ish, nyebelin!” Desisnya membuang wajah enggan menatap Leo yang malah semakin melebarkan senyumnya bahkan laki-laki itu sudah tertawa.
Meraih tubuh istrinya kedalam pelukan dan mengabaikan penolakan yang di layangkan Luna, Leo malah lebih mempererat pelukannya, membawa wanita itu untuk lebih dekar dan menyandarkan kepala Luna di dada bidangnya.
“Aku janji akan dengan secepatnya mengurus kepindahan aku agar bisa secepatnya juga pulang. Setelah urusan disana selesai maka aku akan terus berada di samping kamu, tidak akan pernah sedikit pun aku melepaskan kamu. Kamu izinin aku pergi ya sayang? Hanya beberapa hari aku janji,” ucap Leo memohon.
“Gak rela sih, tapi ya mau gimana lagi? Siap-siap gih nanti aku yang antar kamu kebandara.” Putus Luna akhirnya.
Leo melayangkan kecupan pada kening pipi juga bibir isrinya kemudian turun dari empat tidur untuk berganti pakaian. Walau mau pergi keluar Negeri, tapi Leo memutuskan untuk tidak mengambil apapun dari rumah karena di Amerika pun bajunya untuk ganti masih banyak, mengingat bahwa kesana nanti dirinya hanya akan mengurus kepindahannya ke Negara asal.
Melinda dan Wisnu ikut mengantar Leo ke bandara namun hanya Luna lah yang mengantar laki-laki tinggi itu hingga ke dalam karena Melinda bilang ini biar menjadi moment perpisahan sementara sepasang pengantin baru yang sudah mulai saling menerima dan menunjukan perasaan. Sempat malu sebenarnya tapi Luna tidak bisa melanyangkan bantahan karena bagaimanapun perkataan ibu mertuanya itu memang benar adanya.
Pengumuman tentang pesawat yang leo naiki akan berangkat dalam setengah jam lagi itu menjadi kesedihan untuk Luna Karen aharus berpisah dengan sang suami yang bahkan hingga saat ini belum benar-benar dirinya mengerti tentang perasaan apa yang sebenarnya ia miliki untuk laki-laki itu.
“Jaga diri baik-baik, jangan lupa makan dan jangan tidur larut malam. Dan ingat jangan berani keluar atau bahkan bertemu dengan laki-laki lain!” ucap Leo yang diakhiri dengan peringatan.
“Kamu juga hati-hati disana, jangan nakal apa lagi keluar sama perempuan bule. Harus ingat bahwa di sini istrimu menanti kepulangan kamu. Walau belum cinta, tapi kan tetap aja aku gak mau kamu sama perempuan lain dan berakhir aku jadi janda,”
“Jaga ucapannya sayang, karena yang harus kamu tahu bahwa aku tidak akan pernah menghianati istri aku ini. Percaya kan sama aku?” Luna mengangguk walau dalam hati ia masih merasakan takut, apa lagi mengingat bahwa wanita bule itu cantik-cantik dan ia takut suaminya akan tergoda dan berpaling darinya apa lagi mengingat pernikahan hasil perjodohan ini.
“Aku berangkat, ya. Nanti setelah sampai aku akan langsung menghubungi kamu.” Luna lagi-lagi mengangguk membiarkan laki-laki itu mengecup keningnya sebelum melangkah masuk semakin menjauh.
“Melepas kepergiannya ternyata berat juga meskipun hanya untuk beberapa hari.” Gumam Luna sebelum akhirnya keluar dari bandara menghampiri kedua mertuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Erinibra Ibra
panggilan Luna utk Leo di ganti donk masa istri panggil suaminya dg sebutan nama saja
2023-09-05
0
ibah
ikutan baperr
2021-03-23
0
Naoki Miki
haii mampir yuk ke krya q 'Rasa yang tak lagi sama'
cuss bacaa jan lupa tinggalkan jejaakk🤗
tkan prfil q aja yaa😍
vielen danke😘
2020-10-16
0