9. Meyakinkan

Saat hari sudah beranjak sore Luna dan Leo pulang lebih dulu karena sudah mendapat titah dari sang Prabu dan Ibunda masing-masing, menyuruh mereka untuk segera pulang karena mereka kata tidak baik calon pengantin masih berkeliaran saat hari mulai gelap.

Sepanjang perjalanan keduanya berada dalam keheningan, saat memutuskan pulang pun tidak ada perdebatan seperti saat akan berangkat tadi. Luna sibuk dengan pikirannya tentang apa yang di ucapkan laki-laki di sampingnya tadi, sedangkan Leo tengah menyusun kata yang akan kembali ia ucapkan untuk meyakinkan calon istrinya.

Sampai di depan taman yang ramai di saat sore hari ini Leo menghentikan laju mobilnya, membuat Luna yang sedari tadi tidak memperhatikan jalan menoleh sekeliling dan menatap Leo dengan tatapan bertanya.

“Pernikahan kita tinggal dua hari lagi Lun. Bukan cuma lo yang menolak pernikahan ini, gue juga sama seperti lo, tidak menginginkan ini. Sekian lama kita bersahabat, dan gue benar-benar menganggap lo sebagai sahabat. Tidak pernah sedikit pun dalam pikiran gue untuk menikahi sahabat gue sendiri bahkan pada Lyra sekalipun yang walau gue memiliki perasaan lebih …”

Luna mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Leo. Ia memang sedari dulu tahu bahwa laki-laki itu memiliki perasaan lebih pada Lyra jadi pengakuannya itu tidak membuat Luna terkejut.

“… seperti lo, gue juga gak memiliki perasaan apapun, tapi Bunda bilang bahwa perasaan itu akan hadir dengan seiring berjalannya waktu. Sama seperti lo, gue juga menentang keputusan Ayah dalam perjodohan ini dan lo tahu sendiri bukan? Keputusan mereka tidak pernah bisa di ganggu gugat, dan gue sebagai anak hanya bisa pasrah menerima walau hati menolak, gue hanya ingin mereka bahagia dan mungkin dengan cara ini salah satunya. Dan setelah gue memutuskan untuk menerima perjodohan ini, saat itu juga gue bertekad untuk membuka hati dan menerima lo dalam hidup gue,” Leo menghentikan ucapannya, menoleh pada Luna yang masih duduk di sampinya menatap dengan tatapan yang lagi-lagi tidak dapat ia artikan.

Leo tersenyum kecil, menatap kembali kearah depan dan meletakan punggungnya pada sandaran kursi mobil, menghela napas pajang sebelum akhirnya kembali membuka suara, “kita bersahabat sudah cukup lama Lun dan bahkan mungkin sedikit banyak lo tahu bagaimana gue, kegilaan gue, sikap dan perilaku gue mungkin lo tahu, tapi satu yang mungkin gak lo tahu dari gue, gue gak pernah main-main dalam sebuah komitmen. Sekalinya gue memutuskan untuk serius maka seterusnya akan tetap seperti itu. Ayah mengajarkan gue untuk bisa bertanggung jawab pada apa saja yang memang harus gue pertanggung jawabkan.”

Luna semakin menundukan kepalanya, memang ia dapat melihat keseriusan dari mata laki-laki itu, tapi entah kenapa Luna masih saja merasa cemas dan ragu. Sedari dulu ia hanya menginginkan pernikahan sekali seumur hidup, membina rumah tangga dengan laki-laki yang mencintainya dan juga ia cintai. Seperti kata Leo, menikah dengan sahabat sendiri tidak pernah ada dalam pikirannya begitu pun dengan Luna.

Menghembuskan napas pelan, Leo menoleh pada Luna yang masih menunduk. Meraih tangan Luna yang berada di pangkuan gadis itu membawanya berpindah pada pangkuannya dan yang dilakukannya itu membuat Luna mendongak menatapnya. Leo meremas pelan tangan putih dan lembut yang sedikit berkeringat dingin itu, menatap tepat pada manik Luna yang juga tengah menatapnya dengan serius. “Lun, gue mungkin bukan laki-laki yang lo inginkan, bukan juga yang lo harapkan. Pernikahan yang akan kita hadapi memang berdasar akan sebuah paksaan, tapi gue percaya bahwa di dalamnya ada campur tangan Tuhan …”

“… izinin gue untuk masuk ke dalam hati lo, Lun gue janji akan menjaga kepercayaan lo, gue akan senantiasa menjaga hati lo dan gue akan terus berusaha untuk membahagia kan lo. Saat ini, lo boleh ragu terhadap gue, tapi gue mohon untuk selanjutnya biarkan gue menyentuh hati lo, membuktikan apa yang baru saja gue ucapkan. Hati gue sudah terbuka lebar untuk lo Lun dan gue berharap lo pun akan melakukan hal yang sama.”

Leo membawa tubuh mungil Luna kedalam pelukannya, mendekap punggung yang bergetar hebat akibat tangis itu dengan erat untuk menenangkannya dan memberi wanita itu kenyamanan.

“Mari belajar untuk saling mencintai, Le dan bantu gue untuk percaya sampai keraguan ini tidak lagi gue rasakan.” Kata yang di keluarkan Luna di tengah isak tangisnya menerbitkan senyum di bibir Leo.

Melepaskan pelukan dan menangkup wajah cantik Luna yang sudah basah dengan air mata, jari Leo bergerak untuk menyeka sudut mata cantik perempuan di hadapannya dengan lembut, memberikan senyum kecil yang begitu manis dan membuat siapa saja akan terpesona kemudian mengecup kedua mata itu secara bergantian.

“Gue janji, Lun gue janji akan menjaga kepercayaan lo dan gue pastikan lo akan kehilangan rasa ragu itu.” Keduanya tersenyum dalam hati masing-masing mereka berjanji untuk belajar menerima dan belajar untuk saling membuka diri. Tidak akan sulit bukan untuk jatuh cinta pada sahabat sendiri?

“Apa yang akan jadi jaminannya kalau sampai lo gak bisa menepati ucapan lo?”

“Lo rentenir Lun?” cepat Luna menggelengkan kepala. “Terus kenapa minta jaminan? Lo kira gue pinjam uang di Bank!”

Satu geplakan mendarat tepat di kepala Leo, cukup keras sampai si empunya meringis. “Lo emang bukan pinjam uang, Le tapi lo pinjam hati gue. Uang yang mudah di cari aja ada jaminannya, ya, masa hati yang sulit di perbaiki gak ada jaminannya, harus ada dong. Jadi apa yang akan lo jadikan jaminan?”

“Emm apa ya? Kulkas di rumah Bunda kayaknya boleh deh di jadiin jaminan,” Leo berucap dengan ekspresi yang terlihat seperti orang yang tengah berpikir.

Lagi satu geplakan kembali mendarat di kepala Leo, wajah kesal Luna tunjukan, melipat kedua tangannya di dada kemudian membuang muka.

“Lo lucu kalau lagi cemberut gitu, Lun. Mirip bebek.” Tangan Leo terulur untuk mencubit pipi Luna, tapi sebelum itu terjadi Luna lebih dulu menepisnya dan menatap tajam Leo.

“Gue nanya serius Leo, kenapa lo becandain? Gimana gue mau yakin nikah sama lo kalau apa-apa lo selalu becandain? Jangan-jangan nanti hati gue lo becandain juga!” Marah. Ya Luna marah karena ia merasa bahwa Leo tengah mempermainkan perasaannya.

“Kalau lo cuma mau main-main dengan perasaan gue, lebih baik batalkan pernikahan yang akan di selenggarakan lusa. Kalau emang lo gak sanggup dan gak mau mempermalukan orang tua lo, biar gue yang pergi dan membatalkan pernikahan kita.” Luna berkata dengan raut wajah yang kembali murung, air sudah menggenang di pelupuk matanya dan itu membuat Leo merasa bersalah.

“Gue minta maaf, Lun maaf kalau gue salah, tapi asal lo tahu, gue gak pernah main-main dengan perasaan dan gak pernah sedikit pun berniat untuk mempermainkan lo. Lo bisa pegang ucapan gue, Lun dan jika sampai gue melakukan kesalahan dan mengingkari ucapan gue, apa yang akan lo lakuin untuk hukum gue, akan gue terima. Gue akan berusaha untuk menepati semua ucapan gue, Lun termasuk membahagiakan lo.” Mata Leo memancarkan keseriusan yang tidak dapat Luna elakkan.

Terpopuler

Comments

Riska Wulandari

Riska Wulandari

segitu dewasanya Leo..

2021-11-08

1

puji rahayu

puji rahayu

lg romantis2na palah mikir jamina.
😁😁😁😁😁

2021-06-12

1

dite

dite

yg dibilang si leo bener sih, apalagi yg dicari coba.. bukankah lebih baik hidup dg orang yg memang sudah kita kenal dg baik, dan kita nyaman dg dia, drpd kita ksana kmari

2021-06-07

1

lihat semua
Episodes
1 1. Kepulangan Leo
2 2. Kunjungan ke Rumah Lyra
3 3. Di Kampus Pandu
4 4. Menemui Calon Istri
5 5. Cemburu?
6 6. Butik
7 7. Menyebalkan
8 8. Kecemasan
9 9. Meyakinkan
10 10. H-1 Menuju Pernikahan
11 11. Wedding
12 12. Reaksi Berlebihan
13 13. Siang Pertama Pengantin Baru
14 14. Apa Tidak Terlalu Cepat?
15 15. Perempuan Itu Sulit Di Mengerti
16 16. Melepas Kepergian
17 17. Rindu Ini Menyiksaku
18 18. Tidak Karuan
19 19. Rindu Yang Membuat Bodoh
20 20. Rindu Yang Terobati
21 21. Pindah Rumah
22 22. Kekesalan Luna
23 23. Permintaan Maaf
24 24. Ketakutan Luna
25 25. Papi Leo
26 26. Calon Pelakor
27 27. Bahagia Itu Sederhana
28 28. Panik
29 29. Bali
30 30. Sesuai Harapan
31 31. Menyambut Kehamilan Luna
32 32. Keinginan Luna
33 33. Siksaan Terberat Leo
34 34. Wedding Amel-Dimas
35 35. Luna Yang Tiba-Tiba Menangis
36 36. Pingsan
37 37. Siapa Dia?
38 38. Salah Paham
39 39. Ibu Hamil Menyebalkan
40 40. Tujuh Bulanan
41 41. Devi Ngidam (?)
42 42. Toko Perlengkapan Bayi
43 43. Drama Hari Libur
44 44. Kecemasan Menjelang Persalinan
45 45. Kalut
46 46. Kondisi Luna
47 47. Calon Istri Rapa
48 48. Welcome To The World Queen
49 49. Kegilaan Hakiki
50 50. Double Happy
51 51. Majikan Sableng
52 52. Rencana Para Ayah
53 53. Mall
54 54. Kemarahan Leo
55 55. Keadaan Luna
56 56. Penyesalan Leo
57 57. Kesedihan Leo
58 58. Kena Omelan
59 59. Bocah kencur
60 60. Terima Kasih Queen
61 61. Kisah Pilu Amel
62 62. Selesai
63 63. Sweet Moment
64 64. Sakit
65 65. Morning Sickness
66 66. Ngidam
67 67. Merepotkan
68 68. Momen Manis yang Terganggu
69 69. Kecelakaan
70 70. Kondisi Dimas
71 71. Kesedihan
72 72. Sindiran
73 73. Sadar
74 74. Mari Saling Mengingatkan
75 75. Pagi Sibuk
76 76. Happy With Little Family
77 77. Piknik
78 78. Nostalgia
79 79. Luna mau Lahiran (juga)?
80 80. Welcome To The World Baby Twins
81 81. Istri Galak
82 82. Cumi Oh Cumi
83 83. Pertemuan Tidak Sengaja
84 84. Cemburu
85 85. Omelen Jiwa Hemat Leo
86 86. Hampir di Gondol Kucing
87 87. Memangnya Tidak Sakit Hati?
88 88. Rindu
89 89. Reuni
90 90. I Love You
91 Bonus Chapter
92 Cuplikan eps 1 Rapa & Cleona + ucapan terima kasih
93 Bukan Update!!
94 INFO !!!
Episodes

Updated 94 Episodes

1
1. Kepulangan Leo
2
2. Kunjungan ke Rumah Lyra
3
3. Di Kampus Pandu
4
4. Menemui Calon Istri
5
5. Cemburu?
6
6. Butik
7
7. Menyebalkan
8
8. Kecemasan
9
9. Meyakinkan
10
10. H-1 Menuju Pernikahan
11
11. Wedding
12
12. Reaksi Berlebihan
13
13. Siang Pertama Pengantin Baru
14
14. Apa Tidak Terlalu Cepat?
15
15. Perempuan Itu Sulit Di Mengerti
16
16. Melepas Kepergian
17
17. Rindu Ini Menyiksaku
18
18. Tidak Karuan
19
19. Rindu Yang Membuat Bodoh
20
20. Rindu Yang Terobati
21
21. Pindah Rumah
22
22. Kekesalan Luna
23
23. Permintaan Maaf
24
24. Ketakutan Luna
25
25. Papi Leo
26
26. Calon Pelakor
27
27. Bahagia Itu Sederhana
28
28. Panik
29
29. Bali
30
30. Sesuai Harapan
31
31. Menyambut Kehamilan Luna
32
32. Keinginan Luna
33
33. Siksaan Terberat Leo
34
34. Wedding Amel-Dimas
35
35. Luna Yang Tiba-Tiba Menangis
36
36. Pingsan
37
37. Siapa Dia?
38
38. Salah Paham
39
39. Ibu Hamil Menyebalkan
40
40. Tujuh Bulanan
41
41. Devi Ngidam (?)
42
42. Toko Perlengkapan Bayi
43
43. Drama Hari Libur
44
44. Kecemasan Menjelang Persalinan
45
45. Kalut
46
46. Kondisi Luna
47
47. Calon Istri Rapa
48
48. Welcome To The World Queen
49
49. Kegilaan Hakiki
50
50. Double Happy
51
51. Majikan Sableng
52
52. Rencana Para Ayah
53
53. Mall
54
54. Kemarahan Leo
55
55. Keadaan Luna
56
56. Penyesalan Leo
57
57. Kesedihan Leo
58
58. Kena Omelan
59
59. Bocah kencur
60
60. Terima Kasih Queen
61
61. Kisah Pilu Amel
62
62. Selesai
63
63. Sweet Moment
64
64. Sakit
65
65. Morning Sickness
66
66. Ngidam
67
67. Merepotkan
68
68. Momen Manis yang Terganggu
69
69. Kecelakaan
70
70. Kondisi Dimas
71
71. Kesedihan
72
72. Sindiran
73
73. Sadar
74
74. Mari Saling Mengingatkan
75
75. Pagi Sibuk
76
76. Happy With Little Family
77
77. Piknik
78
78. Nostalgia
79
79. Luna mau Lahiran (juga)?
80
80. Welcome To The World Baby Twins
81
81. Istri Galak
82
82. Cumi Oh Cumi
83
83. Pertemuan Tidak Sengaja
84
84. Cemburu
85
85. Omelen Jiwa Hemat Leo
86
86. Hampir di Gondol Kucing
87
87. Memangnya Tidak Sakit Hati?
88
88. Rindu
89
89. Reuni
90
90. I Love You
91
Bonus Chapter
92
Cuplikan eps 1 Rapa & Cleona + ucapan terima kasih
93
Bukan Update!!
94
INFO !!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!