4. Menemui Calon Istri

Leo di minta sang bunda untuk mendatangi rumah calon mertuanya, menemui calon istri yang katanya penasaran ingin bertemu dengan laki-laki yang akan menjadi suaminya. Memang bundanya bilang Luna sudah di beri tahu soal perjodohan ini tadi malam oleh orang tua perempuan itu. Jelas, dia menolak dan terjadi cekcok antara anak dan ayah itu, sampai akhirnya Luna memutuskan menyerah dan meminta sang ayah untuk mempertemukannya dengan laki-laki pilihan orang tuanya itu.

Mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata, Leo memikirkan tentang bagaimana respons yang akan dirinya dapat saat Luna tahu bahwa Leo lah laki-laki yang akan mendampingi perempuan itu di pelaminan. Sepanjang perjalanan pula Leo menyusun kata yang akan di ucapkannya nanti pada gadis itu. Semakin dekat jarak rumah Luna membuat jantung Leo bedebar lebih cepat. Ia gugup juga cemas.

Setelah menekan bel sebanyak tiga kali barulah pinter terbuka. Wajah cantik dan teduh Sari yang menyambut kedatangan Leo, menyuruhnya untuk masuk dan mempersilahkan duduk. Baru pertama kali ini Leo datang ke rumah besar yang tidak jauh berbeda dengan rumahnya, ah ralat rumah ayahnya. Walau sudah bersahabat lama dengan Luna, tapi Leo belum sekali pun datang ke rumah ini dan mengenal keluarga perempuan yang menjadi sahabatnya selama hampir lima tahun itu sekaligus yang akan menjadi istrinya nanti.

Mereka lebih banyak berkumpul di rumah Lyra atau di ruang OSIS dan café-café, maka wajar jika saat ini Leo merasa asing dan canggung. Menilik kesegala penjuru mencari keberadaan perempuan yang akan di nikahinya, hingga Sari kembali dari dapur menyuguhkan jus jeruk dingin dengan bolu yang terlihat masih hangat.

“Maaf, Nak Leo, Mama hanya bisa sediakan ini untuk menjamu kamu,” ucap Sari.

Leo menggeleng cepat. “Gak apa Tan… eh Ma, ini udah cukup kok.”

Sari tersenyum melihat kecanggungan dari calon menantunya itu. Wajar memang mengingat ini adalah kali pertama laki-laki tampan itu datang ke sini, itu pun atas undangannya.

“Mau langsung ketemu, Luna?” Sari bertanya. Leo sedikit mengangguk membuat Sari kembali melayangkan senyum ramahnya, berharap laki-laki muda di depannya tidak lagi merasa canggung.

Sari lebih dulu melangkahkan kakinya menuju lantai dua dimana kamar Luna berada, di ikuti Leo dari belakang yang sibuk meneliti setiap sudut rumah besar ini, dan tanpa sadar sudah berhenti di depan pintu bercat pink, satu-satunya pintu dengan warna berbeda dari yang lainnya.

“Mama tinggal ke bawah, ya? Kamu masuk aja bicarakan soal pernikahan kalian,” ucap Sari dengan senyum lembut yang tak pernah surut. Leo tersenyum kemudian mengangguk menatap kepergian Sari, kemudian menatap pintu di depannya. Berkali-kali menghela napas untuk menetralkan detak jantung yang menggila sebelum akhirnya memberanikan diri mengetuk pintu tersebut.

Satu ketukan

Dua ketukan

Tiga ketukan. Belum juga ada tanda-tanda pemilik kamar membuka sampai akhirnya Leo kembali mengetuk dan ya, suara kunci di putar dapat Leo dengar dan tak lama wajah Luna keluar. Terlihat jelas keterkejutan di wajah Luna yang tiba-tiba menegang.

Leo tersenyum canggung. “Hai Lun, baru selesai mandi?”

Pertanyaan bodoh yang sudah pasti siapa pun tahu jawabannya, melihat Luna yang masih mengenakan handuk membungkus rambut basahnya.

“Lo ngapain ke sini?” tanya Luna heran. Jelas perempuan itu heran, karena bagaimana pun Leo baru pertama kali ke rumahnya, dan bertambah kebingungannya lagi laki-laki itu berada di depan pintu kamarnya.

“Gak mau nyuruh gue masuk nih?” mata Luna semakin memicing.

“Untuk apa?” Leo menghembuskan napasnya lelah, mendorong pintu bercat pink itu untuk terbuka lebih lebar dan masuk tanpa di suruh oleh sang pemilik kamar.

“Apa-apaan sih lo, main masuk aja!” geram Luna saat sadar sahabatnya itu sudah duduk di tepi ranjang miliknya, meneliti setiap inci kamar yang di dominasi dengan warna pink dan putih.

“Leo keluar! Gak sopan banget lo main masuk kamar perawan. Cuma su…”

“Gue 'kan calon suami lo, Lun. Jadi, gue berhak masuk sini,” jawab Leo sebelum perempuan itu menyelesaikan ucapannya.

Tubuh Luna menegang, wajahnya mengeras, matanya membulat sempurna dan mulutnya menganga. Beberapa detik berlalu perempuan itu tersadar dari keterkejutannya dan langsung menatap tajam ke arah laki-laki yang duduk tenang di ranjang berseprai merah muda itu.

“Apa lo bilang? Coba ulangi?” Luna berjalan mendekat pada Leo masih menatap laki-laki itu dengan tidak percaya.

“Gue calon suami lo,” ulang Leo menatap tepat mata Luna. Perempuan itu tertawa hingga sudut matanya mengeluarkan setitik bulir bening.

“Ngarang lo, Le,” ucap Luna masih belum menghentikan tawanya.

“Gue emang calon suami lo, Lun.” Suara Leo kini berubah serius. Tawa Luna terhenti dan tubuh perempuan itu kembali menegang.

“Bukannya semalam lo minta orang tua lo buat ketemu laki-laki yang mereka jodohkan? Jadi, lo pasti tahu kan kenapa gue ada disini?” Luna mematung di tempatnya, wajah perempuan cantik itu memerah dan telapak tangannya mengepal. Leo tahu perempuan itu tengah menahan emosi.

“Kenapa harus lo?” tanya Luna buka suara setelah beberapa menit membisu.

“Kenapa gak lo tanya orang tua lo? Bukan karena gue gak mau jawab, tapi itu juga yang menjadi pertanyaan gue,” balas Leo dengan datar.

“Terus kenapa gak lo tolak?” kembali Luna melayangkan pertanyaan.

“Udah gue lakukan, tapi lo tahu 'kan hasilnya? Gue gak bisa berbuat apa-apa selain menerima,” kembali jawaban Leo berikan. Luna menggeram kesal, wajahnya jelas memancarkan kemarahan dan matanya jelas menunjukan ketidak sukaan.

Leo sudah dapat menebak sebelumnya bahwa perempuan cantik itu akan terkejut mendengar kenyataan ini. Meski sudah dapat menebak sebuah penolakan yang akan di terima, tapi mendengar langsung dari mulut perempuan itu membuat sisi hati Leo sedikit terluka.

Leo hanya membiarkan perempuan yang akan menjadi istrinya itu mengomel sendirian, mengutarakan penolakan. Leo menikmati setiap ekspresi yang di berikan perempuan cantik itu, melihat wajah kesalnya membuat Leo terkekeh, merasa lucu, apa lagi Luna mengomel dengan tangan dan kaki yang tak hentinya bergerak, mondar mandir di depan Leo yang masih duduk di sisi ranjang.

“Berenti deh, Lun kuping gue sakit dengar ocehan lo. Perut gue lapar, mending sekarang makan dulu, lo marah-marah juga butuh energi.” Leo bangkit dari duduknya menghampiri Luna yang kembali mengeraskan wajahnya.

“Pokoknya gue gak mau tahu pernikahan ini harus ba…!”

Belum selesai Luna bicara, bibir Leo lebih dulu mendarat di bibir Luna, membuat perempuan cantik itu menghentikan ucapannya dan membelalakan matanya, terkejut dengan apa yang dilakukan Leo.

“Lo be…” lagi, kecupan pada bibir tipis itu Leo layangkan membuat Luna kembali menghentikan ucapannya.

“Lo berhenti ngomel Lun, gue lapar.”

Tahu Luna hendak melayangkan protesannya lagi dengan cepat Leo memperingati perempuan itu, mengancam akan kembali menciumnya yang membuat Luna akhirnya urung memberikan protesan. Mendengus kesal kemudian meraih handuk di atas kepalanya, melempar sembarang dan melangkah menuju meja rias, menyisir rambutnya yang masih setengah basah.

Leo menggelengkan kepala tak habis pikir dengan perempuan cantik itu, Luna yang selama ini lebih banyak kelihatan kalem ternyata aslinya seperti ini, doyan marah-marah juga cerewet. Leo meraih handuk yang semula Luna lempar ke arah ranjang membawanya ke luar dari kamar dan menjemurnya. Kembali masuk ke dalam kamar dan masih melihat wajah cemberut Luna yang terlihat menggemaskan.

Setengah jam perempuan itu mengomel, marah-marah, melayangkan ketidak setujuannya dengan pernikahan yang sudah di rencankaan orang tuanya, namun Leo yang lebih fokus pada raut wajah perempuan itu tidak dapat menyimak apa saja yang Luna ucapkan.

“Ke bawah yuk, makan.” Leo meraih tangan Luna, menarik pelan tangan perempuan itu dan membawanya keluar dari kamar menuruni anak tangga dan berjalan menuju dapur.

“Dapur di sebelah kiri,” Luna memberi tahu saat Leo hendak belok ke lorong sebelah kanan. Akhirnya sampai di dapur, dapat Leo lihat Sari berada di sana, menata makanan di atas meja seakan tahu bahwa itu adalah yang di butuhkan anak juga calon menantunya.

“Susah ya bujuk, Luna?” tanya Sari pada Leo. Melirik sekilas pada perempuan yang masih berada beberapa centi di belakangnya, wajah cantik itu masih cemberut dan enggan menatap sang Mama.

“Mama tenang aja, Leo udah punya cara buat bikin Luna nurut,” ucap Leo melayangkan senyum manis pada calon mertuanya. Luna melayangkan tatapan membunuh yang tak sama sekali Leo hiraukan.

Terpopuler

Comments

Vanni Sr

Vanni Sr

setuju sn luna dong jelas" perawan , klo Lyra g boleh ngerusak hub mereka lg hamil jg

2023-01-07

0

🍒 rizkia Nurul hikmah 🍒

🍒 rizkia Nurul hikmah 🍒

aku pusing lihat karakter Luna

2022-04-15

1

Riska Wulandari

Riska Wulandari

suka banget sama Leo,,meskipun rada rusuh tapi aslinya Leo gentle,,hangat & perhatian..

2021-11-08

2

lihat semua
Episodes
1 1. Kepulangan Leo
2 2. Kunjungan ke Rumah Lyra
3 3. Di Kampus Pandu
4 4. Menemui Calon Istri
5 5. Cemburu?
6 6. Butik
7 7. Menyebalkan
8 8. Kecemasan
9 9. Meyakinkan
10 10. H-1 Menuju Pernikahan
11 11. Wedding
12 12. Reaksi Berlebihan
13 13. Siang Pertama Pengantin Baru
14 14. Apa Tidak Terlalu Cepat?
15 15. Perempuan Itu Sulit Di Mengerti
16 16. Melepas Kepergian
17 17. Rindu Ini Menyiksaku
18 18. Tidak Karuan
19 19. Rindu Yang Membuat Bodoh
20 20. Rindu Yang Terobati
21 21. Pindah Rumah
22 22. Kekesalan Luna
23 23. Permintaan Maaf
24 24. Ketakutan Luna
25 25. Papi Leo
26 26. Calon Pelakor
27 27. Bahagia Itu Sederhana
28 28. Panik
29 29. Bali
30 30. Sesuai Harapan
31 31. Menyambut Kehamilan Luna
32 32. Keinginan Luna
33 33. Siksaan Terberat Leo
34 34. Wedding Amel-Dimas
35 35. Luna Yang Tiba-Tiba Menangis
36 36. Pingsan
37 37. Siapa Dia?
38 38. Salah Paham
39 39. Ibu Hamil Menyebalkan
40 40. Tujuh Bulanan
41 41. Devi Ngidam (?)
42 42. Toko Perlengkapan Bayi
43 43. Drama Hari Libur
44 44. Kecemasan Menjelang Persalinan
45 45. Kalut
46 46. Kondisi Luna
47 47. Calon Istri Rapa
48 48. Welcome To The World Queen
49 49. Kegilaan Hakiki
50 50. Double Happy
51 51. Majikan Sableng
52 52. Rencana Para Ayah
53 53. Mall
54 54. Kemarahan Leo
55 55. Keadaan Luna
56 56. Penyesalan Leo
57 57. Kesedihan Leo
58 58. Kena Omelan
59 59. Bocah kencur
60 60. Terima Kasih Queen
61 61. Kisah Pilu Amel
62 62. Selesai
63 63. Sweet Moment
64 64. Sakit
65 65. Morning Sickness
66 66. Ngidam
67 67. Merepotkan
68 68. Momen Manis yang Terganggu
69 69. Kecelakaan
70 70. Kondisi Dimas
71 71. Kesedihan
72 72. Sindiran
73 73. Sadar
74 74. Mari Saling Mengingatkan
75 75. Pagi Sibuk
76 76. Happy With Little Family
77 77. Piknik
78 78. Nostalgia
79 79. Luna mau Lahiran (juga)?
80 80. Welcome To The World Baby Twins
81 81. Istri Galak
82 82. Cumi Oh Cumi
83 83. Pertemuan Tidak Sengaja
84 84. Cemburu
85 85. Omelen Jiwa Hemat Leo
86 86. Hampir di Gondol Kucing
87 87. Memangnya Tidak Sakit Hati?
88 88. Rindu
89 89. Reuni
90 90. I Love You
91 Bonus Chapter
92 Cuplikan eps 1 Rapa & Cleona + ucapan terima kasih
93 Bukan Update!!
94 INFO !!!
Episodes

Updated 94 Episodes

1
1. Kepulangan Leo
2
2. Kunjungan ke Rumah Lyra
3
3. Di Kampus Pandu
4
4. Menemui Calon Istri
5
5. Cemburu?
6
6. Butik
7
7. Menyebalkan
8
8. Kecemasan
9
9. Meyakinkan
10
10. H-1 Menuju Pernikahan
11
11. Wedding
12
12. Reaksi Berlebihan
13
13. Siang Pertama Pengantin Baru
14
14. Apa Tidak Terlalu Cepat?
15
15. Perempuan Itu Sulit Di Mengerti
16
16. Melepas Kepergian
17
17. Rindu Ini Menyiksaku
18
18. Tidak Karuan
19
19. Rindu Yang Membuat Bodoh
20
20. Rindu Yang Terobati
21
21. Pindah Rumah
22
22. Kekesalan Luna
23
23. Permintaan Maaf
24
24. Ketakutan Luna
25
25. Papi Leo
26
26. Calon Pelakor
27
27. Bahagia Itu Sederhana
28
28. Panik
29
29. Bali
30
30. Sesuai Harapan
31
31. Menyambut Kehamilan Luna
32
32. Keinginan Luna
33
33. Siksaan Terberat Leo
34
34. Wedding Amel-Dimas
35
35. Luna Yang Tiba-Tiba Menangis
36
36. Pingsan
37
37. Siapa Dia?
38
38. Salah Paham
39
39. Ibu Hamil Menyebalkan
40
40. Tujuh Bulanan
41
41. Devi Ngidam (?)
42
42. Toko Perlengkapan Bayi
43
43. Drama Hari Libur
44
44. Kecemasan Menjelang Persalinan
45
45. Kalut
46
46. Kondisi Luna
47
47. Calon Istri Rapa
48
48. Welcome To The World Queen
49
49. Kegilaan Hakiki
50
50. Double Happy
51
51. Majikan Sableng
52
52. Rencana Para Ayah
53
53. Mall
54
54. Kemarahan Leo
55
55. Keadaan Luna
56
56. Penyesalan Leo
57
57. Kesedihan Leo
58
58. Kena Omelan
59
59. Bocah kencur
60
60. Terima Kasih Queen
61
61. Kisah Pilu Amel
62
62. Selesai
63
63. Sweet Moment
64
64. Sakit
65
65. Morning Sickness
66
66. Ngidam
67
67. Merepotkan
68
68. Momen Manis yang Terganggu
69
69. Kecelakaan
70
70. Kondisi Dimas
71
71. Kesedihan
72
72. Sindiran
73
73. Sadar
74
74. Mari Saling Mengingatkan
75
75. Pagi Sibuk
76
76. Happy With Little Family
77
77. Piknik
78
78. Nostalgia
79
79. Luna mau Lahiran (juga)?
80
80. Welcome To The World Baby Twins
81
81. Istri Galak
82
82. Cumi Oh Cumi
83
83. Pertemuan Tidak Sengaja
84
84. Cemburu
85
85. Omelen Jiwa Hemat Leo
86
86. Hampir di Gondol Kucing
87
87. Memangnya Tidak Sakit Hati?
88
88. Rindu
89
89. Reuni
90
90. I Love You
91
Bonus Chapter
92
Cuplikan eps 1 Rapa & Cleona + ucapan terima kasih
93
Bukan Update!!
94
INFO !!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!