Devi dan Luna baru saja keluar dari kelas setelah selama hampir tiga jam berada di dalam mendengar dosen berceloteh memberi materi dan berakhir dengan tugas yang sepertinya akan menguras otak. Duduk sejenak di kursi panjang yang berada di depan kelas untuk mengistirahatkan tubuh juga pikiran.
Selain memikirkan tugas kampus nyatanya Luna harus menambah pikirannya dengan pernikahan yang sudah orang tuanya susun.
“Lo kenapa Lun, frustasi banget kayaknya? Mikirin apa?” tanya Devi yang heran melihat wajah sahabatnya yang kusut dan tidak bergairah.
Drett… drettt
Belum sempat Luna menjawab, ponselnya lebih dulu berbunyi. Dengan malas Luna merongoh tas selempangnya kemudian mengambil ponsel yang masih juga menyala menampilkan nama Lyra pada layar yang berkedip-kedip itu.
“Kerumah gue sekarang!”
Belum sempat mengatakan apa pun, si penelpon sudah lebih dulu bicara dan langsung mematikan sambungan, membuat Luna menatap bingung ponselnya. Keningnya berkerut begitu dalam sampai Devi yang memperhatikan itu penasaran.
“Siapa yang telpon?”
“Si Lyra nyuruh ke rumahnya,” jawab Luna seadanya.
“Ya udah, yuk, kesana, kangen juga gue sama tu ibu hamil.” Devi bangkit lebih dulu disusul oleh Luna dan keduanya berjalan bersama menuju parkiran dimana mobil Luna terparkir.
45 menit kemudian Luna dan Devi sampai di kediaman Lyra-Pandu, langsung turun dari mobilnya dan berjalan menuju pintu utama menekan bell dan menunggu tuan rumah membuka pintu.
Tak lama pintu terbuka dan menampilkan wajah cantik berisi Lyra dengan senyum yang wanita hamil itu berikan, menyuruh Luna dan Devi masuk kemudian mengajaknya keruangan tengah, tempat dimana biasa mereka berkumpul. Wajah Luna kini sudah lebih ceria dari pada pagi tadi. Luna hanya tidak ingin terlalu larut dalam sedih juga tidak ingin terlalu memikirkan masalah pernikahannya yang sama sekali tidak ada dalam bayangannya saat selama ini.
Namun wajah ceria Luna terpaksa harus pudar saat dimana ia melihat laki-laki yang akan menjadi suaminya tengah duduk di sana mengobrol bersama Pandu. Tatapan keduanya saling bertemu, saling melayangkan tatapan tajam dan tidak suka.
Luna duduk saat Lyra mempersilahkan, sayang posisi duduknya berhadapan dengan Leo yang masih juga menatapnya. Luna merutuki diri dalam hati, karena tidak sempat berpikir kemungkinan yang terjadi. Luna seolah lupa bahwa laki-laki tampan yang kini tengah menatapnya itu adalah sahabat kecil dari sahabatnya, dan kemungkinan besar laki-laki itu ada di sini. Dan sekarang itu bukan sekedar kemungkinan besar karena laki-laki itu memang ada di disi, berhadapan dengannya.
“Kalian mau nikah?” pertanyaan Devi membuat Luna sedikit terkejut masih dalam saling menatap dan melayangkan tatapan permusuhan pada laki-laki di depannya.
Luna meraih kertas undangan di tangan Luna, melihatnya dan membaca dengan seksama sebelum kembali menatap laki-laki yang kini duduk dengan tenang sambil menyandarkan punggung di kepala sofa dan tangannya di lipat di dada.
“Sejak kapan lo cetak itu undangan?” tanya Luna dengan nada dingin dan datar.
“Kenapa gak lo tanya sama orang tua lo?” jawaban tenang Leo cukup membuat Luna mendengus dan wajahnya semakin kesal. Melempar kembali kertas tersebut ke atas meja.
“Jadi ini alasan lo pulang? Kenapa mesti lo turutin mereka, lo cukup diam aja di Amerika gak usah balik dan pernikahan ini gak akan terlaksana! Bukannya gue udah bilang kalau gue gak sudi nikah sama lo?!”
Leo sedikit terkejut mendengar ucapan Luna yang dingin dan ketus itu. tidak berbeda jauh dengan Lyra dan Devi yang tidak menyangka ucapan pedas itu akan keluar dari mulut manis Luna.
“Lo pikir gue mau nikah sama lo? Lo gak usah Ge’er. Lo pikir selama ini gue gak berusaha untuk nolak pernikahan ini? Gue udah berusaha, tapi gue gak bisa. Sekarang silahkan, lo gagalin nih pernikahan kalau emang lo bisa itu juga,” ujar Leo tak kalah dinginnya.
Luna hendak kembali membalas perkataan Leo, tapi Lyra lebih dulu menyela membuat Luna kembali mengatupkan bibirnya.
“Udah sih kalian nikah aja apa susahnya sih? Nih gue sama pandu juga nikah karena di jodohin, tapi kalian bisa lihatkan gue sama Pandu bahagia.” Lyra membuka suara.
Luna memutarkan bola matanya malas sebelum menjawab, “iya karena saking cintanya lo sama laki lo, sampai gak peduli meski udah di khianatin, di selingkuhin sama sahabat sendiri!” Luna tahu kedua sahabatnya itu merasa tersindir karena bagaimanapun perkataannya memang menyakiti Lyra terutama Pandu. Namun ia bicara sebagaimana kenyataan.
“Kenapa jadi bahas masalah itu sih!” terdengar nada tak suka dari ucapan yang keluar dari mulut sahabatnya itu. Kembali Luna memutarkan bola matanya malas dan membuang pandangan saat tatapannya kembali bertemu dengan tatapan tajam Leo. Sadar laki-laki itu juga tidak suka dengan ucapannya tadi, tapi Luna tidak perduli karena ia merasa tidak ada yang salah dengan perkataannya.
“Kapan emang kalian nikah?” Pandu bertanya saat suasana sepi untuk beberapa saat.
“Minggu depan!”
Luna langsung menatap tajam laki-laki di depannya, saat mengucapkan kata yang sama secara berbarengan berbeda dengan Leo yang hanya menanggapi dengan santai tatapan calon istrinya itu.
“Ck, yakin deh gue Brian bakal patah hati!” terdengan Pandu berdecak kecil, membuat Luna dan Leo menoleh bersamaan pada laki-laki tampan itu. Luna menatap dengan bingung yang terlihat jelas kerutan di keningnya, sedangkan Leo ekpresinya tidak terbaca, tapi dapat di lihat rahang laki-laki itu mengeras.
“Patah hati kenapa?” tanya datar Leo menaikan sebelah alisnya.
“Dia naksir Luna dari pertama kali gue kanalin, rencananya mau nembak Luna minggu depan.”
Dengan cepat Leo menggelengkan kepala dan menatap tajam sahabatnya itu. “Gak bisa! Enak aja nembak-nembak calon bini orang!”
Luna mengernyitkan keningnya, sedikit terkejut mendengar nada suara Leo yang naik dua oktaf, juga bingung melihat respon laki-laki tampan itu yang terdengar seperti tidak suka, atau mungkin tidak rela? Entah lah Luna tidak perduli.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Ghaly
dlm prsahabatan sayang bnran ama sanyang melindungi itu beda tipis lo,,,
2020-03-27
8
itin
apa yg LUNA lakuin sama kayak gw dulu menolak mentah temen sahabat kecil jadi pacar. aplg calon suami? beda loh rasa persahabatan dgn kepemilikan.
2020-03-13
8
Adzania Adza
ngk suka gaya ny luna sok bnget
2020-01-27
4