Tiffany langsung tersenyum penuh kemenangan. Meskipun awalnya dia tidak suka melihat putrinya muncul di sana. Tetapi pada akhirnya Tiffany senang karena malaikat kecilnya itu telah menolongnya untuk melawan nenek tua yang terus saja mencaci makinya sejak tadi.
"Dia putriku. Jangan pernah bermimpi untuk mengakuinya sebagai cucumu karena sampai kapanpun itu tidak akan pernah terjadi!" ujar Tiffany semakin menjadi. Rasanya ini adalah kesempatan emas bagi Tiffany untuk menang dan wanita itu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini sedikitpun.
"Tiffany, apa kau sudah menikah lagi?" tanya Dante yang tidak mau kalah dari ibu kandungnya. Ternyata pria itu juga penasaran akan ayah kandung Quinn. Bahkan berharap kalau Putri kecil itu memang adalah Putri kandungnya.
Tiffany diam sejenak mendengar pertanyaan dari Dante karena dia tahu salah jawab akan membuat keadaan berbalik kepadanya. "Apa urusannya denganmu jika aku sudah menikah atau belum?" ketus Tiffany. "Sudah kubilang dia ini putriku. Bukan putrimu. Jadi jangan pernah bermimpi!"
"Tidak. Aku yakin 100% kalau dia adalah Putri Dante!" teriak Nyonya Alessandro tidak mau kalah.
"Anak kecil, siapa namamu dan berapa usiamu?" tanya Dante kepada Quinn.
"Usiaku 6 tahun. Namaku Quinn. Paman, jika Paman berniat untuk menyakiti Mommy, sebaiknya Paman pikirkan dua kali karena aku akan selalu melindungi Mami. Aku tidak akan rela jika ada orang yang menyakitinya."
"6 tahun? Bukankah itu berarti kau baru saja bercerai denganku ketika sedang hamil? Benarkah dua putriku, Tiffany?" tebak Dante semakin yakin.
Tiffany langsung menarik Quinn dan memeluknya dengan erat. Dia sama sekali tidak memiliki celah untuk kabur.
Bahkan kini seluruh tamu undangan menglingkari mereka. Di antara para tamu undangan itu ada Viana yang kini terlihat gelisah karena ia ingin menolong sahabatnya. Namun Ia juga tidak mau kehilangan pekerjaan karena kali ini lawan yang ia hadapi bukan orang sembarangan.
"Aku sudah bilang kalau dia bukan putrimu. Ini sudah malam. Tidak sepantasnya Quinn ada di tempat seperti ini. Aku akan membawanya pulang karena dia besok akan sekolah. Dia butuh istirahat yang cukup! Permisi!"
Tiffany menarik Quinn untuk pergi meninggalkan lokasi pesta tersebut. Nyonya Alessandro awalnya ingin mengejar Tiffany karena ia merasa yakin kalau Quinn adalah cucunya. Namun Dante segera mencengkram tangan wanita paruh baya itu.
"Jangan halangi mama. Mama yakin anak kecil itu adalah putrimu!" ketus Nyonya Alessandro.
"Tapi kita tidak bisa memaksa Tiffany seperti ini Ma. Bagaimanapun juga dia adalah ibu kandungnya. Dia yang sudah mengandung dan melahirkannya. Tiffany memiliki hak atas anak itu," jelas Dante agar ibu kandungnya tidak semakin keras kepala.
"Tapi dia anakmu. Itu berarti kau juga memiliki hak atasnya. Dante, sejak dulu Mama sangat menginginkan cucu. Mama tidak mau tahu. Apapun caranya cepat urus hak asuh atas anak itu. Mama sangat yakin kalau itu adalah putrimu. Secepatnya kita harus temui Tiffany dan ajak dia untuk melakukan tes DNA."
Dante memalingkan wajahnya ke arah lain. Pria itu sendiri berharap di dalam hati jika nanti tes DNA benar-benar dilaksanakan semoga saja Putri kecil itu adalah memang Putri kandungnya. Dengan begitu dia tidak lagi merasa ada yang salah dalam dirinya karena setidaknya ia sudah memiliki keturunan.
Di dalam taksi, Tiffany berusaha untuk menghapus air mata yang berusaha menetes tanpa permisi. Quinn tahu kalau ibu kandungnya sedang bersedih. Namun anak kecil itu juga tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Quinn hanya tahu kalau orang yang sudah membuat ibu kandungnya sedih adalah dua manusia yang tadi ada di hotel.
"Orang kaya memang sangat sombong. Padahal dalam sekejap saja mereka bisa jatuh miskin jika Tuhan sudah berkehendak. Berani sekali mereka menghina kita yang tidak mampu ini. Kenapa Mami harus bekerja di tempat orang jahat seperti itu. Apa uang yang aku berikan masih belum cukup. Jika masih kurang aku akan bekerja lebih keras lagi."
Tiffany memandang ke arah Quinn. Sebenarnya sampai detik ini wanita itu juga masih penasaran sebenarnya dari mana putrinya bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Namun Karena posisinya sangat mendesak, pada akhirnya Tiffany mau menggunakan uang itu untuk membayar utang agar putrinya tidak menjadi jaminan lagi.
"Ini urusan orang dewasa. Kau sebaiknya pikirkan saja tugas sekolahmu. Jangan lagi pikirkan masalah mami."
"Tapi aku ingin tahu kenapa orang tadi mengatakan kalau aku adalah putranya dan satu nenek tua itu juga mengatakan kalau aku adalah cucunya. Apa memang itu benar? Tapi jika tidak benar juga aku senang sekali karena aku tidak mau memiliki nenek sekejam itu dan memiliki Ayah sejahat itu. Lebih baik aku tidak memiliki Ayah daripada harus memiliki keluarga seperti mereka."
Tiffany menarik Quinn lalu memeluknya. Wanita itu mengusap rambutnya dengan lembut lalu mengecupnya berulang kali sambil berusaha menyeka air mata yang lagi-lagi menetes.
"Nanti ketika kau sudah dewasa Mami akan ceritakan semuanya. Untuk saat ini Mami tidak mau mengatakan apapun karena Mami tahu kau tidak akan pernah mengerti," gumam Tiffany di dalam hati.
Quinn memejamkan mata. Tiba-tiba saja sebuah ide terbesit di dalam pikirannya. "Aku akan mencari informasi tentang mereka. Setelah itu aku akan cari cara untuk membuat pelajaran bagi mereka. Mereka harus membayar semuanya karena sudah membuat Mami bersedih," gumam Quinn di dalam hati.
...***...
Malam berlalu dengan begitu cepat hingga akhirnya matahari kembali muncul di permukaan. Quinn dan Tiffany sudah berada di depan gerbang sekolah. Sejak hilangnya Quinn kemarin, Tiffany tidak mau lagi membiarkan putrinya pergi sekolah sendirian meskipun jaraknya sangat dekat dari posisinya berada.
"Ingat pesan mami, Quinn. Jangan pernah keluar dari pagar ini sebelum mami menjemputmu. Jam berapa pun itu jangan pernah pulang sendirian. Mami tahu akhir-akhir ini kau memiliki bakat untuk memesan taksi online. Mami sendiri tidak tahu kau mendapatkan tutorial itu dari mana. Yang mami mau kau tetap menunggu mami sampai mami benar-benar menjemputmu. Apa kau mengerti?"
Quinn mengangguk meskipun di dalam hati sebenarnya anak itu bingung karena ia tidak bisa lagi keluar secara diam-diam seperti kemarin. Ditambah lagi sekarang Tiffany sudah menitipkannya kepada sekuriti yang menjaga gerbang sekolah. Hal ini menjadi masalah yang rumit bagi Quinn karena berhubungan dengan ibu kandungnya sendiri.
"Mami hati-hati ya. Jangan terlalu memikirkan Quinn."
"Kemarin-kemarin mami tidak pernah mengkhawatirkanmu sampai separah ini. Tetapi akhir-akhir ini kelakuanmu sangat mencurigakan. Maafkan mami karena harus mengekangmu seperti ini dan tidak lagi mempercayai semua perkataan yang kau ucapkan," batin Tiffany sambil memandang putrinya yang tidak kunjung masuk ke dalam gerbang sekolah.
"Apa lagi yang kau tunggu?" tanya Tiffany curiga. Wanita itu melipat kedua tangannya lalu menatap putrinya dengan mata menyipit.
"Mereka ada di sini," ucap Quinn sambil memandang serius ke arah belakang Tiffany.
"Mereka?" Tiffany memutar tubuhnya ke belakang. Wanita itu terlihat kaget ketika melihat Nyonya Alessandro dan Dante lagi-lagi muncul di hadapannya.
"Sekarang apa lagi yang mereka inginkan?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
C2nunik987
Tiffany bodoh LBH pinter drpd anaknya ....untung anaknya punya warisan otak encer dr Luca 😡😡😡
2025-02-24
0
Nanik Lestari
Terlalu Oon jadi perempuan
2023-06-01
0
Kuro
SMG Luca muncul disitu
2023-05-23
0