Leo keluar lebih dulu dari mobil saat Wisnu sudah berhasil memarkirkan mobilnya di pelataran rumah, membantu Luna yang masih mengenakan gaunnya itu untuk ikut keluar dan melangkah masuk menuju rumah besar keluarga Leo. Sepasang pengantin itu berjalan lebih dulu di ikuti Melinda dan Wisnu di belakangnya yang tersenyum bahagia.
“Bunda sama Ayah istirahat ya, maaf udah buat kalian kelelahan,” ucap Leo sesaat setelah menghentikan langkahnya, menatap penuh terima kasih pada kedua orang tuanya itu. Melinda tersenyum begitu juga dengan Wisnu, memeluk anak semata wayangnya penuh haru.
Luna yang menyaksikan pun ikut terharu dengan kehangatan keluarga dari suaminya. Ups, suami? Tiba-tiba ada gelenyar aneh yang menghangatkan hatinya. Luna memegang dadanya yang kembali berdetak cepat. Melinda menarik Luna ikut kedalamnya dan jadilah mereka pelukan berempat. Meski masih terasa canggung, tapi Luna tetap mengembangkan senyumnya.
“Kalian juga istirahat ya,” ucap Melinda yang diangguki Luna dan Leo bersamaan. Setalah pamit dan mengecup pipi ibunya Leo menuntun Luna untuk melanjutkan langkah menuju kamarnya yang ada di lantai atas. Namun baru saja menaiki undakan tangga kedua suara Bundanya terdengar dan berhasil menghentikan langkah mereka.
“Jangan lupa buatkan cucu buat kami, ya, Bang!”
Leo menoleh dan melayangkan tatapan tajam pada sang Bunda yang malah di balas dengan kekehan geli, sedangkan Luna wajahnya sudah memerah karena malu, tangan satunya yang bebas meremas gaun pernikahannya dengan kuat menyalurkan kegugupannya.
Tak membalas ucapan sang Bunda, Leo kembali melanjutkan langkahnya masih menuntun tangan Luna menaiki satu persatu tangga sampai undakan itu habis dan melangkah menuju pintu berwarna coklat yang berada di sisi kanan lantai dua ini membuka pintu tersebut dan barulah Leo melepaskan genggaman tangannya pada tangan Luna.
Luna masih berdiri di ambang pintu sedikit ragu untuk masuk, sedangkan Leo sudah berada di dalam, melepas jas yang sedari tadi di kenakan mengabaikan Luna yang masih asik dengan dunianya. Melangkah perlahan Luna kini sudah berada di tengah-tengah ruang kamar yang cukup luas ini, matanya menjelajah setiap sudut kamar Leo yang di dominasi dengan warna abu-abu itu terlihat elegan dan maskulin, khas pria. Terdapat televisi yang menempel di dinding, lemari kaca berisikan miniature tersusun rapi, meja rias dengan kaca cukup besar setinggi manusia, ranjang, nakas kecil di sisi kanan kiri ranjang, lampu tidur dan lemari besar.
Melihat di samping ranjang terdapat kopernya Luna mendekat untuk mengambil pakaian gantinya malam ini kemudian kembali meneliti setiap inci kamar Leo yang mulai malam ini menjadi kamarnya juga. Saking fokusnya meneliti dan mengagumi ruangan yang akan menjadi tempat tinggalnya itu membuat Luna sampai tidak menyadari bahwa Leo sudah keluar dari kamar mandi dan berdiri di ambang pintu. Saat mata Luna bertemu dengan laki-laki tampan itu langsung menjerit dan menutup matanya dengan cepat.
“Arrrggghh Leo sialan, kenapa lo gak pake baju?!” panik Luna yang melihat dada telanjang Leo yang ia akui memang indah. Namun tetap saja ini kali pertama Luna melihat pemandangan vulgar ini.
“Gue emang gak suka pakai baju kalau habis mandi dan tidur, Lun jadi lo harus terbiasa.” Jawab Leo yang masih berdiri di ambang pintu kamar mandi menatap Luna yang masih saja menutup wajah menggunakan tangannya.
“Astaga mata suci gue ternodai. Mama, Papa mata Luna udah gak perawan lagi…”
“Sebentar lagi bukan cuma mata lo yang gak perawan, tapi seluruhnya.”
Mendengar ucapan vulgar itu membuat Luna melepaskan tangan dari wajahnya menatap tajam Leo yang masih berdiri dengan tampannya tanpa sedikit pun merasa bersalah. Namun hanya beberapa detik sampai ia kembali melihat dada telanjang itu kembali menutup wajahnya.
“Mimpi apa gue semalam dapat suami nyebelin kayak dia. Ya Tuhan cobaan apa yang kau berikan pada hamba yang suci ini,” mendengar gumaman kecil istrinya itu Leo melangkah mendekat tanpa Luna sadari. Menepuk bahu istrinya pelan yang ternyata malah mendapat respon yang begitu menyejutkan dari gadis yang masih mengenakan gaun pengantinnya itu.
Tangan Luna dengan refleks menepis tangan Leo yang menepuk bahunya dan langsung lari menuju kamar mandi dengan dumelan tak jelas dan menutup pintu dengan sedikit di banting membuat kerutan heran di kening Leo timbul.
“Mimpi apa gue semalam dapat istri yang sedikit gak waras gini,” Leo menggeleng-gelengkan kepala. “Baru tahu gue kalau tu curut bisa cerewet dan doyang ngedumel. Memang deh temanan sama si Lyra udah pasti ketularan sablengnya."
Entah berapa lama Luna berada di kamar mandi berendam air hangat yang setidaknya sedikit bisa merileks kan tubuh pegalnya. Selesai mengenakan baju tiidurnya, Luna baru lah keluar dari kamar mandi, menatap sekeliling dan ia dapat menghela napas lega saat tidak mendapati Leo di manapun dalam ruangan ini.
Jam memang masih menunjukan pukul delapan malam, tapi rasa kantuk sudah menyerang Luna akibat lelah seharian berdiri menyalami tamu undangan. Memilih membaringkan tubuh di atas ranjang besar milik Leo saat rasa kantuknya tak lagi bisa ia tahan, saking mengantuknya sampai suara pintu terbuka dan kembali tertutup pun Luna abaikan, masa bodo tentang siapa itu yang datang karena ia hanya ingin tertidur saat ini.
Sedikit lagi ia menyentuh alam mimpi namun sebuah benda berat yang melingkar di pinggangnya membuat Luna menjerit terkejut dan langsung loncat dari tempat tidur dengan wajah panik yang begitu ketara.
“Lo kenapa, Lun?” Leo juga tak kalah terkejutnya dengan respon Luna yang berlebihan itu hanya bisa menatap istrinya dengan tatapan bingung dan bertanya.
“Apa yang lo lakuin barusan?” bukannya memberi jawaban, Luna malah bertanya balik dan itu sukses membuat Leo menaikan sebelah alisnya.
“Tidur,” jawaban singkat Leo membuat Luna berdecak kesal.
“Tapi gak usah peluk-peluk gue juga, setan!” murka Luna yang wajahnya kini memerah karena kesal juga jantungnya yang masih berdetak dengan cepat karena keterkejutannya tadi.
“Loh emang kenapa? Lo kan istri gue, jadi gak apa-apa dong, kan udah sah.” Leo berkata seraya bangun dari duduknya, berdiri dan melangkah mendekat pada Luna. Perempuan cantik dalam balutan baju tidur lengan dan celana pendek berbahan satin itu mundur beberapa langkah, namun saat akan kembali mundur tangan Leo lebih dulu menariknya sampai Luna mendarat di pelukan sang suami dengan cepat Luna mendorong tubuh Leo agar menjauh. Wajahnya kini sudah panas, malu, marah, juga salah tingkah.
Luna kembali naik ke atas tempat tidur mengabaikan Leo. Tidur menyamping membelakangi Leo yang masih berdiri menatap punggung sang istri dan tak lama laki-laki itu menyusul, membaringkan kembali tubuhnya di sisi kosong ranjangnya. Dalam hati Luna terus was-was dan mengucapkan doa-doa yang akan menenangkan hati dan detak jantungnya yang menggila.
Leo yang berpikir bahwa istrinya sudah tidur pun kembali melingkarkan tangannya di pinggang Luna yang sayangnya kembali di tepis perempuan cantik itu dengan cepat. Luna mengubah posisi tidurnya menjadi duduk menatap tajam Leo.
“Apa maksud lo peluk-peluk gue?” Luna bertanya dengan wajah galaknya.
“Emang gue gak boleh peluk istri gue sendiri? Lupa lo kalau tadi pagi kita udah nikah, udah sah di mata hukum dan agama? Lo baru gue peluk udah jejeritan gitu, gimana kalau udah mulai gue masukin?”
Mulut Luna terbuka, matanya membelalak dan wajahnya terlihat begitu shock mendengar ucapan Leo, tidak menyangka bahwa laki-laki itu akan mengeluarkan kata-kata yang vulgar seperti itu.
“Ya ampun, ucapan lo, Le!” Luna menggelengkan kepala. “Kita emang udah nikah, tapi please masa lo lupa kalau kita nikah karena adanya pejodohan itu…”
“Gue ingat kok. Terus kenapa?” jawab Leo dengan cepat sebelum Luna menyelesaikan katanya.
“Gue sama sekali gak cinta sama lo, Le. Gak usah peluk-peluk gue juga please, gue risi,”
Leo yang mulai bosan mendengar celotehan istrinya itu langsung saja menarik tangan Luna hingga gadis itu jatuh tepat di dadanya yang telanjang. Luna shock menyadari bahwa dada itu tidak terhalang selembar benang pun berusaha melepaskan diri, namun Leo lebih terlalu erat memeluknya sampai ia tidak bisa bergerak di tambah lagii dengan kaki Leo yang ikut melingkari tubuhnya seolah dirinya sebuah guling dan itu membuat Luna semakin tidak bisa bergerak.
“Lepasin gue, Le!”
“Udah diam, tidur! Gak usah berontak lagi, lo harus terbiasa karena mulai dari malam ini gue akan selalu meluk lo ketika tidur!” setelah mengatakan itu Leo langsung mendaratkan kecupan di kening Luna, cukup lama membuat Luna yang awalnya memberontak berusaha melepaskan tiba-tiba diam, solah terhipnotis dengan kata juga kecupan yang suaminya itu berikan dan hatinya menghangat.
“Selamat tidur istriku.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Dewi Nurmalasari
luna ih kasar banget,, kan dh sepakat saling mencoba nerima
2023-09-25
0
Riska Wulandari
buat Luna bucin ya Leee..
2021-11-08
0
Beci Luna
aduh luna malu tapi mau si juga nanti
2021-04-30
0