Sepulang dari butik, Melinda menyuruh anaknya membawa Luna untuk membeli cincin yang lagi-lagi hanya bisa mereka angguki dengan patuh. Luna yang hanya mengenakan pakaian rumahan, jeans selutut juga kaos longgar bahkan sandal bulu yang selalu di pakianya di dalam rumah memilih cuek saja walau jika di sandingkan malah terlihat seperti pembantu pria tampan di sampingnya.
Masa bodo dengan penampilan karena saat ini yang Luna mau hanyalah segera pulang kerumah dan tidur, tapi sesampainya di toko perhiasan justru Luna lah yang begitu antusias dan banyak memilih cincin yang menurutnya cantik bahkan entah sudah berapa banyak cincin yang Luna coba. Leo hanya berdecih dan mencibir dalam hati.
“Lo mau pilih yang mana?” Leo bertanya entah untuk yang keberapa kalinya selama satu jam berada di toko perhiasan yang untungnya sedang dalam keadaan sepi pengunjung.
“Yang ini lucu, desainnya juga sederhana, tapi gue lebih suka yang ini terlihat elegan …” jawaban yang Luna berikan sedari tadi selalu seperti itu, pilihannya tidak pernah tepat dan itu membuat Leo kesal sendiri.
“Beli semua kalau lo mau!” ucapan yang keluar dari mulut Leo itu membuat Luna berbinar, tapi sedetik kemudian binar itu kembali meredup.
“Cincin nikah kan harus satu, Le masa iya nanti gue pakek semua?”
“Aish, lo banyak mikir! Minggir biar gue yang pilih aja, lo kelamaan, ngabisin waktu!” Luna mempoutkan bibirnya mundur beberapa langkah dan membiarkan calon suaminya itu memilih cincin untuk pernikahan mereka nanti.
Hanya butuh waktu sepuluh menit dan laki-laki itu sudah berhasil mengantongi benda berbentuk lingkaran tersebut.
“Yang mana yang lo pilih, Le?” penasaran Luna bertanya.
“Nanti lo akan tahu saat nih cincin melingkar di jari lo.”
Setelah mengatakan itu Leo menarik tangan Luna membawanya keluar dari toko perhiasan, tidak perduli bahwa wanita yang di seretnya itu masih cemberut karena tidak puas dengan jawaban yang di berikannya.
“Anterin gue pulang, Le gue cape,” ucap Luna yang berada di belakang Leo.
“Gak!”
“Ish, gue cape Leo pengen pulang!” sentak Luna menghentakan tangannya cukup keras sampai genggaman Leo terlepas.
“Lo mau pulang?” Luna mengangguk. “Silahkan pulang sendiri, gue lapar pengen makan.”
Luna membelalakan matanya juga mulutnya terbuka saat mendengar jawaban yang keluar dari bibir Leo, bahkan laki-laki itu sudah berjalan lebih dulu meninggalkannya seorang diri di tengah keramaian mall. Menyebalkan.
Sebelum jauh Luna berjalan cepat menyusul laki-laki tega yang akan menjadi suaminya itu, ingat bukan karena Luna takut pulang sendiri, tapi saat ini ia tidak sepeserpun membawa uang jadi, bagaimana bisa ia pulang sedangkan datang kesini pun menumpang mobil laki-laki yang berubah menjadi menyebalkan seperti sekarang?
“Pelan dikit bisa kali jalannya, cape nih gue!” napas Luna tidak beraturan saking lelahnya mengejar Leo yang sama sekali tidak menghentikan langkah walau Luna sudah beberapa kali memanggil.
Tiba di sebuah café yang masih berada di dalam mall, Leo duduk tanpa menghiraukan Luna yang wajahnya terlihat kesal. Memanggil si pelayan lalu menyebutkan pesanannya setelah melihat buku menu yang di berikan. Luna menyebutkan pesanannya karena jujur dirinya pun lapar juga tenggorokannya terasa kering, masa bodo meski Leo tidak menawarinya.
“Jangan lupa lo yang bayar pesanan gue Le,” ucap Luna saat si pelayan café baru saja pergi dari hadapan mereka.
“Kenapa harus gue yang bayar, kan lo yang makan?”
“Ya, lo harus tanggung jawab dong! Gue ada di sini juga gara-gara lo yang seret sampai gue gak bawa uang sepeser pun,”
“Dih bodo amat itu mah salah lo sendiri, kenapa jadi nyalahin gue?” cuek Leo menaikan sebelah alisnya.
“Ck, jadi calon suami kok gak tanggung jawab. Gimana bisa coba Papa nikahin gue sama laki-laki kayak gini?” omel luna pelan, tapi masih dapat di dengar oleh Leo.
Laki-laki tinggi berwajah tampan dalam setelan kasual nya itu sedari tadi memperhatikan wajah kesal perempuan yang duduk di depannya, gerakan bibir yang terus mengeluarkan omelan sedari tadi saja tidak lepas dari pandangan Leo. Menggemaskan. Kata yang hati Leo ucapkan dengan senyum lebar yang sedari tadi ia tahan agar perempuan itu tidak melihatnya.
“Lo lapar apa doyan?”
Memperhatikan cara makan Luna yang sedikit bringas itu membuat Leo menatapnya dengan geli, padahal sejak SMA dulu mereka selalu makan siang bersama saat di kantin atau saat berada di luar, tapi baru kali ini Leo tahu bahwa perempuan cantik di depannya tidak begitu anggun dalam melahap makanan. Apa mungkin karena dulu memang tidak terlalu memperhatikan perempuan itu? Ah, mungkin iya, karena bagaimana pun sejak dulu perasaan Leo hanya untuk Lyra jadi tidak terlalu memperhatikan perempuan lain meskipun Luna juga adalah sahabat dekatnya.
“Berisik! Ini juga gara-gara ngejar lo, gue jadi lapar,” ucap Luna memberikan delikan tajam pada Leo. Laki-laki tampan itu hanya terkekeh geli kemudian menyantap makanannya tanpa membalas lagi perkataan Luna.
Selesai menghabiskan makannya, mereka langsung pulang saat hari sudah beranjak malam dan hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk sampai di kediaman Luna.
Leo menoleh kesampingnya dan mendapati Luna tertidur di sana. Tidak tega sebenarnya membangunkan perempuan cantik yang terlihat kelelahan itu. Namun mau bagaimana lagi, Leo terpaksa karena kalau tidak maka entah sampai kapan dirinya harus menunggu di dalam mobil sampai si cantik itu bangun.
“Udah sampai, Lun. Buruan lo turun, gue mau pulang,” menepuk pelan pipi Luna juga mengguncang tangan perempuan itu Leo lakukan sampai ia lelah, tapi sang putri tidur tidak juga bangun. Apa harus ia menciumnya seperti yang ada pada dongeng? Pikir Leo yang dengan cepat menggelengkan kepala, menepis pemikirannya yang konyol itu.
“Luna Bangun woy!” memilih berteriak pada akhirnya Leo berhasil membangunkan gadis itu.
“Arrggh Leo sialan, kenapa selalu teriak tiap bangunin gue sih lo, gak bisa apa lembut dikit?!”
“Dari tadi gue udah lembut, tapi lo gak bangun-bangun, dasar emang kebo, lo!” Luna mendengus kemudian membuka sabuk pengaman yang masih terpasang.
“Ya, kalau gak bangun-bangun tinggal lo gendong bawa ke kamar aja kenapa susahnya? Harusnya paham dong kalau gue tuh cape. Katanya mau jadi calon suami, tapi… ck! Pulang sana lo!"
Leo hanya melongo mendengar dumelan calon istrinya yang berakhir dengan pengusiran, sedangkan Luna keluar begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun atau meninggalkan sebuah kecupan selamat malam masuk kedalam rumah tanpa repot-repot menoleh untuk memastikan Leo bergerak atau belum.
“Model kayak gini mau jadi calon bini gue? Astaga apa Ayah gak salah pilih calon mantu? Ck, awas lo Lun, gue pastiin lo cinta mati setelah ini sama gue!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Imas Tuti
semangat Le buat bikin Luna cinta mati 😅😅😅
2021-02-07
1
Baresta 02
jangan kasih kendor bang leoo 😂
2020-12-03
1
Novia Via
SERU
2020-10-23
3