8. Kecemasan

Tidak terasa waktu terus berjalan dan pernikahan tinggal dua hari lagi, Luna dan Leo masih juga belum dekat, entah apa yang membuat gadis itu terus menolak pernikahan ini padahal seharusnya dia bersyukur karena menikah dengan laki-laki setampan Leo yang bahkan sudah dia kenal lama.

Leo yang baru saja selesai dengan tampilannya, berdiri di depan kaca besar yang ada di kamarnya memperhatikan penampilan kasualnya yang ia akui bahwa dirinya begitu tampan. Meraih dompet, kunci mobil juga ponsel Leo bergegas keluar dari kamar menuruni setiap undakan tangga dan tidak lupa pamit pada kedua orang tuanya yang duduk santai di teras depan.

Pertama yang harus dirinya lakukan adalah mengendarai mobil putih kesayangannya meluncur ke rumah Luna untuk menjemput calon pengantinnya itu. Senyum Leo berkembang sempurna dan itu terjadi sepanjang perjalanan. Namun saat beberapa blok lagi sampai di kediaman Luna dengan cepat ia merubah ekspresinya menjadi datar kembali.

“Kemana aja sih lo, Le jam segini baru datang?” pertanyaan bernada kesal itu keluar dari mulut Dimas, sahabatnya yang kuliah jauh di luar kota yang sayangnya Leo tidak tahu apa nama kota tempat tinggal baru temannya itu.

“Kesiangan bangun gue,” jawab Leo yang tentu saja berbohong. Sebenarnya sedari pagi ia sudah bangun namun yang membuatnya telat adalah memilih pakaian, Leo ingin terlihat tampan di depan Luna pagi menjelang siang ini, karena siapa tahu nanti gadis itu akan jatuh cinta padanya.

“Udah gak usah banyak ngomong, mending sekarang kita berangkat, takutnya si Pandu sama Lyra pergi keluar.” Semua mengangguk membenarkan ucapan Amel. Leo menarik Luna untuk naik ke mobilnya saat perempuan cantik itu hendak membuka mobilnya sendiri.

“Dim, lo bawa si Amel sama Devi ya, awas jangan lo macem-macemin!” perintah dengan diakhiri ancaman itu mendapat delikan malas dari ketiganya, sedangkan Luna terus meronta meminta di lepaskan dan tetap kekeh ingin membawa mobilnya sendiri begitu juga dengan Leo yang tetap kekeh bahwa Luna harus ikut di mobilnya.

“Naik Luna!” titah Leo penuh penekanan.

“Gak! Gue punya mobil sendiri dan gue juga bisa nyetir jadi lepasin tangan gue, Leo gue gak mau barengan sama lo,” balas Luna tak mau kalah.

“Naik mobil gue aja, Lun jalanan akan semakin macet kalau lo bawa mobil sendiri. Buruan masuk, yang lain udah berangkat itu,” Luna masih bertahan untuk tidak masuk ke dalam mobil Leo walau laki-laki itu memaksa. Jelas Leo kesal karena perempuan keras kepala yang akan menjadi istrinya itu malah menggelengkan kepala. Leo melangkah mendekat mengikis jarak antara dirinya dan Luna, sedangkan perempuan yang semula menampilkan wajah kesalnya itu berubah menjadi was-was melangkah mundur.

“Lo mau ngapain?” cemas Luna saat laki-laki tampan yang akan menjadi suaminya dalam dua hari lagi itu semakin dekat.

“Leo jangan macam-macam lo!” Luna yang terus mundur pun membentur mobil yang pintunya terbuka, kini dirinya tidak lagi bisa kemana-mana karena Leo yang sudah memblokir jalannya. Dalam hati Luna terus menyumpah serapah laki-laki di depannya itu.

“Oke, gue bareng lo!” final Luna mendorong tubuh Leo agar pergi menjauh kemudian masuk kedalam mobil dan menutup pintunya dengan sedikit membanting. Leo yang masih berdiri di luar pun tersenyum penuh kemenangan.

“Belajar nurut sama suami lo Lun, jangan ngebantah mulu,” Leo berucap saat sudah duduk di balik kemudi.

Luna memutar bola matanya malas. “Kalau bukan lo yang akan jadi suami gue pasti gue baklan jadi istri yang manis, Le, tapi sayang karena lo orangnya jadi jangan salahkan sikap gue karena lo sendiri tahu kalau gue gak menginginkan pernikahan ini.”

“Sekarang lo boleh nolak gue Lun, tapi gue pastiin besok lo jatuh cinta sama gue.”

Luna memutar bola matanya malas. “Percaya diri sekali anda.”

Tak ada lagi obrolan hingga mereka sampai di kediaman Lyra-Pandu. Amel, Devi dan Dimas sudah lebih dulu sampai dan menunggu di teras rumah. Luna menyusul teman-temannya di ikuti Leo. Menekan bel dengan tidak sabaran sampai si pemilik rumah keluar dengan wajah kesal mereka.

“Kejutan!!” kelimanya berucap bersamaan,mengabaikan wajah kesal sang pemilik rumah.

“Ada tamu bukannya di suruh masuk malah di tinggal, dasar kalian tuan rumah gak sopan!” cibir Devi yang kemudian berjalan mengikuti Lyra dan Pandu, tidak perduli walau mereka tidak mempersilahkan.

“Gue malah pengen ngusir lo-lo pada ketimbang nyuruh masuk,” ucapan ketus sang nyonya rumah tidak membuat kelima orang itu tersinggung, apa lagi Leo yang sudah kebal dengan kepedasan sang sahabat.

“Kalian calon pengantin juga ngapain keluyuran bukannya diam di rumah?” Leo memutarkan bola matanya malas mendengar tanya dari Lyra

“Ya suka-suka kita dong.” Leo dan Luna menjawab secara bersamaan, keduanya menoleh melayangkan tatapan tajam kemudian sama-sama membuang muka seraya mendengus.

“Geli gue lihat kalian berdua, lusa udah mau kawin tapi masih aja pada musuhan,” Devi menggelengkan kepala, duduk di sofa panjang yang di kuti Luna, Amel dan Dimas, sedangkan Leo duduk di karpet berhadapan dengan sang calon istri dengan meja yang menjadi penghalang.

Meninggalkan perdebatan calon pengantin, obrolan di lanjut dengan basa-basi tuan rumah dengan ke dua orang yang memang baru kembali ikut bergabung, siapa lagi kalau bukan Amel dan Dimas. Masih dapat Leo lihat dari manik Lyra yang terlihat enggan menatap sahabat satunya yang pernah menjadi orang ketiga dalam rumah tangganya. Leo cukup tahu bagaimana perasaan sahabat kecilnya.

“Kenapa gak bilang dulu kalau mau kesini?” Pandu yang sedari diam mulai membuka suara.

“Kenapa emang?” Devi bertanya mewakili semuanya.

“Bi Nani lagi gak ada, gak bisa nyiapin apa-apa. Kalian tahu sendiri Lyra lagi hamil gak mungkin kan, dia lakuin sendiri buat ngejamu kalian,” ucap si tuan rumah yang tangannya setia mengelus perut buncit Lyra. Membayangkan berada di posisi itu membuat Leo tanpa sadar mengulas senyum kecil. Jujur ia iri pada sahabatnya itu.

“Santai aja kali, kita kesini juga cuma mau main bukan minta makan.”

Ya memang ini tujuan mereka datang kesini walau jika di jamu pun tentu Leo dan yang lainnya tidak akan menolak.

Pandu mendelik. “Biasanya kan emang itu tujuan lo kesini,” hanya bisa tertawa Leo mengakui yang di kata kan sahabatnya itu.

Kembali meninggalkan perdebatan kecil antara dirinya dan Pandu, Leo menatap wanita di depannya yang sedikit menunduk saat mendengarkan pembicaraan tentang kehamilan dan juga rumah tangga Lyra-Pandu. Leo jelas melihat setiap perubahan raut wajah calon istrinya walau sesekali ikut terlibat dalam obrolan teman-temannya yang lain.

“Apa bisa nanti rumah tangga gue, sebahagia kalian?”

Pertanyaan yang Luna layangkan dengan suara lirih itu jelas membuat semua yang awalnya tengah mengobrolkan perasaan Pandu di kala istrinya hamil itu pun teralihkan termasuk Leo sendiri yang merasa sedikit terusik dengan ucapan calon istrinya.

“Lo masih gak percaya sama gue, Lun?”

“Apa yang harus gue percaya dari lo?”

Mendengar pertanyaan balik dari perempuan yang akan menjadi istrinya dalam waktu dua hari lagi itu membuat rahang Leo mengeras. Helaan napas berat Leo keluarkan, menatap iris mata Luna yang juga sedang menatapnya. Kini Leo tahu kecemasan Luna yang terus menolak menikah dengannya. Perempuan memang mudah takut dan cemas dengan hanya melihat bagaimana orang-orang di sekitarnya mampu mempengaruhi pikiran.

Dulu Leo juga sempat ragu memang, ragu pada dirinya sendiri yang terus mempertanyaan apa mungkin dirinya bisa menjadi suami yang baik untuk istrinya? Apa mungkin ia bisa untuk membahagiakan istrinya? Tidak membuat kecewa dan menyakiti istrinya nanti mengingat ia juga harus menikah karena perjodohan dan tanpa rasa apapun selain sahabat? Tapi Leo sadar, ia tidak akan pernah tahu jawabannya tanpa lebih dulu mencoba.

Pernikahan memang bukan untuk ajang coba-coba tapi Leo tahu disini ia harus membangun keyakinan dan berusaha untuk menjadi yang terbaik, membuktikan bahwa tidak semua laki-laki sama. Ia harus membuktikan bahwa dirinya layak untuk menjadi seorang suami.

“Gue tahu, gue bukan laki-laki baik seperti yang lo inginkan, tapi asal lo tahu gue bukan laki-laki berengsek yang lo takutkan. Pernikahan yang akan kita jalani memang dari sebuah perjodohan, tidak ada rasa cinta diantara kita,” Leo menghentikan sejenak katanya, menatap perempuan yang duduk di depannya dengan Meja yang menjadi pembatas, melihat reaksi Luna yang menatapnya dengan tatapan yang… entah lah tidak dapat Leo artikan

“Tapi lo harus tahu Lun, sejak gue menyetujui pernikahan kita, sejak itu pula gue mulai membuka hati gue untuk lo, belajar menerima lo dan berjanji pada diri gue sendiri bahwa gue akan berusaha semampu gue untuk gak mengecewakan lo.” Leo tentu serius mengatakan itu, ia akui, dirinya memang kalah karena sudah menyatakan perasaannya lebih dulu, tapi Leo tidak menyesal karena setidaknya dengan kejujurannya ini ia bisa meyakinkan Luna.

Terpopuler

Comments

melia

melia

tuhh lun kuping nya d buka dengerin apa kata calon suami kmu

2020-10-28

3

moemoe

moemoe

klo serius bikin melting jg nih leo

2020-05-01

4

Andi Isriana

Andi Isriana

Luna dengerin tu ucapan si lele udah serius banget

2020-04-23

3

lihat semua
Episodes
1 1. Kepulangan Leo
2 2. Kunjungan ke Rumah Lyra
3 3. Di Kampus Pandu
4 4. Menemui Calon Istri
5 5. Cemburu?
6 6. Butik
7 7. Menyebalkan
8 8. Kecemasan
9 9. Meyakinkan
10 10. H-1 Menuju Pernikahan
11 11. Wedding
12 12. Reaksi Berlebihan
13 13. Siang Pertama Pengantin Baru
14 14. Apa Tidak Terlalu Cepat?
15 15. Perempuan Itu Sulit Di Mengerti
16 16. Melepas Kepergian
17 17. Rindu Ini Menyiksaku
18 18. Tidak Karuan
19 19. Rindu Yang Membuat Bodoh
20 20. Rindu Yang Terobati
21 21. Pindah Rumah
22 22. Kekesalan Luna
23 23. Permintaan Maaf
24 24. Ketakutan Luna
25 25. Papi Leo
26 26. Calon Pelakor
27 27. Bahagia Itu Sederhana
28 28. Panik
29 29. Bali
30 30. Sesuai Harapan
31 31. Menyambut Kehamilan Luna
32 32. Keinginan Luna
33 33. Siksaan Terberat Leo
34 34. Wedding Amel-Dimas
35 35. Luna Yang Tiba-Tiba Menangis
36 36. Pingsan
37 37. Siapa Dia?
38 38. Salah Paham
39 39. Ibu Hamil Menyebalkan
40 40. Tujuh Bulanan
41 41. Devi Ngidam (?)
42 42. Toko Perlengkapan Bayi
43 43. Drama Hari Libur
44 44. Kecemasan Menjelang Persalinan
45 45. Kalut
46 46. Kondisi Luna
47 47. Calon Istri Rapa
48 48. Welcome To The World Queen
49 49. Kegilaan Hakiki
50 50. Double Happy
51 51. Majikan Sableng
52 52. Rencana Para Ayah
53 53. Mall
54 54. Kemarahan Leo
55 55. Keadaan Luna
56 56. Penyesalan Leo
57 57. Kesedihan Leo
58 58. Kena Omelan
59 59. Bocah kencur
60 60. Terima Kasih Queen
61 61. Kisah Pilu Amel
62 62. Selesai
63 63. Sweet Moment
64 64. Sakit
65 65. Morning Sickness
66 66. Ngidam
67 67. Merepotkan
68 68. Momen Manis yang Terganggu
69 69. Kecelakaan
70 70. Kondisi Dimas
71 71. Kesedihan
72 72. Sindiran
73 73. Sadar
74 74. Mari Saling Mengingatkan
75 75. Pagi Sibuk
76 76. Happy With Little Family
77 77. Piknik
78 78. Nostalgia
79 79. Luna mau Lahiran (juga)?
80 80. Welcome To The World Baby Twins
81 81. Istri Galak
82 82. Cumi Oh Cumi
83 83. Pertemuan Tidak Sengaja
84 84. Cemburu
85 85. Omelen Jiwa Hemat Leo
86 86. Hampir di Gondol Kucing
87 87. Memangnya Tidak Sakit Hati?
88 88. Rindu
89 89. Reuni
90 90. I Love You
91 Bonus Chapter
92 Cuplikan eps 1 Rapa & Cleona + ucapan terima kasih
93 Bukan Update!!
94 INFO !!!
Episodes

Updated 94 Episodes

1
1. Kepulangan Leo
2
2. Kunjungan ke Rumah Lyra
3
3. Di Kampus Pandu
4
4. Menemui Calon Istri
5
5. Cemburu?
6
6. Butik
7
7. Menyebalkan
8
8. Kecemasan
9
9. Meyakinkan
10
10. H-1 Menuju Pernikahan
11
11. Wedding
12
12. Reaksi Berlebihan
13
13. Siang Pertama Pengantin Baru
14
14. Apa Tidak Terlalu Cepat?
15
15. Perempuan Itu Sulit Di Mengerti
16
16. Melepas Kepergian
17
17. Rindu Ini Menyiksaku
18
18. Tidak Karuan
19
19. Rindu Yang Membuat Bodoh
20
20. Rindu Yang Terobati
21
21. Pindah Rumah
22
22. Kekesalan Luna
23
23. Permintaan Maaf
24
24. Ketakutan Luna
25
25. Papi Leo
26
26. Calon Pelakor
27
27. Bahagia Itu Sederhana
28
28. Panik
29
29. Bali
30
30. Sesuai Harapan
31
31. Menyambut Kehamilan Luna
32
32. Keinginan Luna
33
33. Siksaan Terberat Leo
34
34. Wedding Amel-Dimas
35
35. Luna Yang Tiba-Tiba Menangis
36
36. Pingsan
37
37. Siapa Dia?
38
38. Salah Paham
39
39. Ibu Hamil Menyebalkan
40
40. Tujuh Bulanan
41
41. Devi Ngidam (?)
42
42. Toko Perlengkapan Bayi
43
43. Drama Hari Libur
44
44. Kecemasan Menjelang Persalinan
45
45. Kalut
46
46. Kondisi Luna
47
47. Calon Istri Rapa
48
48. Welcome To The World Queen
49
49. Kegilaan Hakiki
50
50. Double Happy
51
51. Majikan Sableng
52
52. Rencana Para Ayah
53
53. Mall
54
54. Kemarahan Leo
55
55. Keadaan Luna
56
56. Penyesalan Leo
57
57. Kesedihan Leo
58
58. Kena Omelan
59
59. Bocah kencur
60
60. Terima Kasih Queen
61
61. Kisah Pilu Amel
62
62. Selesai
63
63. Sweet Moment
64
64. Sakit
65
65. Morning Sickness
66
66. Ngidam
67
67. Merepotkan
68
68. Momen Manis yang Terganggu
69
69. Kecelakaan
70
70. Kondisi Dimas
71
71. Kesedihan
72
72. Sindiran
73
73. Sadar
74
74. Mari Saling Mengingatkan
75
75. Pagi Sibuk
76
76. Happy With Little Family
77
77. Piknik
78
78. Nostalgia
79
79. Luna mau Lahiran (juga)?
80
80. Welcome To The World Baby Twins
81
81. Istri Galak
82
82. Cumi Oh Cumi
83
83. Pertemuan Tidak Sengaja
84
84. Cemburu
85
85. Omelen Jiwa Hemat Leo
86
86. Hampir di Gondol Kucing
87
87. Memangnya Tidak Sakit Hati?
88
88. Rindu
89
89. Reuni
90
90. I Love You
91
Bonus Chapter
92
Cuplikan eps 1 Rapa & Cleona + ucapan terima kasih
93
Bukan Update!!
94
INFO !!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!