Mengapa

"Apakah kau yakin tidak membutuhkan bantuan lagi?" Queen bertanya saat ia sudah bersiap hendak pulang.

Sebab Luca sudah mengusirnya. Bukan tanpa alasan. Akan tetapi Luca sangat kesal pada Queen yang terus saja berbicara seenaknya. Gadis kecil berusia 6 tahun 5 bulan itu sangat menjengkelkan. Apa lagi Luca dan Queen bertengkar hanya karena menu makan siang mereka.

"Aku sudah memiliki alamat emailmu. Jadi aku akan menghubungimu melalui email. Jangan pernah matikan datamu. Jika kau berniat untuk kabur dariku, aku akan memberikanmu denda. Karena aku sudah memberikanmu uang di awal." Luca memberikan ancaman kepada Queen.

Tampak Queen menganggukan kepalanya. Gadis kecil itu seperti tidak bersemangat sama sekali ketika Luca memberikan ancaman padanya. Tentu saja laki-laki di depannya itu bertambah kesal karena Quinn tidak menjawab kata-katanya.

"Pergilah! Jika kau terus-terusan berada di sini, kau semakin membuat kepalaku sakit. Aku akan menghubungimu bila kau memang diperlukan," usir Luca.

"Bukankah seharusnya asisten pribadimu mengantarkan aku sampai ke depan? Kakak-kakak di depan sana selalu saja membuatku hampir tersesat. Masih untung aku bisa memahami tanda." Queen melirik pada Joni yang berdiri di samping Luca. Ekspresi wajah Joni pun sama dengan mimik wajah Luca. Yang menjelaskan bahwa dua laki-laki itu masih kesal pada Queen.

"Joni, kau antarkan dia ke depan! Jangan sampai dia membuat masalah di perusahaanku. Seharian ini dia sudah berulang kali membuatku kesal. Mungkin sebentar lagi aku akan mengalami darah tinggi karena bocah tengik itu." Luca meminta pada Joni agar segera mengantar Queen ke Lobby perusahaan.

"Baik Tuan." Joni membungkukkan setengah badannya. Kemudian dia mengajak Quinn untuk keluar dari ruangan Luca.

"Kenapa kau tampak kesal, Tuan Joni?" tanya Queen.

"Apa kau tidak sadar jika sudah membuat banyak orang kesal hari ini?" balas Joni.

Keduanya kini berjalan beriringan. Quinn terlihat mengendikkan bahunya. Pertanda bocah kecil itu tidak tahu apa yang membuat Luca selalu mengerutkan keningnya sepanjang hari ini.

"Kau benar-benar menyebalkan, Bocah!" gerutu Joni.

Di sisi lain, Tiffany benar-benar kelelahan. Sudah sejak pukul 11 siang dia mencari Quinn. Bahkan sampai pukul 4 sore, Tiffany belum menemukan keberadaan Quinn. Sejenak, Tiffany mendudukkan bokongnya di bangku taman kota yang kosong.

"Astaga! Quinn kau di mana!" Tiffany mengeluh. Sungguh hatinya sangat sakit ketika ia membayangkan bahwa ia kehilangan Quinn.

"Sudah, kita akan mencari lagi nanti. Sekarang minumlah. Ini, aku sudah membeli minum." Viana memberikan satu botol air mineral untuk Tiffany.

"Terima kasih, Vi. Maaf ya. Aku sudah membuatmu ikut susah. Kau harus ikut berjalan ke sana kemari untuk mencari Quinn." Tiffany mengambil sebotol air mineral itu dari Viana. Wanita itu sebenarnya tidak enak pada Viana karena sudah terlalu banyak merepotkan.

Viana ikut duduk di samping Tiffany. Ia pun sedang meneguk air mineral itu sampai tersisa separuhnya. "Apa yang kau katakan? Aku melakukannya secara sukarela. Kau jangan khawatirkan aku. Sungguh, aku akan ikut bersedih jika kita kehilangan Quinn. Tanpa kita sadari kalau kau sudah memiliki Quinn selama 6 tahun ini."

"Benar. Hiks. Aku selalu membuatnya hidup susah, Vi. Bagaimana bisa aku kehilangan Quinn? Aku belum bisa membahagiakannya! Kau tahu, sebagai ibu aku benar-benar tidak berguna. Gajiku sebagai seorang guru less tidak banyak. Aku tidak bisa kehilangan Quinn, Vi." Tiffany menangis.

Dengan lembut Viana membawa Tiffany ke dalam pelukannya. Ia membiarkan Tiffany meluapkan kesedihannya. Sampai akhirnya sebuah nada dering yang sangat Tiffany kenali pun terdengar.

"Tunggu. Ada pesan masuk!" Tiffany melepaskan pelukan dari Viana.

"Cepat lihat! Siapa tahu itu Quinn!" Viana ikut tidak sabar menantikan isi pesan yang masuk ke ponsel Tiffany.

Form My Quinn

Mom, mommy kemana? Kalau sedang pergi berbelanja, cepat pulang. Quinn tunggu di warung bakso depan rumah ya!

"Ya ampun! Quinn sudah berada di rumah! Syukurlah! Ayo, Vi. Mampir ke rumahku. Kita makan bakso sekalian. Quinn juga sedang makan bakso di warung depan rumah." Tiffany kembali bersemangat. Wanita itu tersenyum lebar sambil berdiri.

Viana melihat jam yang melingkar di tangannya. "Aduh, nggak bisa deh. Maaf ya, Tiffany. Aku harus istirahat dulu. Soalnya jam 7 malam aku harus kerja part time. Lumayan gajinya."

"Kerja part time? Apakah langsung akan mendapat gaji?" Tiffany kembali duduk di bangku.

"Ya, lumayanlah. Kan sebagai maid di pesta besar punya orang kaya. Jelas duitnya berbicara!" Viana menjentikkan jari.

"Pelayan? Apakah masih membutuhkan orang? Bisakah kau membawaku, Vi? Aku tidak bercanda! Jika memang ada kesempatan aku bersedia ikut!" Tiffany menggenggam tangan Viana.

"Em, sebenarnya ada sih. Tapi, apa tidak apa-apa meninggalkan anakmu sendiri di rumah? Ini soalnya pulang kerja juga pasti di atas jam 12 malam loh, Tif. Tahulah pesta orang-orang kaya itu bagaimana. Bisa saja pulang jam 1 atau jam 2 pagi. Itu sih kalau sekalian kita ikutan bantu beres-beres. Tapi ya jangan salah sih, gajinya bakalan ditambah," ungkap Viana.

"Tidak masalah. Aku … Ingin membuat Quinn bahagia. Dia ingin membeli boneka. Aku ingin memberikannya boneka yang dia inginkan. Tapi, kau tahu kan gajiku berapa? Itu mustahil." Tiffany memasang wajah memelasnya. Agar Viana sedikit iba padanya.

Kini Viana terdiam. Sebenarnya tidak masalah jika membawa Tiffany ikut bekerja. Tapi, Viana juga tidak tega mengingat itu artinya Quinn harus berada di rumah seorang diri. Akan tetapi, Viana juga ingin melihat Quinn memiliki boneka yang dia inginkan.

"Baiklah. Aku akan menunggu di rumahku. Datang pukul 6 malam ya! Soalnya kita harus berganti pakaian juga. Dan perjalanan ke rumah orang kaya itu tentunya membutuhkan waktu." Viana akhirnya menyetujui Tiffany ikut dengannya.

"Ya ampun, Viana! Terima kasih! Terima kasih! Kau sudah membantuku," ucap Tiffany.

"Oke. No problem. Ayo pulang."

Tiffany pulang dengan bahagia. Sesampainya ia di rumah, ia tidak langsung pulang terlebih dahulu. Tiffany berhenti di warung bakso depan rumahnya menjemput Quinn.

"Jadi, Mom akan berangkat bekerja lagi? Apa Mom tidak lelah?" Quinn ikut keluar rumah mengantar kepergian Tiffany.

Sebenarnya Quinn tidak tega membiarkan Tiffany bekerja keras. Namun, Quinn tidak bisa mencegah setelah Quinn melihat Tiffany sangat bersemangat.

"Tentu tidak, Nak! Ingat, ya! Tetap berada di rumah. Jangan seperti tadi. Kau mematikan handphonemu dan tidak berpamitan pada mom untuk pergi ke rumah temanmu. Itu tidak baik, Quinn!" Tiffany memberikan peringatan pada Quinn.

Tentu saja Quinn melebarkan senyuman di bibirnya. Setelahnya, Tiffany berpamitan pada Quinn. Wanita itu bergegas menuju ke rumah Viana. Sebab ia tidak memiliki banyak waktu. Sesampainya di tempat tujuan, Viana menggunakan sepeda motornya dan kini keduanya pun berangkat menuju tempat pesta diselenggarakan.

"Dasar orang kaya! Pesta saja sangat mewah begini! Ayo, Tif. Kita cepetan ganti seragam. Sudah ada beberapa tamu yang datang. Ayo, jangan sampai kita terlambat!" Viana memarkirkan sepeda motornya.

Kemudian Viana menarik tangan Tiffany supaya tidak tertinggal. Tiffany memilih untuk menurut pada Viana. Ia mengerti sebab dan akibatnya bila mereka berdua terlambat.

Sedangkan dirinya yang membuat keduanya hampir terlambat. Akan tetapi, keduanya bersyukur karena tidak mendapatkan teguran yang keras dari atasan mereka. Mereka berdua pun kemudian berganti pakaian.

"Mereka semua sepertinya ramah ya, Vi? Sejak kapan kau bekerja seperti ini? Seharusnya kau mengajakku sejak dulu. Lumayan uangnya bisa kupakai untuk membeli keperluan Quinn," kata Tiffany.

"Maaf, Tif. Aku tidak enak kalau harus mengajakmu. Terlebih, Quinn masih membutuhkanmu. Kalau tahu kau sedang kesulitan, seharusnya aku memang mengajakmu sejak lama. Kalau dipikir-pikir, sejak awal aku harus mengatakan dulu padamu. Maafkan aku ya!" sesal Viana.

"Oke! Sekarang kita harus bekerja keras!" Tiffany menghibur Viana. Wanita itu bersyukur karena Viana sangat mempedulikannya dan Quinn.

Setelahnya, baik Viana dan Tiffany pun akhirnya bekerja. Perlahan tamu-tamu itupun berdatangan. Tiffany mulai sibuk membawakan minuman untuk para tamu yang berdatangan.

Meskipun tak ayal kakinya terasa lelah karena harus berjalan ke sana kemari, tapi Tiffany sangat senang. Ia akan mendapatkan uang tambahan yang artinya uangnya bisa untuk menambal biaya kehidupan sehari-harinya.

"Tiffany?" Sebuah suara terdengar familiar di telinga Tiffany. Sejenak tubuhnya membeku.

"Tiffany?" Lagi, suara seorang laki-laki memanggil nama Tiffany. Kali ini membuat Tiffany menoleh perlahan. Kedua mata Tiffany membulat saat ia justru bertemu dengan mantan suaminya. Tampak laki-laki itu melebarkan senyuman begitu ia menoleh ke arahnya.

"Dante?" Seketika tubuh Tiffany bergetar hebat. Laki-laki itu berjalan mendekat ke arahnya. Sontak saja membuat Tiffany memundurkan langkah kakinya.

"Bagaimana bisa aku bertemu Dante di tempat ini? Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?"

Terpopuler

Comments

C2nunik987

C2nunik987

Biarkan Tiffany bertemu dante sekaligus Luca ....biarkan Luca menyelediki kehidupan Tiffany 😡😡😡

2025-02-24

0

Muse

Muse

wadadidaw pake acara ketemu mantan lagi ...

2023-11-01

1

Kuro

Kuro

SMG ketemu SM Luca lgi...

2023-05-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!