Firasat Mommy

Tumpukan piring yang ada di tangan Tiffany terlepas begitu saja hingga akhirnya pecah. Wanita itu sangat panik dan ketakutan. Dia segera berjongkok dan berusaha untuk mengutip kembali pecahan piring yang berserak di lantai.

Namun Entah kenapa firasatnya menjadi tidak enak. Tiffany tiba-tiba saja memikirkan Quinn. Padahal jelas-jelas detik ini putrinya itu ada di rumah. Di jam segini biasanya Quinn sudah bangun dan sarapan. Setelah mandi pasti anak kecil itu melihat film kartun favoritnya.

"Tiffany! Apa yang kau lakukan? Kenapa kau memecahkan piring itu? Bukan hanya satu. Kau bahkan memecahkan 5 sekaligus. Apa kau sudah bosan bekerja. Apa kau tahu kalau harga 5 piring itu sama dengan gajimu hari ini. Lalu bagaimana sekarang? Bahkan kau baru ada dua jam bekerja di sini. Masih ada waktu 5 jam lagi yang harus kau selesaikan tetapi kau sudah membuat masalah!"

Seorang pria berdiri di hadapan Tiffany dengan wajah marah. Semua orang yang ada di dapur itu tidak ada yang berani membela Tiffany karena memang secara jelas mereka lihat kalau Tiffany lah yang salah karena tidak bekerja secara hati-hati.

"Maafkan saya. Ini semua memang kesalahan saya. Saya rela menggantinya dengan gaji saya hari ini." Tiffany masih menunduk. Wanita itu juga ketakutan hingga tidak berani memandang wajah atasannya secara langsung.

Pria itu menghela napas. Selama bekerja, Tiffany selalu memberikan hasil yang terbaik. Baru ini dia melakukan kesalahan. Tidak ada alasan lain bagi pria itu untuk memarahi Tiffany lebih jauh. Toh kini wanita itu rela Menganti piring yang pecah dengan gajinya.

"Baiklah, kalau begitu aku tidak akan mempermasalahkannya lagi. Tapi kau harus kerja dengan bagus sampai batas waktu yang telah ditentukan meskipun kau sudah tidak akan menerima gaji lagi hari ini!" ujar pria itu sebelum pergi.

Viana berlari menghampiri Tiffany. Wanita itu juga khawatir ketika melihat Tiffany dimarahi oleh atasan mereka. Ditambah lagi kini semua orang memandangnya dan menertawainya.

"Kenapa bisa sampai seperti ini? Apa kau sakit? Kenapa kau tidak bekerja dengan hati-hati, Tiffany. Piring di restoran ini sangat mahal harganya. Bukan hanya piring saja. Tetapi semua barang yang ada di restoran ini harganya sangat fantastis. Aku sudah bilang sejak awal agar kau bekerja dengan hati-hati. Jika kau sampai melakukan kesalahan, kau sendiri yang akan dirugikan. Sekarang mau bagaimana lagi? Hasil kerjamu hari ini tidak akan membuahkan hasil," ujar Viana marah. Meskipun begitu, dia sangat menyayangi Tiffani. Tentu saja dia tidak tega melihat Tiffany bekerja tanpa di gaji. "Kita bagi dua. aku akan memberikan gajiku sebagian untuk membayar piring ini."

"Jangan," tolak Tiffany.

"Jangan menolak atau aku akan marah!" ketus Viana.

Tiffany diam sejenak sebelum bersuara. "Tiba-tiba saja aku memikirkan Quinn. Aku ingin menghubunginya tetapi aku tidak membawa ponsel. Tadi pagi aku bangun kesiangan dan pergi terlalu terburu-buru. Bahkan aku hanya memasakkan Tiffany sarapan nasi goreng saja. Aku ingin tahu sedang apa dia sekarang agar aku bisa tenang ketika bekerja."

"Kau bisa menggunakan ponselku untuk menghubungi Quinn. Tapi tidak sekarang. Kau lihat sendiri kekacauan ini. Kita harus segera membereskannya. Di depan tamu sudah berdatangan. Itu berarti kita akan semakin kerepotan jika tidak menyelesaikan pekerjaan kita sekarang." Viana berdiri. Dia mengulurkan tangannya untuk membantu Tiffany berdiri. "Ayo kita kerja lagi."

Tiffany tidak berani membantah lagi. Wanita itu hanya mengangguk lalu segera memasukkan pecahan piring ke dalam tong sampah. Mereka kembali melanjutkan pekerjaan mereka agar bisa segera selesai dan memiliki waktu untuk istirahat.

Luca terlihat frustasi. Sudah cukup jauh dia menelusuri jalanan sunyi itu. Namun dia tidak juga berhasil menemukan Quinn di sana.

Pria itu memperhatikan kembali jalanan sunyi yang kini dilewati oleh Quinn. Berulang kali ia mengumpat Quinn karena anak kecil itu terlalu berani untuk melewati gang sempit seperti ini. Bahkan Luca sendiri yang sudah dewasa merasa tidak yakin kalau gang sempit itu aman. Siapa saja bisa berbuat jahat karena memang tidak ada orang lain yang akan berlalu lalang.

"Apa yang harus aku lakukan jika terjadi sesuatu kepada Quinn. Sekarang aku harus bagaimana? Bahkan tidak ada kamera CCTV di sini. Aku sudah menelusuri jalan sampai tembus ke jalan utama tetapi Quinn juga tidak terlihat. Bahkan Joni sendiri juga tidak berhasil menemukan Quinn ada di taman kota. Aku merasa sangat yakin kalau kini terjadi sesuatu terhadap Quinn." Luca memutar tubuhnya lagi dan memandang ke belakang. Dia ingin melewati jalanan itu lagi untuk memastikan tidak ada sesuatu yang mencurigakan di sana.

Tanpa sengaja Luca melihat tas anak perempuan yang tergeletak di tanah. Dia segera melangkah mendekat untuk memeriksanya.

"Semoga saja tas ini tidak milik Quinn," batinnya dengan gelisah.

Luca mengambil tas itu lalu memperhatikannya dengan seksama. Selama ini dia tidak terlalu peduli dengan barang-barang yang dipakai oleh Quinn. Luca memeriksa dalam tas itu namun tidak menemukan apapun di sana. Sama sekali tidak ada petunjuk kalau tas itu milik Quinn dan Luca sendiri tidak mau berprasangka buruk dengan memvonis kalau tas itu milik Quinn.

Dia melemparkan lagi tas tersebut ke tanah lalu memandang ke kanan dan ke kiri. Tidak jauh dari tas itu tergeletak ada potongan baju. Luca mengambil potongan baju itu lalu menggenggamnya. Dia memperhatikannya lagi dengan saksama. Tidak jauh dari baju itu ada darah sehingga membuat Luca semakin tidak tenang.

"Tidak! Aku yakin ini bukan potongan baju yang digunakan oleh Quinn dan darah ini juga bukan milik Quinn."

Melihat darah yang masih baru dan potongan baju yang juga masih baru membuat Luca tidak bisa berpikir jernih lagi. Pria itu mengambil ponselnya dari saku lalu menekan nomor seseorang.

"Aku butuh bantuan kalian. Aku kehilangan seorang anak kecil. Tolong bantu aku untuk menemukannya baik dalam keadaan hidup maupun mati!"

"Baik, bos!" jawab seorang pria dari kejauhan.

"Aku akan mengirimkan fotonya." Luca segera menurunkan ponselnya ketika tetes darah itu memberikan jejak menuju ke suatu tempat. Pria itu segera menyimpan ponselnya ke dalam saku lalu mengikuti tetes darah itu dengan debaran jantung yang tidak karuan.

Terpopuler

Comments

C2nunik987

C2nunik987

ayooo ikutin naluri instingmu sbgi mafia dan Daddy nya Quinn....😭😭😭🙈🙈

2025-02-24

0

Muse

Muse

semoga cepet ketemu

2023-11-02

1

Kuro

Kuro

kok aq ikut tegang

2023-05-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!