Cahaya matahari menerobos masuk melalui celah-celah gorden yang sedikit terbuka mengganggu tidur Luna yang entah mengapa kali ini kenyamanan begitu dirinya rasakan dalam tidurnya. Merasa sesuatu berat yang ada di perutnya membuat tatapan luna turun, kembali terkejut saat mendapati sebuah tangan yang melingkar itu namun dengan cepat ia menutup mulutnya untuk menahan jeritan kagetnya.
Beberapa detik kemudian Luna baru sadar saat melihat wajah terlelap Leo yang berada di sampingnya begitu dekat dengan wajahnya, Luna ingat bahwa semalam ia tertidur dalam pelukan hangat Leo yang langsung bersentuhan dengan kulit laki-laki itu akibat tidak adanya kain yang menutupi dada bidang suaminya.
Mengingat semua itu membuat pipi Luna menghangat dan bisa ia pastikan bahwa kini wajahnya memerah. Luna hendak turun dari ranjang dengan perlahan karena takut membangunkan Leo yang masih terlelap. Namun baru bergeser sedikit saja pelukan Leo semakin erat dan kembali membawa tubuh Luna untuk mendekat sampai kini tidak lagi ada jarak diantara mereka berdua.
“Ih, Leo lepas, gue mau bangun woy ini udah siang bego!” Luna berusaha melepaskan diri dari rengkuhan Leo.
“Diam! Gue masih nyaman kayak gini Lun,” balas Leo dengan suara serak khas bangun tidur terdengar merdu di pendengaran Luna yang berhenti berontak seolah kembali terhipnotis.
Terdiam dengan posisi dalam pelukan Leo membuat rasa kantuk Luna kembali menyerang dan tanpa sadar memejamkan matanya larut kembali kealam mimpi. Leo yang menyadari itu pun menyunggingkan senyum mengecup kening istrinya dan mengelus lembut kepala Luna agar perempuan itu semakin nyaman tertidur dalam pelukannya.
Jam sudah menunjukan pukul Sembilan, matahari pun sudah berada di atas, namun Leo enggan untuk membangunkan istrinya yang masih nyenyak dalam tidurnya. Perlahan Leo melepaskan pelukannya dan turun dari ranjang memakai kaosnya dan keluar dari kamar, memutuskan mandi di kamar mandi lain karena tidak ingin membuat Luna terganggu dari tidurnya.
Leo dengan keadaan yang lebih segar karena selesai mandi di kamar sebelah menuruni anak tangga, menghampiri sang Bunda yang tengah duduk santai di ruang tengah menonton televisi seorang diri.
“Pagi menjelang siang Bunda,” ucap Leo mendaratkan kecupan pada pipi sang Bunda seperti kebiasaannya dan ikut duduk di samping wanita kesayangannya itu.
“Duh segar banget tuh muka, senyumnya lepas banget lagi gak kayak biasanya. Roman-romannya berhasil nih bikin cucu buat Bunda?” Melinda menaik turunkan alisnya menggoda sang putra yang kini wajahnya memerah malu.
“Bunda jangan godain Abang please!” mohon Leo dengan wajah memelas. Melinda terkikik geli kemudian mengangguk.
“Istri kamu mana?” Melinda bertanya saat tidak mendapati keberadaan menantunya itu.
“Masih tidur, Abang gak tega banguninnya,” jawaban yang Leo berikan menerbitkan senyum penuh arti di bibir Melinda. Wanita setengah baya itu mengangguk dan tidak lagi banyak membahas tentang semalam tidak ingin membuat anaknya salah tingkah dan malu.
“Ya sudah, kamu makan dulu, minta bibi buat panasin makanannya.” Leo menggelengkan kepala, menolak tawaran Bundanya.
“Nanti aja Bun, nunggu Luna bangun baru Abang makan.”
Melinda mengembangkan senyumnya merengkuh anaknya kedalam pelukan. Ia begitu terharu mendengar apa yang di ucapkan anaknya barusan. Melinda percaya anaknya bisa menjadi kepala rumah tangga yang baik dan bertanggung jawab, semoga Leo tidak akan mengecewakannya dan merusak kepercayaannya.
Saat jam menunjukan pukul setengah sebelas Melinda pamit pada anaknya untuk menghadiri arisan yang di adakan di rumah salah satu temannya. Leo hanya mengangguk mengizinkan sang Bunda untuk pergi, toh itu memang sudah biasa. Bukan hanya sekali dua kali Leo di tinggalkan karena arisan.
Langkah Leo membawanya menuju dapur, membuka lemari pendingin dan meneguk air mineral dingin hingga habis setengah botol, menaruh sisanya di atas meja kemudian membuka penutup saji, makanan yang ada di sana sudah di pastikan dingin, Leo inisiatip untuk menghangatkannya setelah itu baru akan membangunkan Luna dan mengajak istrinya itu untuk makan.
Di tengah aktivitasnya menghangatkan makanan Leo di kejutkan dengan suara lembut yang berasal dari belakangnya, Leo menoleh dan mendapati istrinya berdiri beberapa langkah dari posisinya sekarang.
“Duduk aja Lun bentar lagi selesai kok,” ucap Leo seraya memberikan senyum manis pada istrinya itu.
Luna tidak sedikit pun membantah, speechless melihat laki-laki yang baru kemarin menjadi suaminya kini tengah berdiri di depan kompor memegang sodet dan mengenakan apron terlihat tampan apa lagi dengan senyum yang laki-laki itu berikan, membuat Luna terpesona. Baru menyadari bahwa Leo, sahabatnya yang kini naik derajat menjadi suaminya memiliki wajah tampan dengan senyum manis yang memikat.
“Kamu mau makan nasi langsung apa roti aja?” pertanyaan yang keluar dari mulut Leo lagi-lagi membuat Luna mampu terdiam. Sebutan ‘kamu’ itu sedikit terdengar aneh namun manis, jujur Luna belum terbiasa, tapi entah kenapa hatinya merasa hangat dan tentu ia menyukai panggilan itu.
“Luna,”
Panggilan itu membuat Luna tersadar dari lamunannya. “Eh kenapa, Le?”
“Mau makan nasi apa Roti?” Leo menyembunyikan senyum gelinya melihat istrinya yang salah tingkah itu. Menggemaskan. Kata pertanya yang Leo keluarkan dalam hatinya.
“Nasi aja, deh gue lapar banget soalnya,” Leo mengangguk dan mengisi piring Luna dengan nasi dan memberikan pada istrinya setelah itu baru dirinya mengambil untuk dirinya sendiri. Masih dapat Leo lihat kecanggungan dan salah tingkah Luna, namun mencoba untuk ia abaikan karena tidak ingin membuat percekcokan tidak penting di siang pertamanya menjadi sepasang suami istri.
Keduanya makan dalam diam, Luna bahkan menundukan kepalanya karena malu jika terus bersitatap dengan Leo yang entah kenapa tatapannya itu selalu berhasil membuat kerja jantungnya bekerja dengan cepat, sedangkan Leo malah sebaliknya, pria itu makan sambil menatap ke arah Luna sesekali senyumnya tersungging saat mengingat statusnya kini juga ingatan akan kejadian semalam.
“Udah selesai makannya?” Luna bertanya saat melihat piring Leo yang sudah kosong. Laki-laki itu mengangguk sebagai jawaban. Luna mengambil alih piring bekas Leo dan juga bekasnya dan membawa ke wastafel untuk ia cuci.
Leo terus mengikuti gerak-gerik Luna membuat perempuan cantik itu merasa risi karena terus di perhatikan, meskipun oleh suami sendiri tapi tetap saja, ia belum terbiasa dan jangan lupakan pula bahwa dirinya tidak sama sekali mencintai Leo dan jangan lupa juga bahwa pernikahan ini berawal dari perjodohan yang sama sekali tidak Luna maupun Leo inginkan.
“Berhenti natap gue, Le, gue risi.”
“Emangnya kenapa sih? Aku kan natap istri aku sendiri, masa gak boleh,” Luna berdecak kesal dan menghentakan kakinya melangkah menuju ruang tengah. Leo tentu saja mengikuti perempuan itu.
“Aku baru sadar kalau kamu ternyata cantik juga.” Ucapan itu berhasil menghentikan langkah Luna begitu juga dengan Leo yang ikut menghentikan langkahnya tepat selangkah di belakang istrinya.
Entah di sadari atau tidak laki-laki itu kini mengubah panggilannya, karena yang Luna dengar sedari tadi laki-laki itu selalu menggunakan ‘aku-kamu’ Luna ingin sekali mengingatkan laki-laki itu atas kata aneh yang keluar dari mulut laki-laki itu, tapi bagaimana pun Luna tidak bisa membohongi hatinya bahwa ia menyukai panggilan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Yusni
luna ga mau belajar mencintai..leo udh berusaha..semoga ada cinta diantara mereka
2021-09-25
0
moemoe
leo lboh dewasa ya keknya..pantas bs awet temenan sma perempuan... temen2 cowok ku jg dlu gini.jahil. tpi ngemong
2020-05-01
8
Lidia Oktarina
jgn pake kata2 kasar dong thor seperti setan /bego🙏
2020-02-01
10