"Jadi sekarang aku sudah berada di rumahmu. Apa kau tidak ingin memberiku sesuatu? Hei! Aku sudah meninggalkan pekerjaanku untukmu." Luca menoel hidung Quinn yang mancung. Laki-laki Itu baru saja menyadari bahwa rupanya Quinn memiliki hidung yang indah sama seperti dirinya.
"Paman, aku senang bertemu dengan paman." Quinn lagi-lagi memeluk Luca. Hal itu membuat Luca terdiam. Tidak ada lagi Quinn si bocah tengik. Kini justru anak kecil itu terlihat sangat menggemaskan.
"Perasaan apa Ini? Aku baru saja dekat dengan Quinn selama beberapa waktu. Bagaimana bisa hatiku tiba-tiba menjadi sangat ingin tahu tentang Quinn?" Luca bertanya dalam hati saat ia merasakan perasaan yang aneh.
Quinn melepas pelukannya. "Masakan Mommy sangat enak! Paman harus mencobanya!" ujar Quinn sangat bersemangat.
Berbeda dengan apa yang dirasakan Tiffany. Wanita itu hampir saja tidak berkedip ketika ia melihat bagaimana kedekatan antara Luca dan Quinn. Tiffany pun menghela napas panjang.
Ingin sekali ia segera menjauhkan Luca dari Quinn. Namun Tiffany teringat dari kata-kata Luca bahwa Quinn pernah bersedih tanpa sepengetahuannya. Pada akhirnya Tiffany memilih untuk mengalah.
"Tapi aku tidak memiliki banyak uang untuk memberikan makanan yang enak. Karena kau merupakan tamu yang tidak diundang jadi aku akan memasak apa yang ada di dalam lemari pendinginku." Akhirnya Tiffany bersuara.
Wanita itu masih bersikap angkuh dan ia tetap tidak ingin berterima kasih maupun meminta maaf kepada Luca. Kini tatapan Luca dan Quinn tertuju kepada Tiffany akan tetapi Tiffany menjadi lunak ketika ia melihat senyuman Quinn.
"Jadi Mommy akan memasak untuk Paman Luca?" Quinn bertanya dengan senyuman lebar di bibirnya.
Membuat Tiffany tidak mampu membalas kata-kata Quinn. Wanita itu mengusap tengkuk lehernya karena salah tingkah. Sebab Luca sedang menatapnya.
"Quinn, katakan padaku. Kau ingin makan apa? Biarkan Paman Joni pergi untuk membeli makanan yang kau inginkan. Aku yakin kau juga lapar karena baru saja bertemu dengan orang menyebalkan sewaktu di sekolahmu." Pandangan Luca kini tertuju kepada Quinn.
Tampak kedua mata Quinn melebar dan berbinar bahagia mendengar tawaran dari Luca. Pemandangan itu kali ini sukses membuat hati Tiffany tertusuk.
Wanita itu tiba-tiba saja merasa bahwa Quinn sepertinya merindukan sosok seorang ayah. Tiffany memilih untuk menundukkan kepalanya. Ia tidak ingin melihat pemandangan yang menusuk hatinya.
"Sebenarnya aku ingin makan makanan yang enak. Aku ingin makan pizza. Tapi kudengar Makanan itu sangat mahal," terang Quinn.
"Ya Tuhan! Aku benar-benar seorang ibu yang buruk! Bagaimana mungkin aku tidak bisa membelikan sepotong pizza untuk putriku?" Tiffany membatin sambil memejamkan kedua matanya sejenak. Rasa bersalah menelusup masuk ke dalam hatinya.
"Kau hanya ingin makan pizza? Baiklah itu mudah. Joni lebih baik kau memesan makanan yang enak untuknya. Jangan lupa pizza juga untuk Quinn," titah Luca.
"Baik, Tuan! Saya akan memesan makanan yang enak untuk Anda." Joni membungkukkan setengah badannya. Kemudian ia melirik Tiffany yang berdiri tak jauh darinya. Setelahnya Joni bergerak menjauh dari tempatnya semula berdiri.
"Sebenarnya situasi macam apa ini? Mengapa mereka bertindak seenaknya ketika di rumahku? Padahal di sini aku merupakan tuan rumah. Tapi benar-benar tidak dianggap!" Tiffany menggerutu dalam hati.
"Bagus! Quinn sekarang sudah berada di dalam genggamanku. Wanita galak itu sepertinya mulai bisa menerimaku. Sebenarnya aku tidak ingin berhubungan dengan wanita yang terlihat menyebalkan dan biasa seperti dirinya. Namun ini semua aku lakukan hanya untuk Quinn. Tentu saja untuk aset berhargaku." Luca membatin senang.
Setelah ia melihat bagaimana respon yang diberikan oleh Tiffany ketika dirinya bersama Quinn. Merasa suasana sedikit canggung, Tiffany memilih untuk beranjak dari sana. Wanita itu pergi meninggalkan Quinn bersama Luca lantaran tidak nyaman melihat tatapan mata dari Luca. Tiffany menutup pintu kamarnya. Hatinya diliputi rasa gelisah.
"Tatapan mata laki-laki itu sangat aneh. Bukankah Ini pertama kalinya kami berdua bertemu? Mengapa aku merasa mata itu tidak asing? Seperti aku pernah melihatnya di suatu tempat. Tapi di mana?" Tiffany menggumam seorang diri di sana. Wanita itu merasa gelisah namun Ia juga tidak tahu mengapa ia harus merasakan perasaan tersebut.
Di luar sana, Luca menurunkan tubuh Quinn. kemudian laki-laki itu menatap dengan tatapan tajam ke arah Quinn yang masih tersenyum padanya. Melihat sikap Quinn yang menyebalkan, Luca membawa tangannya untuk bersedekap di dada.
"Kau benar-benar luar biasa! Bisa-bisanya kau membuat seorang Direktur Utama di perusahaan besar bersedia datang dan menjemputmu di sekolah kecil seperti itu? Luar biasa! Bagaimana bisa seorang bocah tengik sepertimu membawa seorang Direktur Utama dan juga dengan berani kau menjebakku? Mengatakan kepada semua orang bahwa kau putriku? Aish! Bagaimana kalau media menyorot berita itu, bocah tengik!" kesal luca.
Quinn semakin melebarkan senyumannya. Lagi-lagi senyuman Quinn membuat Luca memutar bola mata kesal. Laki-laki itu benar-benar sedang diuji oleh bocah kecil yang entah sejak kapan bisa memprovokasinya. Bahkan tanpa berpikir dua kali, Luca bersedia datang ke sekolah Quinn.
"Terima kasih, Paman! Kau sudah banyak membantuku. Ke depannya aku akan bekerja lebih keras lagi!" rayu Quinn pada Luca.
"Ya! Kau memang harus bekerja keras! Setelah kau memaksaku untuk memberimu uang sebelum kau bekerja. Sekarang kau malah menjebakku agar mengakuimu sebagai anakku di depan banyak orang! Sudah seharusnya kau bekerja lebih keras lagi! Kau tahu berapa banyak kerugianku yang harus datang ke sekolahmu?" Lagi, Luca meluapkan kekesalannya kepada Quinn. Jika bukan karena kemampuan Quinn, Luca tidak akan sudi repot-repot datang menemui Quinn.
"Paman jangan seperti itu! Itu membuatku sangat sakit hati! Padahal aku juga ingin membantu Paman menyelesaikan masalah Paman. Aku kan hanya meminta bantuan sedikit kepada Paman." Quinn membela diri.
Gadis kecil itu bahkan masih saja tersenyum untuk memamerkan giginya yang rapi. Tak ayal tingkah Quinn membuat Luca menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Mengapa kau menyebalkan sekali? Tapi ngomong-ngomong apa kau benar-benar tidak tahu siapa laki-laki menyebalkan tadi?" Luca teringat pada kejadian saat di sekolah Quinn.
"Tidak mungkin jika laki-laki tadi tidak memiliki hubungan dengan ibu Quinn. Mereka berdebat untuk mendapatkan Quinn. Itu artinya mereka mengincar Quinn. Akan tetapi apakah mungkin laki-laki tadi merupakan ayah kandung Quinn? Sepertinya itu alasan mengapa aku tidak menemukan nama ayah kandung Quinn pada identitasnya." Luca membatin penasaran.
Quinn menggelengkan kepala dengan pelan. "Aku benar tidak tahu siapa dia. Laki-laki tidak tahu diri itu hanya menyebut dirinya sebagai ayahku. Lalu wanita tua itu mengatakan kalau aku cucunya."
"Tapi, apakah kata-kata mereka benar?" Luca sangat penasaran. Ia ingin tahu. Supaya ke depannya ia bisa mengambil rencana B supaya semua rencananya berjalan lancar. Sedikitpun, Luca tidak ingin kehilangan Quinn.
"Bisakah kalian berdua tidak membahas hal itu?" Suara Tiffany mendadak terdengar. Wanita itu kini sudah berdiri di depan Luca dan Quinn.
Quinn buru-buru berdiri di samping Luca. Anehnya, secara spontan tubuh Luca membeku sama seperti Quinn. Dua orang tersebut mendadak menjadi patung seolah takut ketahuan oleh Tiffany.
"Tunggu, mengapa aku harus takut pada wanita galak ini?" tanya Luca dalam hati. "Aku ini Big Boss The Hawk!" sambungnya lagi dengan wajah bingung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
C2nunik987
Ayooo Luca selidiki Tiffany dan Quinn.....buka ingatan mu lebar lebar 😅😅😅
2025-02-24
0
Muse
emak emak dilawan....belom tau aja Luca the power of emak emak wkwk....
2023-11-02
1
¢ᖱ'D⃤ ̐Sri Wahyuni
wkwkwkwkkk baru tau yang kau hadapi itu Luca Permaisuri yang bakal bertatah di hatimu🙂🙂
2023-06-02
0