"Sebenarnya apa yang kalian lakukan di sini? Mengapa kalian berdua membuatku kesal? Terus kenapa juga kau mengatakan bahwa aku galak? Padahal jelas kalau kita tidak saling mengenal!" Tiffany mulai kehabisan kesabarannya untuk menghadapi Luca.
Wanita itu membawa tangannya bersedekap di dada. Sambil kedua matanya terus menatap tajam ke arah Luca dan juga Joni. Sedangkan Luca laki-laki itu tidak ingin mengalah. Lantaran sangat mustahil untuk mendapatkan orang berbakat seperti Quinn. Kalaupun ada, Luca juga tidak tahu di mana orang itu berada.
"Sialan! Kenapa Ibu dari bocah tengik itu sangat galak? Sepertinya memang benar kalau mereka berdua merupakan ibu dan anak! Karena anaknya sangat menyebalkan pun sama halnya dengan ibunya yang rupanya lebih menyebalkan lagi." Luca membatin kesal.
Meski begitu tekadnya sudah bulat untuk terus memaksa agar dirinya bisa bertemu dengan Quinn. Apalagi Luca sebentar lagi ingin memanfaatkan Quinn supaya pembobol pertahanan musuh. Hanya membutuhkan polesan sedikit saja Quinn mungkin akan menjadi seorang hacker yang handal.
Tidak masalah jika Luca harus membayar mahal Quinn. Sebab apa yang diberikan oleh Quinn padanya, jauh lebih menguntungkan Luca. Terlebih Luca hanya perlu mengeluarkan uang yang baginya tidak seberapa.
Bukankah jauh lebih menguntungkan bekerja sama dengan bocah kecil seperti Quinn? Gadis kecil yang naif hanya untuk mendapatkan uang.
"Kenapa kau diam saja?" bentak Tiffany.
"Apa kau tidak tahu kalau beberapa waktu yang lalu Quinn sedang bersedih?" Kali ini Luca ingin mencari cara yang lain.
Jika memaksa dan mengancam Tiffany tidak berguna maka Luca memilih mencari jalan keluar yang lain. Termasuk membuat Tiffany merasa bersalah lantaran sudah membuat Quinn mencari uang. Terlebih uang yang diminta oleh Quinn bernilai 20 juta. Begitulah pikiran Tiffany.
Luca kembali menyeringai ketika ia membaca ekspresi wajah Tiffany yang mulai berubah. Luca semakin yakin apabila Tiffany tidak mungkin tega terhadap Quinn. Bagaimanapun Tiffany merupakan seorang ibu.
"Apa maksudmu? Sebagai seorang ibu, mana mungkin aku akan membiarkan Quinn bersedih!" Tiffany membentak Luca. Wanita itu tidak terima apabila dituduh bahwa dirinya sudah membuat Quinn bersedih.
"Sudah kubilang! Kalau Quinn beberapa waktu lalu bersedih. Karena itulah kami berdua tidak sengaja bertemu dan berkenalan. Apa kau tidak melihat bahwa dia nyaman saat bersamaku?" Luca membela diri.
"Memangnya siapa kau? Mengapa Quinn bisa nyaman denganmu? Jangan membuat alibi supaya aku memaafkanmu dan membiarkanmu menemui Quinn! Karena kau merupakan orang asing baginya!" Kedua mata Tiffany melotot.
Wanita itu semakin kesal lantaran luca terus memojokkannya. Akhirnya Luca pun mengulas senyuman tipis. Semakin ia mengatakan bahwa Quinn bergantung padanya Tiffany semakin panik.
"Aku memang orang asing. Tapi apa kau tahu kalau aku sudah membantunya? Dia bilang dia ingin membantumu. Quinn tidak ingin jika orang yang ia cintai harus menanggung banyak beban. Apa kau tahu kalau aku menjadi tersentuh karena hal itu? Bagaimanapun usianya masih 6 tahun 5 bulan. Akan tetapi Quinn memiliki pemikiran yang luar biasa. Apakah kau ingin mematahkan harapannya untuk memiliki paman yang tampan sepertiku?" Luca mengungkapkan sebuah kebohongan yang luar biasa.
Memang Quinn mengatakan bahwa dia tidak ingin ibunya bersedih. Justru hal itu dapat Luca manfaatkan untuk memojokkan Tiffany. Tampak dengan jelas bahwa kedua tangan Tiffany yang sebelumnya bersedekap di dada kini mulai jatuh di samping kanan dan kiri tubuhnya. Wanita itu terdiam untuk waktu yang lama. Respon dari Tiffany membuat Luca semakin besar kepala.
"Ya! Kau seharusnya tahu kalau anakmu membutuhkanku! Jadi izinkan aku bertemu dengan Quinn!" Luca membatin penuh kemenangan. Ia tidak sabar bertemu dengan Quinn.
Di sisi lain Tiffany semakin merasa bersalah kepada Quinn. Hanya karena tidak ingin melihat dirinya bersedih, Quinn sampai harus meminta bantuan orang lain. Tiffany pun mulai mengamati sosok Luca yang sedang berdiri dengan tenang di depannya.
"Sekarang apa yang harus aku lakukan? Mungkinkah laki-laki ini yang sudah memberikan Quinn uang 15 juta kemarin? Kalau aku terus mengusirnya dari sini, jelas aku tidak mungkin mampu untuk mengembalikan uangnya dalam waktu dekat ini. Sedangkan sekarang aku hanya memiliki beberapa uang saja sebagai pegangan aku dan Quinn mengisi perut." Tiffany membatin bingung.
Wanita itu merasa tidak nyaman lantaran laki-laki di depannya itu sudah memberikan bantuan meminjamkan uang kepada Quinn. Namun tiba-tiba saja Tiffany merasa ragu. Ada banyak kemungkinan yang bisa saja terjadi.
Mungkin saja memang orang di depannya ini yang sudah membantu Quinn. Akan tetapi juga tidak menutup kemungkinan bahwa orang lain yang sudah memberikan pinjaman kepada Quinn.
"Jadi, apakah kau yang sudah memberikan Quinn pinjaman uang?" tanya Tiffany dengan hati-hati.
"Hebat! Jadi wanita ini tidak tahu kalau anaknya bekerja padaku? Dan dia justru mengira bahwa Quinn meminjam uangku? Rupanya memang benar kalau wanita ini tidak tahu seperti apa kemampuan Quinn. Terbukti bahwa dia justru mengira kalau aku malah meminjami Quinn uang. Sepertinya aku bisa memanfaatkan hal ini. Baguslah." Luca membatin senang. Ia tidak perlu repot-repot berpikir keras untuk memberikan alasan kepada Tiffany.
Di sisi lain Tiffany semakin gelisah. Wanita itu tidak sabar menantikan jawaban dari Luca. Terlebih uang yang dipinjam Quinn sangat banyak. Dari mana lagi ia bisa mendapatkan uang 15 juta? Tiffany memejamkan mata sejenak. Jantungnya sangat berdebar menantikan jawaban dari Luca.
"Sudah kubilang aku hanya ingin tahu bagaimana keadaan Quinn. Aku tidak peduli dengan uang. Uangku banyak dan aku kaya! Jadi jangan khawatir tentang uang. Akan tetapi aku tidak tega dengan Quinn. Kau juga melihat kejadiannya tadi. Kupikir daripada kita berdebat tidak jelas seperti ini bukankah kalau Lebih baik melihat keadaan Quinn?" Luca untuk pertama kalinya berbicara dengan lembut. Sepertinya laki-laki arogan itu sangat menahan dirinya.
"Benar. Kau seharusnya tidak khawatir dengan uang itu. Karena uang itu sebenarnya sudah menjadi hak milik putrimu. Maka dari itu aku tidak peduli! Aku hanya peduli pada seseorang yang memiliki bakat hebat seperti Quinn. Hanya kemampuan Quinn yang sekarang ini menjadi obsesi terbesarku," batin Luca dalam hati.
Tiffany tampak menghela napas. Wanita itu menjadi sangat gelisah setelah mendengarkan penuturan dari Luca. Selain dirinya merasa tidak enak pada Luca, Tiffany sebenarnya juga khawatir karena Dante dan Nyonya Alesandro terus-terusan memaksa untuk membawa Quinn.
"Apalagi yang sedang kau pikirkan? Biarkan aku bertemu dengan Quinn! Kita berdebat lain kali saja." Luca yang tidak sabar, laki-laki itu menerobos masuk begitu saja ke dalam rumah Tiffany.
Kedua mata Tiffany membulat seketika. "Hei! Aku belum mempersilahkanmu masuk!"
"Paman Luca!" Quinn berteriak ketika ia melihat sosok Luca. Bahkan Quinn tampak berlari dan langsung memeluk Luca begitu saja. Kini Quinn berada di dalam gendongan Luca pada tangan kiri laki-laki itu.
"Kau datang, Paman?" tanya Quinn.
"Ya, aku datang! Aku datang untukmu! Apa kau senang sekarang?" jawab Luca.
Quinn menganggukkan kepalanya. "Hmm! Aku senang!"
"Bagaimana bisa mereka sedekat itu? Padahal Quinn sangat jarang sekali bisa akrab dengan orang asing. Mengapa hatiku gelisah dan tidak nyaman?" Tiffany membatin bingung ketika ia melihat pemandangan yang aneh di depannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
C2nunik987
Definisi pohon jatuh sepohon pohonnya .....anak duplikat bapaknya 😅😅😅
2025-02-24
0
Muse
Quinn pinter ngedrama, si Luca pinter baca sikon ambil kesempatan dalam kesempitan dia...sementara mommy Quinn malah gak tau apa² aduuh...kasian kasian...
2023-11-02
1
Leni Ani
ihu yg egois,padahal anak nya jenius
2023-05-28
0