Gelak tawa dari Luca terdengar menggelegar. Pun juga diselingi tawa dari para security yang masih berada di sana. Luca memandang Quinn dengan saksama. Tawanya pun berangsur pudar. Laki-laki itu menganggukkan kepala berulang kali. Kemudian ia memandang uang beberapa ratus lembar yang ada di tangannya sambil terkekeh pelan.
"Kau bukan pengemis, memang." Luca lalu mengalihkan pandangan dari uang itu ke Quinn.
Gadis kecil asing yang tiba-tiba menawarkan diri. Namun, Luca tersadar akan sesuatu. Kali ini ekspresi wajahnya beralih menjadi serius. Hilangnya gelak tawa Luca juga membuat para security itu terdiam.
"Dari mana kau tahu ada sedikit masalah di perusahaanku?" tanya Luca.
Quinn tersenyum menyeringai. "Ada banyak cara untuk mengetahuinya. Aku tidak mungkin menjawabnya. Karena kita belum membicarakan kesepakatan apapun."
Alis Luca menukik tajam. Laki-laki itu mengawasi ekspresi Quinn yang masih saja dengan sikapnya kedua tangan bersedekap di dada. Luca menelisik mimik wajah Quinn. Gadis kecil itu menatapnya dengan tegas, tajam dan dingin. Tidak tampak sama sekali bahwa gadis kecil itu sekedar berbicara.
"Memangnya kesepakatan apa yang harus kita bicarakan? Perusahaanku masih baik-baik saja," ucap Luca.
Kedua tangan Quinn bergerak. Gadis kecil itu menjentikkan jari. "Apa kau yakin? Kupikir perusahaanmu baru saja merugi 5 milyar."
"Dia mampu membaca situasiku. Sebenarnya dari mana bocah ini? Siapa orangtuanya?" Luca membatin bingung.
"Berapa usiamu?" tanya Luca.
"Enam tahun, lima bulan. Daripada kau banyak bertanya. Mungkin kau membutuhkan ini." Quinn menjawab sambil merogoh sesuatu di sakunya. Gadis kecil itu mengambil secarik kertas. Ia kemudian berjalan mendekati Luca dan memberikan kertas tersebut pada Luca. Tampak dahi Luca mengernyit.
"Apa-apaan ini?" Luca lagi-lagi bertanya.
"Itu kartu namaku. Ada nama lengkapku, nomor teleponku dan alamat emailku. Kau bisa mengirim pesan di sana apabila kau membutuhkan aku. Apakah kau masih belum jelas jika itu sebuah kartu nama?" Quinn berbicara dengan ekspresi wajah yang cukup menyebalkan bagi Luca.
"Si*l! Bocah ini! Kertas corat-coret begini dibilang kartu nama? Dan apa itu? Nada bicaranya seperti sedang meledekku." Batin Luca dengan kesal.
"Baiklah. Lalu apa untungnya bagiku? Kenapa aku harus membuat kesepakatan denganmu? Dan kau memintaku 20 juta? Apakah kau sedang merampokku?" Kedua mata Luca melotot. Bisa-bisanya ada anak kecil yang belum genap 7 tahun mempermainkannya.
"Aku tidak merampokmu. Kalau aku ingin merampokmu, kenapa aku tidak mencuri saja data perusahaanmu dan menjualnya kepada perusahaan rivalmu? Jelas, mereka akan membayarku lebih mahal dari yang aku minta padamu," tantang Quinn.
Brak!
Luca memukul meja. Namun, Quinn yang ada di dekatnya sama sekali tidak terkejut. Gadis kecil itu menatapnya dengan tajam. Dingin, dan nyaris tak tersentuh. Luca mengerjapkan kedua matanya. Akan tetapi, Quinn sama sekali tidak bereaksi.
"Dia tidak takut padaku. Bahkan saat aku memukul meja dia tidak terkejut sama sekali. Wow! Tatapan matanya sungguh berani. Apakah mungkin dia memang dapat melakukan sesuai dengan perkataannya. Tapi … dengan mudahnya dia mengatakan dapat merampok data rahasia perusahaanku dan kemudian dia bisa menjualnya kepada perusahaan rivalku. Bagaimana bisa anak usia 6 tahun dapat berpikir seperti itu?" Luca membatin gelisah.
Quinn melirik jam yang melingkar di tangan kecilnya. "Aku tidak memiliki banyak waktu lagi. Kau sebaiknya bisa berpikir cepat."
"Apa kau tidak tahu kalau kau sangat kurang ajar, bocah?" geram Luca.
"Tidak juga. Karena aku masih memberimu kesepakatan." Quinn mengulum senyuman lebar. Akan tetapi bagi Luca senyuman itu seperti ancaman.
"Bukankah secara tidak langsung kau sedang mengancamku? Ingin menjual data rahasia perusahaanku pada rivalku? Apa kau tidak tahu kalau aku bisa membunuhmu sekarang?" Luca berbicara dengan nada yang lirih. Akan tetapi, Luca justru dikejutkan dengan senyum seringai yang muncul di bibir Quinn.
"Jika kau ingin membunuhku, aku akan memberikan sinyal SOS pada pihak kepolisian! Siapapun bisa melacak di mana lokasi terakhir keberadaanku bukan? Tentunya, ada di perusahanmu. Lalu, alasan apa yang akan kau berikan pada pihak kepolisian nantinya? Seorang bocah berusia 6 tahun menghilang tanpa jejak di perusahaan ini. Boom! Tidak ada yang tahu bagaimana nasib masa depan perusahaanmu." Quinn tertawa. Kepalanya menggeleng pelan saat ia mendapati ekspresi terkejut di wajah Luca.
Suasana hening. Hanya tawa renyah dari Quinn terdengar. Para security juga tidak mampu berkata-kata. Pun juga dengan Luca yang melongo mendapati cara berpikir Quinn. Luca mengepalkan tangannya.
"Baiklah. Kalau kau bisa memecahkan masalahku, aku akan memberimu uang 25 juta! Lebih dari yang kau minta sebelumnya." Luca menarik laptop miliknya.
Kemudian ia mendekatkan laptop itu di sisi Quin. Gadis kecil itu masih belum duduk di kursi. Luca bahkan berbicara dengannya sedikit menunduk.
"Kau memintaku membereskan masalahmu, tapi bagaimana dengan uang itu? Aku tidak tahu kau akan menepati janjimu atau tidak. Jadi, bukankah seharusnya kita membuat perjanjian hitam di atas putih? Aku tidak ingin kau menipuku, Tuan!" Quinn bersedekap lagi. Ia masih tidak ingin membuktikan kemampuannya.
"Si*l! Dia terlalu pintar! Tapi … aku sangat penasaran." Luca membatin dan tersenyum.
Kemudian Luca memerintahkan asisten pribadinya untuk membuat surat perjanjian hitam di atas putih. Quinn menunggu dengan sabar. Gadis kecil itu lalu duduk di kursi tepat di depan Luca. Keduanya saling berpandangan sembari menunggu surat perjanjian itu selesai.
"Kenapa kau terlihat sangat percaya diri? Oh, hentikanlah senyumanmu itu. Kau membuat mataku sakit karena harus melihat betapa menyebalkannya wajahmu itu!" Luca mendesah kesal. Baru kali ini ia bertemu dengan boca menyebalkan seperti Quinn.
"Seseorang percaya diri, apabila dia yakin jika mampu, Tuan." Quinn menjawab dengan tenang. Hal itu tak ayal membuat Luca terkekeh.
"Tuan, apa ini sudah benar?" Asisten Luca bertanya sambil membawa selembar kertas.
"Berikan padaku!" Quinn mengambil secara paksa kertas perjanjian itu. Gadis kecil itu membaca dengan seksama. Tak lama kemudian, seulas senyuman terbit di bibirnya.
"Aku akan bertanda tangan setelah kau juga membacanya, Tuan." Quinn memberikan kertas itu pada Luca. Namun, Luca menolaknya.
"Perjanjian itu tidak penting. Aku kaya! Jelas uang berapapun tidak masalah! Tapi apa yang aku dapat? Bagaimana jika kau hanya membual saja, Bocah? Bukankah itu akan menjadikan aku rugi? Jika kau tidak berguna, mengapa aku harus membayarmu?" Luca langsung menandatangani kertas itu.
Quinn lalu membubuhkan tanda tangannya di kertas perjanjian tersebut. Luca lagi-lagi tidak menyangka jika Quinn benar-benar menandatangani kertas itu. Tak ingin membuang waktu, Luca memberikan laptop miliknya kepada Quinn.
"Aku akan memberikan serangan balik," ucap Quinn.
Luca mencebikkan bibirnya. Laki-laki itu meremehkan rasa percaya diri Quinn yang terlalu berlebihan. Kemudian jari-jari Quinn bergerak bebas di atas keyboard. Luca tak dapat menyembunyikan kekagumannya.
"Benarkah dia berusia 6 tahun 5 bulan? Bagaimana bisa dia melakukannya dengan cepat?" Luca bertanya dalam hati. Ia cukup kagum dengan kemampuan dari Quinn. Luca menarik kursinya agar lebih dekat dengan Quinn. Laki-laki itu menjulurkan lehernya supaya bisa melihat dengan jelas.
"Apa itu?" tanya Luca.
"Mereka sudah berbuat kurang ajar. Lihat, alamat yang sudah membobol data perusahaanmu. Bagaimana jika begini? Mungkin memberikan bonus virus trojan akan membuat mereka sedikit panik." Quinn telah menyelesaikan tugasnya. Ia kemudian mengulurkan telapak tangannya.
"Aku sudah menyelesaikan tugasku. Sekarang, bukankah kau sudah bisa membayarku?" Quinn tersenyum lebar saat ia tidak sabar menantikan Luca memberikan uangnya.
"Sebenarnya siapa anak ini? Dan bagaimana bisa dia melakukannya?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
C2nunik987
darah daging mu yg kau tabur sembarangan Luca untung ibunya cantik 😅😅😅
2025-02-24
0
imhe devangana
sama sprti dirimu, buah tdk akan jatuh jauh dr pohonnya kan🤭
2024-12-18
0
Darsiti Bu
mungkinkah si Quinn itu anaknya Lucas?
2023-10-25
2