Selesai sarapan di rumah Lyra dan mengobrol ngaler ngidul hingga akhirnya hanya duduk-duduk bosan sambil menonton televisi yang tayangannya tidak sama sekali ada yang seru, akhirnya ibu hamil itu mengajak untuk pergi ke kampus dimana Pandu kuliah. Leo ingat bahwa di sana juga calon istrinya kuliah.
Bi Nani menyerahkan kotak berisi makan siang Pandu dan tak lama dari itu Lyra keluar dari kamarnya, penampilannya sudah siap, rapi meski hanya mengenakan dress hamil selutut berwarna biru muda yang terdapat tali pita di bagian atas perutnya dan sebuah kerutan di bagian belakang, memperlihatkan tonjolan perut buncit wanita itu.
Membukakan terlebih dulu pintu mobil sebelah kanan kemudian mempersilahkan sahabatnya masuk, setelah kembali menutup pintu barulah Leo berjalan memutar menuju pintu kemudi dan langsung menjalankan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Lyra-Pandu.
Seperti biasa jika bersama sahabat satunya ini tidak akan pernah kehabisan topik obrolan, perempuan itu terus saja mengoceh menanyakan keseharian Leo di Amerika sana, suasana kampus yang menjadi tempatnya menuntut ilmu, juga bule-bule yang menurut perempuan itu ganteng.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di kampus besar yang menjadi tempat sahabat-sahabatnya menuntut ilmu, karena kini, mereka sudah sampai di parkiran gedung fakultas bisnis dimana Pandu berada.
Leo turun dari mobil dan tidak lupa menguncinya kembali, menggandeng si ibu hamil berjalan menyusuri koridor yang tidak terlalu sepi, karena lumayan banyak orang yang diam, membaca buku, tertawa bersama teman-temannya bahkan berlalu lalang.
Leo sadar dengan banyaknya pasang mata yang menatap kearahnya apa lagi di koridor ini di huni lebih banyak oleh perempuan yang hampir semua menatapnya. Jiwa playboy Leo jelas bangkit apa lagi tidak sedikit dari mereka yang menatapnya terang-terangan, menunjukan tatapan tertarik akan dirinya.
Kedipan juga senyuman manis yang akan membuat siapa saja yang melihatnya terpesona, Leo lakukan sampai jeritan tertahan dan senyum malu-malu dapat Leo lihat.
“Di Amerika gak ada cewek cantik ya, Le?” Leo menoleh ke arah perempuan dalam gandengannya saat sebuah pertanyaan bernada cibiran itu ia dengar.
“Di Amerika banyaknya bule, Ly, gue gak suka. Mendingan yang kayak mereka itu, manis.” Jawab Leo.
Memang di Amerika banyak perempuan bule yang terkenal cantik dan seksi, tapi sedikitpun tidak membuat Leo tertarik. Leo lebih suka perempuan Asia yang memiliki wajah manis, tidak membosankan saat di pandang.
Kedipan kembali Leo layangkan pada sekumpulan perempuan yang tengah menatapnya penuh minat, hingga sebuah teriakan memanggil namanya mengalihkan Leo dari ketiga perempuan yang kini menyembunyikan wajah merahnya. Terlihat jelas di depan sana dua perempuan yang amat dikenali tengah berlari menghampiri.
Tanpa sadar Leo melepaskan tangan Lyra dari genggamannya dan berlari kecil ke arah dua perempuan yang berteriak memanggil, memeluk kedua orang itu secara bersamaan sampai telinganya terasa panas akibat jeweran yang ibu hamil itu berikan.
Ringisan nyatanya tak dipedulikan meskipun Leo memohon ampun hingga tak lama jeweran itu terlepas. Leo menghela napas lega, bersyukur karena Pandu cepat datang sebelum dedemit galak itu membuat kupingnya putus.
“Lo kenapa sih, Ra? Sakit nih kuping gue?!” Leo mengusap-usap telinganya yang luar biasa sakit.
“Abis gue kesel, lo malah ninggalin gitu aja nyamperin dua demit ini, lupa apa kalau gue lagi hamil, nanti kalau ada yang nyulik gue gimana coba?” gerutu Lyra yang masih saja cemberut dalam rangkulan Pandu.
“Mana ada yang mau nyulik lo,”
“Mereka juga mikir berulang kali buat nyulik ibu hamil doyan makan kayak lo,”
Leo ikut tertawa dengan kedua perempuan yang melancarkan ledekan pada ibu hamil itu.
Diam-diam Leo menikmati tawa renyah gadis di depannya, tersenyum kecil saat merasakan desiran hangat di hatinya seakan ada rasa baru yang menerobos untuk masuk, dan membuatnya hangat hanya dengan tawa perempuan itu, perempuan yang tidak lama lagi akan dirinya nikahi. Dan sejak itu lah Leo mulai menempatkan hatinya.
Kini mereka duduk di kantin dengan dua meja yang di satukan, duduk bertujuh menikmati makan siang masing-masing. Tadi Leo sempat berkenalan dengan kedua teman baru Pandu, mereka mudah bergaul dan menerima orang baru seperti Leo dan juga cukup menyenangkan.
Sedari tadi pandangan Leo tak lepas dari Lyra dan Pandu, kedua sahabatnya yang terlihat manis dan begitu hangat, kesabaran Pandu mendapat dua acungan jempol dari Leo melihat bagiamana manjanya Lyra.
“Lo mentang-mentang lagi hamil, Ly manjanya malah nambah!” Leo mencibir dan menarik hidung Lyra dengan gemas hingga sang empunya mendengus dan menatapnya dengan kesal.
“Sirik aja lo, jomblo!”
“Sembarangan aja lo kalau ngomong! Sorry ya gue udah gak jomblo lagi,” jawab bangga Leo seraya melirik ke arah Luna, menatap perempuan yang tengah menyantap makanannya dengan sedikit anggun.
“Ah masa, emang ada yang mau sama lo?” tanya Lyra meremehkan.
“Ngeremehin gue lo? Lihat dua lagi gue kirim undangan ke rumah lo.” Jawab bangga Leo. Semua orang yang berada satu meja dengannya menghentikan aktivitas makan mereka, menatap Leo dengan tatapan yang seolah bertanya ‘lo serius'.
Leo memberikan senyum smirknya ke arah mereka, menatap sekilas pada Luna untuk melihat respons perempuan cantik yang akan menjadi istrinya. Dan wajah cengo juga tatapan tak percaya itu lah yang membuat Leo yakin bahwa perempuan itu sampai saat ini belum tahu akan perjodohan juga pernikahan yang sudah di susun orang tua mereka.
“Lo gak bercanda kan, Le? Lo nikah sama siapa? Kok gak pernah cerita sama gue? Bule Amerika? Bukannya lo bilang gak suka cewek bule?” rentetan pertanyaan yang Lyra layangkan jujur saja membuat Leo pusing mendengarnya dan ingin sekali menjedotkan kepalanya ketembok jika saja ia tidak tahu akan rasa sakitnya.
“Nanti gue kirim undangannya. Dari sana lo akan tahu siapa perempuan yang gue nikahi.” Jawab Leo sok misterius.
“So-soan main rahasia-rahasiaan lo, Le tinggal bilang aja nama ceweknya susah banget!” dengus Luna mendaratkan sentilan di pelipis Leo.
“Kalau gue kasih tahu sekarang, nanti gak akan surprise lagi dong,” ucap Leo menaik turunkan alisnya menggoda ke arah Luna.
“Gue penasaran, sumpah Le! Kasih tahu dong! Lo gak kasian sama gue yang lagi hamil? Nanti kalau anak gue ileran gimana?” wajah memelas yang Lyra berikan untuk membujuk agar sahabatnya itu mau memberi tahu, tapi sayang itu tidak berhasil saat sebuah gelengan Leo berikan.
“Yang ngeces juga anak lo, bukan anak gue!” jawab Leo tak perduli yang membuat Lyra mendengus kesal dan melayangkan cubitan-cubitan kecil di tangan laki-laki tampan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Kepiting Cina
coba sebutkan nama kamu deh lun, ya itu namanya
2022-05-28
0
inayah mentul
kok gue jd lbh suka leo sama lyra yaaa
ap nanti setelah leo nikah
dan pandu membuat hati lyra skt lagi
ap leo yang akan maju menghajar pandu duluan.
seru kayak nya.😆
2020-06-23
1
inayah mentul
kok gue jd lbh suka leo sama lyra yaaa
ap nanti setelah leo nikah
dan pandu membuat hati lyra skt lagi
ap leo yang akan maju menghajar pandu duluan.
seru kayak nya.😆
2020-06-23
3