Leo membelalakkan matanya saat tahu bahwa selama ini sebelum dirinya melayangkan persetujuan pada perjodohan yang dilakukan orang tuanya, ternyata keluarganya juga keluarga calon istrinya sudah menyusun dan mengurus pernikahan mereka, bahkan hingga saat ini calon istrinya itu belum sama sekali di beri tahu kabar ini.
Tidak habis pikir Leo dengan jalan pikiran kedua pasang paruh baya itu. Bagaimana mungkin Leo tidak frustasi saat tahu ternyata; gedung, undangan dan segala macam tek-tek bengek soal pernikahan sudah di persiapkan oleh keempat orang itu. Bahkan dekorasi sudah dalam pengerjaan yang dilakukan oleh ahlinya, sedangkan calon pengantin wanita belum sama sekali tahu kabar ini.
Semakin menganga saat mendengar tante Sari, ibu dari calon istrinya mengatakan bahwa undangan sudah dapat di ambil dua hari lagi. Ingin sekali Leo melayangkan protes, tapi Leo tahu bahwa itu akan percuma, ia juga tidak mau membuat orang tua; termasuk bundanya kecewa. Maka, mau tidak mau, siap tidak siap Leo harus menerima.
Selesai bertemu dam membicarakan soal pernikahannya, Leo memutuskan untuk pergi ke rumah Lyra, sahabat kecil yang sudah lama tidak ia temui.
Beberapa bulan lalu saat tahu kabar bahwa sahabatnya itu hamil, Leo terkejut, tapi juga bahagia karena akhirnya setelah rintangan dan rasa sakit yang sahabatnya itu rasakan kini kebahagian menghampiri.
Memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah yang cukup besar itu, lalu turun dan berjalan menuju pintu utama, menekan bel beberapa kali sampai sebuah suara pintu terbuka membuat senyumnya mengembang. Bi Nani menyambut dengan senyum juga pekikan terkejut saat melihat kedatangan Leo yang begitu berubah.
“Den Leo?” tanyanya tak percaya, Leo mengangguk seraya tersenyum melihat keterkejutan yang jelas di wajah wanita baya itu.
“Lily-nya ada, Bi?” tanya Leo yang langsung diangguki Bi Nani. Setelah basa basi sebentar dengan ART sahabatnya itu, Leo masuk ke dalam rumah yang sejak SMA sering ia kunjungi bersama sahabat-sahabatnya yang lain.
Leo melangkah menuju ruang tengah dimana si pemilik rumah berada. Dengan langkah pelan dan berusaha untuk tidak mengeluarkan suara, Leo mendekat ke arah Lily yang duduk bersandar pada tangan sofa, membelakanginya. Menutup mata wanita hamil itu hingga sebuah pekikan terkejut terdengar.
Lyra menjerit dan terus melemparkan bantal-bantal sofa kearahnya kemudian sebuah cubitan pedas wanita itu layangkan membuat Leo meringis, tidak menyangka bahwa sahabatnya masih memiliki tenaga sekuat itu untuk mencubitnya meski dalam keadaan hamil seperti itu
“Aw… aww… aw dasar Ibu hamil galak!” ringis Leo kesakitan.
“Aaa, Lele!” teriak Lyra begitu memekakkan telinga. Bahkan Leo sampai menutup telinganya karena tidak ingin wanita hamil itu merusak pendengarannya.
“Berisik Lily!”
“Gila-gila, ini beneran lo? Lelenya gue? Oh my good! Lele kenapa lo jadi berubah ganteng gini?” Leo hanya mendesah malas dengan kehebohan sahabatnya itu, tapi juga senyum tak urung ia berikan. Wanita hamil itu menarik lengan Leo hingga terduduk di sebelahnya menguyel pipi Leo yang jelas saja membuatnya sakit.
“Sakit Ly! Lo kenapa makin bringas aja sih, hah?!” protes Leo berusaha melepaskan tangan Lyra dari wajahnya
“Lo kapan pulang? Kenapa gak ngabarin gue? Sama siapa ke sini? Bawain gue oleh-oleh gak?”
Leo mendengus, merasa pusing mendengar rentetan pertanyaan yang di layangkan sahabatnya itu. Mengabaikan itu, mata Leo tertuju ke arah perut Lyra yang buncit.
“Perut lo gede banget, Ly?”
“Gara-gara Si Pandu ini asal lo tahu,” ucap Lyra tersenyum kecil. Terlihat jelas wajah bangga juga bahagia di sana.
“Udah berapa bulan, Ly?” Leo bertanya seraya meletakan tangannya di perut buncit Lyra dan mengelusnya dengan hati-hati.
“Udah tujuh bulan, waktu itu kan gue kasih tahu langsung sama lo, masa lo gak ngitung?”
“Ya, ngapain juga gue itung, lo buntingnya bukan sama gue.”
Bukankah tidak ada kerjaan jika Leo harus menghitung kehamilan istri orang lain? Bukan dirinya yang menghamili jadi, buat apa Leo harus ikut repot menghitung berapa usia kehamilan Lyra.
“Le, kok bisa lo jadi seganteng ini? Rambutnya sekarang udah gak hitam lagi, keren! Lo juga jadi lebih putihan, gak kumel kayak waktu SMA.” Leo mendengus kesal seraya melayangkan jitakan di jidat wanita hamil itu saat mendengar ledekan yang dilayangkan Lyra.
“Gue udah ganteng dari orok, Ly makanya dulu lo naksir gue.” Kedipan genit Leo berikan ke arah sahabatnya itu yang kini mengeluarkan dengusan juga tatapan malas.
“Nyesel gue muji!”
Leo hanya terkekeh melihat kekesalan sahabatnya itu. Sudah lama tidak merasakan suasana seperti ini, dimana ia dulu selalu menjahili dan menggoda sahabat sedari kecilnya itu.
“Tapi seriusan deh, Le, lo sekarang ganteng banget, jadi suami kedua gue mau?” tanya Lyra menaik turunkan alisnya. Leo bergidik.
“Sorry, Ly selera gue bukan cewek gendut.”
Percayalah, Lyra meski dalam keadaan perut buncit, tapi peremuan itu tetap telihat cantik apalagi sekarang tubuhnya lebih berisi, pipinya semakin tembam dan aura cantiknya semakin keluar. Andai ia yang menjadi suaminya, Leo pasti akan merasa amat bahagia saat ini, tapi Leo sadar itu tidak akan pernah terjadi. Lyra bukan di takdirkan untuk dirinya.
“Songong lo. Gue sumpahin nanti bini lo lebih gendut dari gue!”
Melihat kekesalan Lyra memang sudah menjadi hiburan tersendiri bagi Leo sejak dulu. Meski rasa sakit akibat pukulan dari bantal sofa yang dilakukan ibu hamil itu, Leo merasa puas tertawa, rasanya sudah sangat lama ia tidak tertawa selepas ini.
Lihatlah ibu hamil itu menyumpahinya untuk mendapatkan istri gendut, tidak tahu saja dia bahwa Leo akan menikah dengan wanita cantik bertubuh langsing, yang tidak lain adalah sahabat mereka sendiri.
Leo sebenarnya ingin bercerita pada sahabatnya itu, tapi sepertinya ini bukan waktu yang pas. Dan akhirnya niat itu kembali Leo urungkan. Kini ibu hamil itu tengah bersandar di dadanya, dia bilang ini kebiasaannya jika ada Pandu, dan berhubung suaminya tidak ada, tanpa meminta izin terlebih dulu Lyra langsung menyandarkan kepalanya.
Masa bodo dengan respons Pandu nanti, yang penting sekarang ia harus menuruti keinginan si ibu hamil, hitung-hitung belajar untuk dirinya nanti jika Luna hamil. Sejenak Leo ingin tertawa dengan pikirannya sendiri yang ternyata sudah sampai ke sana, padahal hatinya jelas mengakui bahwa tidak ada perasaan cinta untuk perempuan yang akan dinikahinya sepuluh hari lagi.
Ngomong-ngomong, Leo menjadi penasaran dengan respons Luna nanti saat tahu tentang pernikahan mereka yang sudah begitu tersusun apik. Menonton tayangan kartun juga melamun memikirkan reaksi Luna, membuat Leo tertawa bersama Lyra. Bukan, Leo bukan tertawa karena kelucuan di layar datar itu, tapi Leo tertawa karena membayangkan wajah terkejut Luna. Namun waktu yang pas itu membuat Lyra tidak meyadari apa yang sebenarnya Leo tertawakan.
Di tengah tawanya itu sebuah tarikan di tangannya yang merangkul bahu Lyra terasa menyakitkan. Jelas Leo terkejut begitu juga Lyra, keduanya langsung menengok ke belakang dan mendapati Pandu berada disana. Rahang sahabatnya itu mengeras dan wajahnya pun memerah. Leo, tahu Pandu tengah cemburu, tapi bukankah ini salah paham?
Saat hendak sebuah tinjuan mendarat Leo dengan cepat menghentikan dan sedikit menjerit memberi tahu sahabatnya itu bahwa ini dirinya. Leo menepis tangan Pandu, melihat sahabatnya memicing tak percaya. Leo hanya mampu mendengus kasar melihat tatapan yang dilayangkan Pandu, juga merasa risi. Leo tahu dirinya ganteng, tapi jika yang menatapnya seorang laki-laki, Leo merinding.
Setelah mengobrol basa-basi yang sahabatnya itu tanyakan tentang keberadaannya di sini juga pujian Lyra yang selalu mengatakan dirinya ganteng pada sang suami dan kemanjaan Lyra yang ingin di suapi saat makan malam hingga membuat wajah Pandu kecut karena cemburu dan terabaikan, akhirnya Leo memutuskan untuk pulang, meski ibu hamil itu sempat memintanya untuk menginap. Dan Leo berjanji untuk kembali keesokan harinya agar Lyra mengizinkannya untuk pulang malam ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
ika
lyra ini di crita apa?
kyk prnh baca tp lupa judulny
2023-04-22
0
Beci Luna
lanjut thorawal yg baik
2021-04-30
0
Maretha Putri
aduh ternyata tentang sahabat nya lyra dan pandu
2021-04-17
0